Dark/Light Mode

Hasil Rekapitulasi KPU
Pemilu Presiden 2024
Anies & Muhaimin
24,9%
40.971.906 suara
24,9%
40.971.906 suara
Anies & Muhaimin
Prabowo & Gibran
58,6%
96.214.691 suara
58,6%
96.214.691 suara
Prabowo & Gibran
Ganjar & Mahfud
16,5%
27.040.878 suara
16,5%
27.040.878 suara
Ganjar & Mahfud
Sumber: KPU

Vaksinasi Butuh Waktu 15 Bulan

Menkes Idealis Juga Realistis

Minggu, 3 Januari 2021 06:03 WIB
Vaksinasi Butuh Waktu 15 Bulan Menkes Idealis Juga Realistis

 Sebelumnya 
Sementara lima besar provinsi dengan jumlah tenaga kesehatan paling sedikit adalah Kalimantan Utara (4.949), Sulawesi Barat (5.705), Gorontalo (7.134), Papua Barat (8.103), Maluku Utara (8.746). Selain tenaga kesehatan, vaksinasi gelombang pertama ini juga menyasar 17,4 juta petugas publik dan 21,5 juta lansia.

Kedua, periode vaksinasi April 2021-Maret 2022 (11 bulan). Vaksinasi dalam gelombang kedua ini akan ditujukan untuk 63,9 juta masyarakat di daerah dengan risiko penularan tinggi. Selain itu, juga ada 77,4 juta anggota masyarakat lain, dengan pendekatan klaster, sesuai ketersediaan vaksin.

Baca juga : Selebrasi Buat Maradona, Messi Didenda Rp 50 Juta

Bagaimana tanggapan DPR? Anggota Komisi IX DPR, Saleh Partaonan Daulay menyambut positif sikap realistis Menkes. Namun ada dua catatan yang dia berikan. Pertama, pengadaan vaksin dari empat produsen terkemuka seperti Sinovac, Novavax, AstraZeneca, dan BioNTech-Pfizer perlu diperjelas.

Menurut Saleh, kebutuhan vaksin untuk warga Indonesia tidak sedikit. Hitungannya begini. Jumlah penduduk yang akan divaksin pemerintah harus dikali dua, karena dua kali penyuntikan. Selain juga pemerintah harus memiliki stok pengamanan (buffer stock). “Apalagi rencananya dalam waktu 15 bulan vaksinasi selesai,” pesan Ketua Fraksi Partai Amanat Nasional di DPR saat dihubungi, tadi malam.

Baca juga : Libur Tanding 2 Bulan, Pemain Persib Tetap Punya Kewajiban

Kedua, vaksin diburu banyak negara. Untuk hal ini, Saleh meminta pemerintah memastikan lagi kemampuan produsen yang telah menjalin kerja sama.

Sementara itu, Epidemiolog dari Universitas Griffith Australia, Dicky Budiman mengingatkan masyarakat Indonesia, bahwa kehadiran vaksin tak lantas menuntaskan masalah pandemi Covid-19. Masyarakat perlu terus menerapkan protokol kesehatan (prokes) demi menghindari penularan Covid-19.

Baca juga : Vaksinasi Massal Menunggu Hasil Kajian Dari BPOM

Dicky menekankan, salah satu bentuk kesalahpahaman yang terjadi yaitu masyarakat mengira dengan adanya vaksin semua akan selesai. “Vaksin bukanlah solusi ajaib, tapi hanyalah salah satu cara untuk membangun kekebalan individual dan perlindungan masyarakat,” kata Dicky, kemarin.

Untuk diketahui, Pemerintah saat ini sudah memiliki 3 juta vaksin Covid-19 dari Sinovac. Pemerintah juga telah menandatangani kesepakatan dengan dua produsen vaksin, yakni AstraZeneca dan Novavax untuk mendapatkan 100 juta vaksin. [MEN]  

Update berita dan artikel RM.ID menarik lainnya di Google News

Dapatkan juga update berita pilihan dan breaking news setiap hari dari RM.id. Mari bergabung di Grup Telegram "Rakyat Merdeka News Update", caranya klik link https://t.me/officialrakyatmerdeka kemudian join. Anda harus install aplikasi Telegram terlebih dulu di ponsel.