Dark/Light Mode

Hasil Rekapitulasi KPU
Pemilu Presiden 2024
Anies & Muhaimin
24,9%
40.971.906 suara
24,9%
40.971.906 suara
Anies & Muhaimin
Prabowo & Gibran
58,6%
96.214.691 suara
58,6%
96.214.691 suara
Prabowo & Gibran
Ganjar & Mahfud
16,5%
27.040.878 suara
16,5%
27.040.878 suara
Ganjar & Mahfud
Sumber: KPU

Pembenah Tanah Organik Tingkatkan Produktivitas Sayuran

Senin, 2 Agustus 2021 13:48 WIB
Kawasan budidaya sayuran/Ist
Kawasan budidaya sayuran/Ist

RM.id  Rakyat Merdeka - Menteri Pertanian Syahrul Yasin Limpo meminta jajarannya terus melakukan bimbingan dan pendampingan kepada para petani dan penyuluh pertanian di Indonesia, walaupun dalam kondisi pandemi Covid-19.

Menindaklanjuti arahan tersebut, Direktorat Jenderal Hortikultura Kementarian Pertanian mengadakan bimbingan teknis (bimtek) bertajuk Penggunaan Pembenah Tanah Organik Cair (PTOC) dalam Meningkatkan Produktivitas Sayuran Daun, secara daring melalui Zoom Meeting.

Direktur Jenderal Hortikultura Kementerian Pertanian Prihasto Setyanto menyampaikan, bimtek Hortikultura bertujuan mendukung upaya peningkatan produktivitas pada Kampung Hortikultura.

Topik bimtek kali ini difokuskan pada kampung sayuran daun. Hingga akhir 2021, ditargetkan ada 230 ha kampung sayuran daun yang siap dikembangkan di 12 provinsi di Indonesia. 

Selanjutnya, Direktur Sayuran dan Tanaman Obat Tommy Nugraha menyampaikan, dengan adanya kampung sayuran daun ini diharapkan mampu meningkatkan kesehatan tanaman, produktivitas dan pendapatan petani.

Untuk mendukung peningkatan dan kualitas produksi komoditas di kampung sayuran daun, diperlukan perbaikan sifat fisik dan kimia tanah sebagai media tanam, salah satunya dengan penggunaan PTOC. 

Hal ini diharapkan mampu memperbaiki kesehatan lahan, meningkatkan ketersediaan bahan organik untuk tanaman, hasil panen petani lebih berkualitas dan efisiensi dalam biaya produksi. 

Baca juga : LVRI: Pemerintah Serius Tangai Pandemi, Sikat Yang Ngerecokin!

PTOC Tingkatkan Produktivitas Tanaman Sayuran Daun

Kondisi pertanian saat ini, banyak lahan yang sudah beralih fungsi, penurunan ketersediaan lahan produktif, dan penurunan kualitas lahan yang produktif. 

Peneliti PKHT LPPM IPB Endang Gunawan mengatakan, ini dimungkinkan karena dampak negatif dari revolusi hijau sejak 1980-an. Ini meningkatkan penggunaan pupuk anorganik oleh petani dalam kurun waktu 30 tahun.

“Kerusakan dari penggunaan agrochemical ini sering tidak memiliki rekomendasi, tidak berimbang dan tidak diimbangi dengan pemberian pupuk organik,” jelas Endang.

Lebih lanjut, Endang menjelaskan, pembenah tanah adalah bahan-bahan organik sintesis atau alami yang mampu memperbaiki sifat fisik, kimia atau biologi tanah. 

Pembenah tanah ini ada yang berbentuk padat dan ada pula yang cair. Dengan adanya pembenah tanah, tanaman lebih mudah menyerap hara dan air dari dalam tanah.

Ada tiga jenis pembenah tanah yang dikenal saat ini, yaitu soil conditioner, soil ameliorant, dan soil decomposers. 

Baca juga : Perpustakaan Desa Harus Bisa Tingkatkan Kesejahteraan Masyarakat

Soil conditioner digunakan untuk perbaikan sifat fisik tanah, soil ameliorant untuk perbaikan sifat dan reaksi kimia tanah. Sementara soil decomposers untuk perbaikan sifat biologi tanah.

Endang mengatakan, pupuk organik berbeda dengan pembenah tanah. Perbedaannya terletak pada komposisi unsur hara makro dan mikro. Umumnya, pupuk organik memiliki unsur hara yang lebih rendah dari unsur hara pada pembenah tanah.

“Bedanya ada pada komposisi unsur hara makro dan mikro. Pupuk organik unsur haranya lebih rendah,” terang Endang.

Dari hasil penelitian yang dilakukan di berbagai lokasi untuk komoditas jagung, bawang merah, bayam, pepaya dan pisang, dengan pemberian pembenah tanah, produksi dan produktivitas tanaman yang dihasilkan jauh lebih tinggi. 

Penelitian ini memperhatikan terlebih dahulu kondisi fisik tanah. Jika tanah miskin, maka diperkaya lebih dulu dan jika sakit, maka disehatkan terlebih dulu baru ditambahkan pembenah tanah. 

Pemberian pembenah tanah diharapkan bukan hanya saat pengolahan lahan, namun dapat dilakukan selama proses budidaya.

Ketua Asosiasi Agribisnis Cabe Indonesia (AACI) Abdul Hamid sepakat dengan pernyataan Endang bahwa permasalahan lahan pertanian saat ini adalah tingkat kesuburan tanah rendah akibat penggunaan bahan kimia dalam jangka waktu yang lama.

Baca juga : Trimedya: Ingatkan Lingkungan Kita, Prokes Dan Vaksinasi Sangat Penting

Untuk mengembalikan kesehatan tanah, perlu dilakukan pengapuran, pemberian pupuk kandang, pemberian mikroorganisme yang bermanfaat dan pemberian pembenah tanah.

Abdul mengatakan, untuk mendapatkan kondisi lahan yang ideal dalam budidaya sayur, maka lahan harus diolah secara optimal, termasuk dengan pemberian humic acid sebagai pembenah tanah. 

Humic acid memiliki beberapa keunggulan, antara lain mampu mengikat air, mempunyai kapasitas tukar kation, memasok energi yang dibutuhkan, mengatur hormon pertumbuhan, dan mampu mengikat polutan dalam tanah.

“Penggunaan PTOC dalam berbudidaya dapat menghemat pengeluaran petani dan memberikan hasil produk lebih baik. Dapat dilihat di beberapa lokasi yang telah menggunakan humic acid sebagai pembenah tanah,” ujar Abdul. [KAL]

Update berita dan artikel RM.ID menarik lainnya di Google News

Dapatkan juga update berita pilihan dan breaking news setiap hari dari RM.id. Mari bergabung di Grup Telegram "Rakyat Merdeka News Update", caranya klik link https://t.me/officialrakyatmerdeka kemudian join. Anda harus install aplikasi Telegram terlebih dulu di ponsel.