Dark/Light Mode
BREAKINGNEWS
RM.id Rakyat Merdeka - Pemerintah tengah melakukan penjajakan kerja sama pengelolaan kawasan mangrove dengan Persatuan Emirat Arab (PEA). Ditargetkan, ada 600.000 hektare lahan mangrove yang akan direhabilitasi dalam kurun waktu 4 tahun ke depan.
Direktur Pendayagunaan Pesisir dan Pulau-Pulau Kecil (P4K) Kementerian Kelautan dan Perikanan (KKP), Muhammad Yusuf mengatakan, kerja sama tersebut diwujudkan dalam Memorandum Saling Pengertian (MSP) dengan Kementerian Perubahan Iklim dan Lingkungan Hidup atau Ministry of Climate Change and Environment (MOCCAE) PEA.
Yusuf pun merinci sejumlah bidang kerja sama yang disepakati dalam pertemuan tersebut. Antara lain pengelolaan dan pemulihan mangrove, penelitian bersama dan peningkatan kapasitas peneliti dan masyarakat.
MOCCAE, sebutnya, menyambut baik counter draft yang disampaikan oleh Delegasi Republik Indonesia (Delri).
Baca juga : PDIP Turunkan Eks Wali Kota Surabaya Demi Menangkan Eri-Armuji
"Kita meminta waktu satu minggu untuk mendapatkan telaah dan persetujuan dari Biro Hukum MOCCAE” ujar Yusuf dalam keterangan tertulis kepada redaksi Senin (9/11).
Dalam kesempatan itu, Delri juga bertemu dengan Menteri Perubahan Iklim dan Lingkungan Hidup PEA, Dr Abdullah bin Mohammed Belhaif Al Nuaimi. Pihak MOCCAE menyambut baik dan memberikan apresiasi terhadap potensi sumber daya alam Indonesia.
"Mereka berharap hubungan dekat yang terjalin antara Emirat Arabdan Indonesia dapat terus berjalan dengan baik," sambungnya.
Dalam kerja sama ini, kata Yusuf, Indonesia mengusulkan pengembangan mega proyek rehabilitasi mangrove seluas minimal 10.000 hektare mangrove. Proyek yang akan dikerjaan dalam kurun waktu 4 tahun itu diusulkan dengan nama Khalifa bin Zayed Mangrove Park. “Menteri Abdullah menyambut baik usulan ini,” tambah Yusuf.
Baca juga : OMAI Masuk JKN, Indonesia Bisa Mandiri Bahan Baku Obat
Kedua negara pun sepakat untuk segera melaksanakan penandatanganan MoU, baik secara virtual ataupun dengan prosedur lainnya dengan tanggal yang akan ditentukan kemudian.
Di PEA, delegasi Indonesia berkesempatan mengujungi area konservasi Al-Zawra seluas 2.200 hektar. Area ini memiliki spesies tunggal Avicenia marina (grey mangrove) yang dimanfaatkan sebagai eco-tourism (kayaking mangrove), sekaligus berfungsi sebagai penyerap karbon yang dapat mengurangi laju emisi gas rumah kaca.
Delegasi juga meninjau Pusat Riset Kelautan di Umm Al Quwain yang didukung fasilitas laboratorium di kawasan pengembangan mangrove.
Kunjungan bilateral itu ditandai dengan melakukan penanaman mangrove. Kegiatan ini sebagai tanda mata dan dukungan Pemerintah Indonesia dalam kerja sama pengembangan mangrove antara kedua negara.
Baca juga : UU Cipta Kerja Bakal Permudah Pembentukan Koperasi
Deputi Bidang Pengelolaan Lingkungan dan Kehutanan, Kemenkomarves Nani Hendiarti yang bertindak sebagai Ketua Delri mengusulkan kegiatan yang dapat dilakukan pada masa pandemi ini adalah penanaman spesies mangrove dari Indonesia di PEA.
Turut hadir di acara tersebut, adalah Asisten Deputi Perubahan Iklim dan Kebencanaan Kemenkomarves, Kus Prisetiahadi, Kepala Bidang Pengelolaan Daerah Aliran Sungai Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan, Yenung Secasari dan Pengelola Ekosistem Laut dan Pesisir Ahli Muda Ditjen Pengelolaan Ruang Laut KKP, Andhika Anjaresta. [SAR]
Update berita dan artikel RM.ID menarik lainnya di Google News
Dapatkan juga update berita pilihan dan breaking news setiap hari dari RM.id. Mari bergabung di Grup Telegram "Rakyat Merdeka News Update", caranya klik link https://t.me/officialrakyatmerdeka kemudian join. Anda harus install aplikasi Telegram terlebih dulu di ponsel.
Tags :
Berita Lainnya