Dark/Light Mode

Kemendag Berupaya Tingkatkan Ekspor Nonmigas Untuk Pemulihan Ekonomi

Kamis, 11 Februari 2021 13:57 WIB
Mendag, Muhammad Lutfi
Mendag, Muhammad Lutfi

RM.id  Rakyat Merdeka - Kementerian Perdagangan (Kemendag) akan meningkatkan ekspor nonmigas untuk mendorong pemulihan ekonomi akibat pandemi Covid-19. Salah satunya, dengan mengoptimalkan perjanjian perdagangan internasional.

“Kita akan membuka pasar Indonesia dan berkolaborasi dengan berbagai negara melalui perjanjian dagang yang sudah ada. Hal itu sekaligus sebagai upaya meningkatkan nilai tambah masing-masing produk yang diekspor,” ujar Menteri Perdagangan (Mendag) Muhammad Lutfi dikutip kemendag.go.id Kamis (11/2).

Adapun sejumlah perjanjian perdagangan yang dilakukan yaitu Regional Comprehensive Economic Partnership (RCEP), Indonesia-Korea Comprehensive Economic Partnership Agreement (IKCEPA), Indonesia-Pakistan Preferential Trade Agreement (IP-PTA), Indonesia-Australia Comprehensive Economic Partnership Agreement (IA-CEPA), Indonesia-Chile Comprehensive Economic Partnership Agreement (IC-CEPA), dan perjanjian lain yang dapat dimanfaatkan untuk mendorong ekspor produk lebih banyak.

Baca juga : Peneliti : Keberhasilan Vaksinasi Pengaruhi Pertumbuhan Ekonomi

Eks Kepala Badan Koordinasi Penanaman Modal (BKPM) era SBY ini mencatat, neraca perdagangan pada 2020 surplus sebesar 21,7 miliar dolar Ameriksa Serikat dan menjadi yang tertinggi sejak 2012. Namun, hal ini perlu diwaspadai karena surplus neraca perdagangan disebabkan penurunan impor yang lebih tajam dibandingkan penurunan ekspornya. Ekspor selama 2020 hanya turun 2,6 persen (YoY), sementara impor turun hingga 17,3 persen (YoY). 

Ia menyebutkan, saat ini ada tiga negara yang menjadi sumber surplus neraca perdagangan terbesar Indonesia, yaitu dengan Amerika Serikat (surplus USD 11,13 miliar), India (surplus USD 6,47 miliar), dan Filipina (surplus USD 5,26 miliar).

“Lima produk ekspor dengan pertumbuhan positif tertinggi pada 2020/2019 (YoY) adalah besi baja sebesar 46,84 persen, perhiasan 24,21 persen, minyak sawit mentah (crude palm oil/CPO) 17,5 persen, furnitur 11,64 persen, dan alas kaki 8,97 persen,” ungkapnya.

Baca juga : Pemerintah Siapkan Rusun 5 Lantai Untuk Pemulung Dan Pengemis

Menurut Mendag, pada 2020, komoditas besi baja menempati urutan ketiga pada ekspor nonmigas Indonesia dengan kontribusi sebesar 7 persen atau senilai 10,85 miliar dolar Ameriksa. Indonesia merupakan negara penghasil komoditas besi dan baja terbesar kedua di dunia setelah Tiongkok. 

Bahkan, lebih dari 70 persen besi baja Indonesia diekspor ke Tiongkok. Komoditas perhiasan juga menjadi andalan ekspor Indonesia. 

Produk perhiasan pada 2020 menempati urutan kelima pada ekspor nonmigas Indonesia dengan kontribusi sebesar 5,3 persen dengan nilai USD 8,2 miliar. 

Baca juga : Dapat Anggaran Rp 2,8 T, Kemenperin Fokus Pemulihan Ekonomi

Hampir 80 persen produk perhiasan diekspor ke Singapura, Swiss, dan Jepang. Selain itu, untuk memastikan ekspor terus berjalan, Pemerintah akan terus mengawal dan memastikan pengamanan perdagangan produk-produk Indonesia di luar negeri dengan diplomasi perdagangan. 

Selama pandemi Covid-19, tercatat ada 37 kasus pengamanan perdagangan dari 14 negara, terdiri dari 24 kasus antidumping dan 13 kasus safeguard.

“Pemerintah berkomitmen menjalani proses baku penyelesaian sengketa di WTO terkait bahan mentah Indonesia dan hambatan perdagangan produk biodiesel berbahan baku minyak sawit oleh Uni Eropa,” tutup Mendag. [FIK]

Update berita dan artikel RM.ID menarik lainnya di Google News

Dapatkan juga update berita pilihan dan breaking news setiap hari dari RM.id. Mari bergabung di Grup Telegram "Rakyat Merdeka News Update", caranya klik link https://t.me/officialrakyatmerdeka kemudian join. Anda harus install aplikasi Telegram terlebih dulu di ponsel.