Dark/Light Mode

Hasil Rekapitulasi KPU
Pemilu Presiden 2024
Anies & Muhaimin
24,9%
40.971.906 suara
24,9%
40.971.906 suara
Anies & Muhaimin
Prabowo & Gibran
58,6%
96.214.691 suara
58,6%
96.214.691 suara
Prabowo & Gibran
Ganjar & Mahfud
16,5%
27.040.878 suara
16,5%
27.040.878 suara
Ganjar & Mahfud
Sumber: KPU

Berharap Vaksin Corona Bisa Kurangi Rasa Sakit

Long Covid Intai Pasien Pasca Dinyatakan Sembuh

Minggu, 13 Desember 2020 07:00 WIB
Juru Bicara Pemerintah untuk Penanganan Covid-19, Reisa Brotoasmoro. (Foto: Twitter BNPB)
Juru Bicara Pemerintah untuk Penanganan Covid-19, Reisa Brotoasmoro. (Foto: Twitter BNPB)

RM.id  Rakyat Merdeka - Ancaman fenomena Long Covid alias efek sakit jangka panjang yang dirasakan pasien Covid-19, meski sudah sembuh sekali pun, menambah horor pandemi ini. Masyarakat diminta taat pada protokol kesehatan (prokes) 3M. Agar terhindar dari Covid-19, sehingga tak akan merasakan sakitnya fenomena Long Covid ini.

Juru Bicara Pemerintah untuk Penanganan Covid-19, Reisa Brotoasmoro menyebutkan, saat ini para ahli mengkhawatirkan potensi munculnya fenomena Long Covid di Tanah Air. Sebab, meski pasien Covid-19 itu sudah sembuh, ujarnya, namun dampak kesehatan pada penderita bisa bertahan lama.

“Kondisi Long Covid-19 gejala yang dialaminya masih sama seperti saat penyintas terinfeksi Covid,” kata Reisa, saat berbicara di acara diskusi virtual yang digelar Komite Penanganan Covid-19 dan Pemulihan Ekonomi Nasional (KPCPEN), di Jakarta, kemarin.

Istilah Long Covid ini populer setelah ada hasil penelitian mengenai post covid syndrome. Gejala yang dirasakan penyitas itu rasa sakitnya sama seperti ia kali pertama terinfeksi Covid-19. Kondisi itu bisa dialami berminggu-minggu bahkan berbulan-bulan.

Beberapa gejala yang dilaporkan, tambah pemilik nama asli Reisa Kartikasari ini, antara lain kelelahan kronis, sesak napas, jantung berdebar, nyeri sendi, nyeri otot, bahkan depresi. “Kita berharap vaksin dapat menurunkan kesakitan dan kematian serta efektif membangun kekebalan tubuh terhadap virus,” harapnya.

Baca juga : Adabnya, Orang Sakit Itu Didoain, Bukan Dinyinyirin

Untuk itu, Reisa meminta masyarakat tetap disiplin menerapkan prokes 3M, yakni memakai masker, mencuci tangan dan menjaga jarak menghindari kerumunan. Dengan disiplin menerapkan prokes, seseorang akan terhindar dari penularan Covid-19.

Dokter alumni Universitas Pelita Harapan ini menilai, belakangan ada kecenderungan masyarakat mulai kendur dalam menerapkan prokes 3M. “Akhirnya banyak terjadi penambahan jumlah kasus, terutama sejak November hingga pekan pertama Desember,” imbuhnya.

Reisa pun mengingatkan, penerapan prokes merupakan tameng utama mencegah penularan Covid-19. Bahkan, ujarnya, bila program vaksinasi mulai berjalan pun, prokes tetap menjadi senjata utama mencegah penularan infeksi virus corona.

Jika warga taat menjalankan prokes 3M, kata Reisa lagi, artinya warga sudah melindungi diri sendiri, keluarga serta melindungi sesama. “Jangan lagi menambah kasus baru. Kasus aktif semakin tinggi. Fasilitas di rumah sakit bisa kewalahan, tenaga medis bisa kelabakan,” ingatnya.

Kondisi pandemi yang masih terjadi, ujar Putri Indonesia Lingkungan 2010 ini, hingga kini menuntut seseorang tidak hanya harus sehat fisik. Melainkan juga sehat mentalnya. Karena itu, seseorang
harus bersikap realistis dan logis. Artinya tetap waspada, namun juga tidak panik, apalagi stres. Sebab kalau stres, kinerja sistem imun akan menurun.

Baca juga : Sekolah Tatap Muka Bisa Picu Lonjakan Kasus Covid, Bila Jumlah Tes PCR Tidak Ditambah

“Karena itu, manajemen stres itu penting. Dimulai dengan beribadah, atau mendekatkan diri kepada Tuhan, hingga melakukan hipnoterapi serta konseling,” imbuhnya.

Reisa menyatakan, masyarakat perlu mengelola keadaan psikologis diri. Upaya yang dilakukan di antaranya dengan fokus menjaga kesehatan keluarga.

Cara lainnya, dengan selalu berpikir positif, tidak putus asa. Kemudian tetap produktif atau mengisi hari dengan kegiatan positif dan menyenangkan.

Dalam kesempatan itu, Reisa juga bicara soal vaksin Covid-19. Pemerintah, katanya, saat ini tengah melakukan sejumlah tahapan, sebelum nantinya vaksin dapat digunakan. Tahapan tersebut tidak sederhana. Diperlukan serangkaian tahapan uji coba yang panjang dan bertahap. 

“Dimulai dari penelitian, praklinis, uji klinis, peninjauan regulasi dan persetujuan serta pembuatan dan distribusi vaksin. Masing-masing bagian tersebut mempunyai tahapan tersendiri,” terangnya.

Baca juga : Warga Takut, Limbah Covid Nyebar Lewat Limbah Medis

Untuk itu, sembari menunggu, Reisa meminta masyarakat tetap mematuhi standar prokes 3M.

Terkait hal ini, Ketua Umum Perhimpunan Dokter Paru Indonesia (PDPI), Agus Dwi Susanto menambahkan, mengenai gejala Long Covid, kata dia, muncul bukan lantaran virus Corona masih tersisa di dalam darah penyintas. Para dokter biasa menyebut fenomena itu dengan istilah sequelae.

“Dalam bahasa medis artinya gejala sisa yang muncul setelah dinyatakan sembuh. Hal itu terjadi akibat proses ketika sakit menimbulkan kelainan yang menetap secara anatomik, yang akhirnya mempengaruhi fungsi organ tubuh,” kata Agus.

Dia mengungkapkan, kerap menemui gejala Long Covid dalam bentuk kekakuan pada jaringan paru pasien. “Ini yang menyebabkan oksigen tidak bisa masuk, lalu pasien berat napasnya,
sesak. Itu bisa ketahuan dari tes uji fungsi parunya,” terang Agus. [DIR]

Update berita dan artikel RM.ID menarik lainnya di Google News

Dapatkan juga update berita pilihan dan breaking news setiap hari dari RM.id. Mari bergabung di Grup Telegram "Rakyat Merdeka News Update", caranya klik link https://t.me/officialrakyatmerdeka kemudian join. Anda harus install aplikasi Telegram terlebih dulu di ponsel.