Dark/Light Mode

Hasil Rekapitulasi KPU
Pemilu Presiden 2024
Anies & Muhaimin
24,9%
40.971.906 suara
24,9%
40.971.906 suara
Anies & Muhaimin
Prabowo & Gibran
58,6%
96.214.691 suara
58,6%
96.214.691 suara
Prabowo & Gibran
Ganjar & Mahfud
16,5%
27.040.878 suara
16,5%
27.040.878 suara
Ganjar & Mahfud
Sumber: KPU

Airlangga: Surplus Perdagangan Juli Tertinggi Sejak 9 Tahun Lalu

Kamis, 20 Agustus 2020 19:27 WIB
Menko Perekonomian Airlangga Hartarto. (Foto: humas Kemenko Perekonomian)
Menko Perekonomian Airlangga Hartarto. (Foto: humas Kemenko Perekonomian)

RM.id  Rakyat Merdeka - Badan Pusat Statistik (BPS) mencatat kinerja ekspor-impor mengalami surplus 3,26 miliar dolar AS pada Juli 2020. Sehingga bila diakumulasikan sepanjang semester pertama 2020 telah terjadi surplus perdagangan sebesar 8,74 miliar dolar AS.

Kondisi itu menunjukkan bahwa Indonesia telah memperoleh surplus perdagangan selama tiga bulan berturut-turut sejak Mei 2020. “Ini sesuatu yang sangat positif di tengah situasi pandemi sekarang. Surplus perdagangan pada Juli 2020 merupakan yang tertinggi sejak 9 tahun lalu atau tepatnya Agustus 2011,” ungkap Menko Perekonomian Airlangga Hartarto, di Jakarta, Kamis (20/8).

Pada Juli 2020, nilai ekspor sebesar 13,72 miliar dolar AS, lebih tinggi dibandingkan nilai impor sebesar 10,46 miliar dolar AS. Hal ini menyebabkan surplus neraca perdagangan sebesar 3,26 miliar dolar AS. Surplus pada Juli 2020 terutama dipengaruhi oleh membaiknya kinerja ekspor, khususnya ekspor non-migas, dan menurunnya permintaan impor barang konsumsi. 

Baca juga : Tanpa Perdamaian di Palestina, Saudi Ogah Ikuti UEA

Ekspor non-migas pada Juli 2020 mencapai 13,03 miliar dolar AS atau meningkat 13,86 persen dibandingkan Juni 2020. Ini disumbangkan ekspor sektor industri yang meningkat 16,95 persen dengan kontribusi lebih dari 82 persen dari total ekspor. Beberapa komoditas penyumbang ekspor di sektor industri di antaranya: logam mulia, perhiasan/permata, kendaraan, besi dan baja, serta mesin dan perlengkapan elektrik.

“Artinya komoditas utama ekspor Indonesia masih berdaya saing tinggi di tengah penurunan permintaan global sebagai dampak pandemi Covid-19,” ujarnya.

Sedangkan, menurunnya impor barang konsumsi memang lebih besar daripada impor bahan baku/penolong. Total nilai impor pada Juli 2020 senilai 10,47 miliar dolar AS, dengan pangsa barang konsumsi sebesar 10,63 persen, barang modal sebesar 18,79 persen, dan bahan baku/penolong sebesar 70,58 persen dari total impor Juli 2020.

Baca juga : Kementan: Baturraden Percepat Pengembangan Ternak Ruminansia

Impor barang konsumsi mengalami penurunan permintaan sebesar -21,01 persen menjadi 1,11 miliar dolar AS. Salah satunya dikarenakan keberhasilan program peningkatan konsumsi barang produksi dalam negeri, di tengah penurunan permintaan domestik akibat pandemi.

“Penurunan impor bahan baku/penolong juga diharapkan memberikan peluang bagi industri/pelaku usaha dalam negeri untuk mampu memasoknya, sekaligus mengambil alih pangsa impor. Khususnya di masa-masa penuh tantangan saat ini,” imbuh Airlangga.

Peningkatan dialami oleh impor barang modal yang tumbuh 10,82 persen. Hal itu merupakan sinyal positif yang sejalan dengan peningkatan Purchasing Managers Index (PMI) Manufaktur yang memperlihatkan aktivitas produksi juga mulai meningkat. 

Baca juga : Menpora Sebut Peran FORMI Penting Dalam Pemasalan Olahraga

Surplus yang terjadi pada neraca perdagangan di April sampai Juni 2020 juga telah mendorong penurunan defisit transaksi berjalan Indonesia. Berdasarkan rilis Laporan Neraca Pembayaran Indonesia (NPI) Triwulan II-2020 oleh Bank Indonesia, defisit transaksi berjalan tercatat sebesar 2,9 miliar dolar AS, lebih rendah dari defisit pada triwulan sebelumnya yang sebesar 3,7 miliar dolar AS.

Berkurangnya defisit transaksi berjalan didukung juga oleh surplus transaksi modal dan finansial yang tercatat sebesar 10,5 miliar dolar AS, setelah pada triwulan sebelumnya mencatat defisit 3,0 miliar dolar AS. Dengan angka ini, secara keseluruhan NPI pada Triwulan II-2020 mengalami surplus sebesar 9,2 miliar dolar AS.

“Itu cukup tinggi untuk menopang ketahanan sektor eksternal Indonesia. Jadi, saya optimis momentum perbaikan kinerja eksternal ini dapat dipertahankan, bahkan ditingkatkan, sehingga perekonomian Indonesia dapat tumbuh positif sampai akhir 2020,” pungkas Airlangga. [DIT]

Update berita dan artikel RM.ID menarik lainnya di Google News

Dapatkan juga update berita pilihan dan breaking news setiap hari dari RM.id. Mari bergabung di Grup Telegram "Rakyat Merdeka News Update", caranya klik link https://t.me/officialrakyatmerdeka kemudian join. Anda harus install aplikasi Telegram terlebih dulu di ponsel.