Dark/Light Mode

Kisah Petani NTT: Tanam Cabe Mampu Sekolahkan Anak Hingga Sarjana

Jumat, 18 Desember 2020 13:31 WIB
Petani asal NTT Jonathan/Ist
Petani asal NTT Jonathan/Ist

RM.id  Rakyat Merdeka - Kementerian Pertanian (Kementan) mendorong pengembangan kawasan cabe untuk wilayah defisit demi mendukung swasembada cabe. Salah satunya ada di Kabupaten Kupang, Nusa Tenggara Timur (NTT). 

Jika dilihat dari neraca produksi dan kebutuhannya, Kupang masih defisit aneka cabe mencapai 2.000 ton per tahun. Sementara, Menteri Pertanian Syahrul Yasin Limpo secara tegas menyampaikan komitmennya menjadikan seluruh wilayah tercukupi pasokan hortikultura, terpenting cabe. Dengan demikian, inilah yang menjadi salah satu dasar fokus pemerintah dalam alokasi kawasan cabe.

Pada 2020, NTT mendapatkan alokasi pengembangan kawasan cabe seluas 626 hektare yang tersebar di 19 Kabupaten. Tak hanya itu NTT juga mendapatkan alokasi pusat seluas 90 hektare, tersebar di Kabupaten Sumba Barat Daya, Nagekeo dan Belu. 

Baca juga : Anies-Mega Diisengin

Di sisi lain, bantuan yang diberikan ternyata mampu membantu meningkatkan kesejahteraan petani mulai dari kebutuhan pangan hingga sekolah ke jenjang tinggi.

Jika berkunjung langsung menemui petani cabe di NTT, tercermin semangat yang luar biasa dalam menjalankan usaha tani cabe.

Kasubdit Aneka Cabe Dessi Rahmaniar menceritakan kunjungannya ke Kabupaten Kupang. Di tengah kondisi lahan kering, gersang dan berbatu yang merupakan ciri khas lahan Pulau Timor, ia bertemu dengan Jonathan, salah satu petani sehari-hari melakukan budidaya dengan menggantungkan air berasal dari sumur bor. Sumur bor ini dibuatnya sendiri dengan biaya Rp 50 juta. 

Baca juga : Digitalisasi Mampu Majukan UMKM Di Tengah Pandemi

“Saya membuat sumur bor dengan modal Rp 50 juta. Biaya listrik dari awal tanam hingga panen yang menghabiskan Rp 5 juta dan ini betul-betul modal saya untuk giat menanam cabai,” ujar Jonathan.

Tak hanya itu, hasil usaha tani cabe memang sangat menjanjikan. Salah satu petani lain di Kelurahan Oesao, Kecamatan Kupang Timur, Mama Ana berhasil menyekolahkan 2 dari 5 anaknya hingga lulus sarjana.

“Anak saya ada lima orang dan dua orang sudah lulus sarjana. Semua biayanya dari hasil usaha tani cabai dan sayuran. Lahan saya ada kurang lebih 1 hektare yang selama ini tempat saya menggantungkan hidup,” ujar Mama Ana, bangga.   

Baca juga : Kasian, Puan Diledek Anak Kemarin Sore

Begitu juga halnya dengan Mama Dina, cerita sukses dari hasil usaha tani cabenya selama setahun berhasil mengubah rumah kayu dan rumbai2 menjadi rumah beton yang megah.

“Tahun ini Mama Dina mendapatkan alokasi APBN untuk pengembangan cabai seluas 2 hektare. Harapannya, dengan bantuan ini semangat usaha taninya semakin tinggi, pendapatannya terus meningkat dan produksi cabainya mampu menyumbang kebutuhan cabai untuk wilayah Kupang dan sekitarnya,” pungkas Dessi. [KAL]

Update berita dan artikel RM.ID menarik lainnya di Google News

Dapatkan juga update berita pilihan dan breaking news setiap hari dari RM.id. Mari bergabung di Grup Telegram "Rakyat Merdeka News Update", caranya klik link https://t.me/officialrakyatmerdeka kemudian join. Anda harus install aplikasi Telegram terlebih dulu di ponsel.