Dark/Light Mode

Soal 41 Masjid Kena Virus Radikal, JK Tidak Cemas

Sabtu, 24 November 2018 07:06 WIB
Wakil Presiden Jusuf Kalla. (Foto: IG @wapresri.go.id)
Wakil Presiden Jusuf Kalla. (Foto: IG @wapresri.go.id)

RM.id  Rakyat Merdeka - Geger 41 masjid kena virus radikal nggak bikin Wakil Presiden Jusuf Kalla (JK) cemas. "Yang saya takut, mereka (yang terpapar radikal) sudah 100 ribu. Kalau hanya 41, masih mudah kita perbaiki," kata JK di Istana Wakil Presiden Jakarta, Jumat (23/11). JK menyebut, secara kuantitas jumlah masjid yang kena virus radikal itu sedikit. Masjid yang ada saat ini mencapai 900 ribu. Walaupun terhitung sedikit, JK tidak memandang persoalan ini sebelah mata.

Jika didiamkan, akan menjadi masalah. Beragam upaya memperbaiki dilakukan pemerintah. Di antaranya, menugaskan Dewan Masjid untuk memberikan pemahaman Islam yang washatiyah atau penengah. "Tentu ada saja masalahnya, tapi kita luruskan. Kita lakukan pendekatan pada ustadz-ustadznya," katanya.

JK yang juga menjabat Ketua Dewan Masjid Indonesia (DMI) ini mengaku sudah bertemu Kepala Badan Intelijen Negara (BIN) Jenderal Budi Gunawan, membahas soal ini. Yang mengejutkan, lanjut JK, adalah temuan yang menyatakan masjid yang terpapar radikalisme justru terletak di lingkungan kementerian. Padahal, menurut JK, pemerintah membangun masjid di tempat kerja, dengan tujuan memudahkan para pegawai di kantor untuk beribadah, seperti saat hari Jumat.

Baca juga : BG Oke, Anak Buahnya Tidak

"Jadi, Dewan Masjid akan mengumpulkan masjid-masjid yang dianggap itu (terpapar radikalisme), karena ada lebih 48," ujarnya. JK menuturkan, dalam mencegah radikalisme di masjid, pemerintah khususnya DMI akan melakukan pendekatan dan batasan untuk ceramah di masjid-masjid. Pembatasan dilakukan salah satunya dengan membuat kurikulum bagi para penceramah.

"Dewan Masjid selalu minta dibuatkan kurikulum, dan juga penilaian kepada penceramah. Kami tidak melarang penceramah, tapi batasan-batasannya mereka harus taati," tuturnya. JK melanjutkan, di tahun politik saat ini, sulit membedakan materi ceramah yang mengkritik dan memberi saran. Karena itu, sambung JK, perlu ada diskusi lebih dalam dengan pengurus masjid.

"Orang mengkritik, padahal dia ngomong amar maruf nahi mungkar, dikira mengkritik pemerintah, salah juga. Karena itu, rapat sebentar Dewan Masjid (Rakernas DMI di Istana Wapres), antara lain (membahas) bagaimana sampai ke bawah diberikan suatu batasan-batasan. Jangan membikin hoaks, bicara tanpa data," pungkasnya.

Baca juga : BIN: Soal 41 Masjid Tak Terkait Reuni 212

Seperti diketahui, Lembaga Perhimpunan Pengembangan Pesantren dan Masyarakat (P3M) Nahdlatul Ulama meneliti 35 masjid di kementerian, 37 masjid di badan usaha milik negara, dan 28 masjid di lembaga negara. Penelitian dilakukan pada 29 September sampai 21 Oktober 2017, dengan merekam secara audio dan video khotbah pada setiap shalat Jumat selama periode tersebut.

Hasilnya, 41 masjid terpapar radikalisme. Ini karena ujaran kebencian mendominasi topik yang paling banyak dibicarakan di masjid-masjid, dengan persentase mencapai 73,6 persen. P3M mencatat enam topik terpopuler dan bermuatan radikalisme, pada masjid-masjid tersebut. Beberapa di antaranya adalah sikap positif dan dukungan terhadap khilafah, sikap negatif terhadap kelompok minoritas, pandangan negatif terhadap agama lain, pandangan negatif terhadap pemimpin perempuan, serta kebencian terhadap kelompok minoritas.

Penelitian ini jadi sorotan banyak pihak setelah Jubir BIN Wawan Hari Purwanto menggelar konferensi pers, dan menyatakan pihaknya sedang membina lebih dari 50 penceramah yang dianggap radikal. "Sudah lima puluhan dai atau penceramah yang telah kami lakukan pembinaan, sejak ditemukan masjid-masjid yang terpapar radikalisme itu," ujar Wawan, Selasa (20/11). Dia kemudian menambahkan, pembinaan tersebut masih berjalan secara intensif. Tujuannya, agar para penceramah itu tidak lagi menyampaikan paham radikalisme. [BSH]

Update berita dan artikel RM.ID menarik lainnya di Google News

Dapatkan juga update berita pilihan dan breaking news setiap hari dari RM.id. Mari bergabung di Grup Telegram "Rakyat Merdeka News Update", caranya klik link https://t.me/officialrakyatmerdeka kemudian join. Anda harus install aplikasi Telegram terlebih dulu di ponsel.