Dark/Light Mode

Industri Manufaktur Penyumbang Terbesar Pertumbuhan Ekonomi Kuartal II

Jumat, 6 Agustus 2021 14:09 WIB
Menperin Agus Gumiwang Kartasasmita. (Foto: Ist)
Menperin Agus Gumiwang Kartasasmita. (Foto: Ist)

RM.id  Rakyat Merdeka - Industri manufaktur memberikan kontribusi terbesar atas kenaikan pertumbuhan ekonomi Indonesia yang mencapai 7,07 persen pada triwulan II-2021. Sektor ini jadi sumber pertumbuhan tertinggi, yaitu sebesar 1,35 persen. Di periode ini, sektor manufaktur sendiri mencatatkan pertumbuhan sebesar 6,91 persen meskipun mengalami tekanan akibat pandemi Covid-19.

Menteri Perindustrian, Agus Gumiwang Kartasasmita mengatakan, Kementerian Perindustrian fokus mendukung sektor manufaktur untuk bangkit dari kondisi kontraksi dan kembali tumbuh positif, serta menjadi kontributor pertumbuhan perekonomian nasional. “Meski Kemenperin sebagai pembina industri hanya didukung anggaran yang minim, namun sektor manufaktur tetap mampu memberikan kontribusi yang maksimal,” ujar Agus di Jakarta, (6/8).

Ia menyampaikan, meskipun mendapat tekanan akibat pandemi Covid-19 yang masuk ke Indonesia sejak 2020, sejumlah subsektor industri tumbuh sangat tinggi pada Triwulan II-2021. Subsektor tersebut di antaranya industri alat angkutan sebesar 45,70 persen, diikuti industri logam dasar 18,03 persen, industri mesin dan perlengkapan 16,35 persen, industri karet barang dari karet dan plastik 11,72 persen, serta industri kimia, farmasi dan obat tradisional sebesar 9,15 persen.

Sektor manufaktur juga memberikan kontribusi terbesar terhadap Produk Domestik Bruto (PDB) nasional pada triwulan II-2021, yakni sebesar 17,34 persen. Lima besar kontributor PDB di periode ini adalah industri makanan dan minuman sebesar 6,66 persen, industri kimia, farmasi dan obat tradisional sebesar 1,96 persen.

Baca juga : Mendag Happy Ekonomi Kuartal II Mulai Siuman

Kemudian, industri barang logam, komputer, barang elektronik, optik dan peralatan listrik sebesar 1,57 persen, industri alat angkutan 1,46 persen, serta industri tekstil dan pakaian jadi sebesar 1,05 persen. “Hal ini menunjukkan bahwa industri manufaktur punya peran penting bagi pertumbuhan ekonomi nasional,” ujar Agus.

Kinerja ekspor sektor manufaktur pada periode Januari-Juni 2021 tercatat sebesar 81,06 miliar dolar AS dan mendominasi 78,80 persen total ekspor nasional yang mencapai 102,87 miliar dolar AS. Terjadi surplus pada neraca ekspor-impor periode tersebut sebesar 8,22 miliar dolar AS.

Lima subsektor industri dengan nilai ekspor terbesar adalah industri makanan dan minuman 19,58 persen, industri logam dasar 13,78 persen, industri kimia, farmasi dan obat tradisional 9,28 persen, industri barang dari logam, komputer, barang elektronik, optik dan peralatan listrik 7,63 persen, serta industri tekstil dan pakaian jadi 5,86 persen.

Geliat sektor industri juga berdampak positif terhadap peningkatan investasi di sektor ini. Pada Januari hingga Juni 2021, investasi sektor manufaktur tercatat sebesar Rp 167,1 triliun atau naik 28,94 persen dibandingkan dengan periode yang sama tahun sebelumnya.

Baca juga : Golkar: Pertumbuhan Ekonomi Capai Target, Indonesia Keluar Dari Resesi

Nilai investasi terbesar diberikan oleh industri logam dasar sebesar Rp 56,4 triliun, industri makanan dan minuman sebesar Rp 35,8 triliun, industri kimia farmasi dan obat tradisional Rp 16 triliun, alat angkutan Rp 14,7 triliun, serta industri kertas dan barang dari kertas, percetakan dan reproduksi media rekaman sebesar Rp 8,9 triliun.

Sementara itu, peningkatan produk kendaraan domestik menunjang pembentukan modal tetap bruto (PMTB) yang tumbuh 7,54 persen. Agus menyebut kebijakan Pemberian Insentif Pajak Penjualan atas Barang Mewah Ditanggung Pemerintah (PPnBM-DTP) sebagai salah satu faktor yang mempengaruhi pertumbuhan PMTB.

Di samping itu, kebijakan PPnBM-DTP juga turut meningkatkan perdagangan dan meningkatkan penjualan sektor otomotif yang sempat tertekan sangat keras atau termasuk sektor yang hard hit saat pandemi mulai terjadi.

“Pada triwulan II-2020, volume penjualan mobil hanya 24,04 ribu unit, kemudian meningkat menjadi 187,03 ribu unit di triwulan I tahun 2021. Sedangkan pada triwulan II-2021, volume penjualan mobil langsung meningkat hingga 206,44 ribu unit yang secara persentase sebesar 758,68 persen,” papar Menperin.

Baca juga : Himbara: Pertumbuhan Ekonomi Jadi Pendorong Bisnis Keuangan

Agus juga menyebut, salah satu faktor pendorong pertumbuhan sektor manufaktur adalah kebijakan perpanjangan Pajak Pertambahan Nilai yang Ditanggung Pemerintah (PPN-DTP) untuk sektor properti. Penjualan properti sendiri meningkat antara 15-20 persen. Hal tersebut medukung demand terhadap produk industri manufaktur pendukung sektor properti, terutama industri barang galian non-logam, seperti semen, keramik dan bahan bangunan yang mencapai 8,05 persen. [DIT]

Update berita dan artikel RM.ID menarik lainnya di Google News

Dapatkan juga update berita pilihan dan breaking news setiap hari dari RM.id. Mari bergabung di Grup Telegram "Rakyat Merdeka News Update", caranya klik link https://t.me/officialrakyatmerdeka kemudian join. Anda harus install aplikasi Telegram terlebih dulu di ponsel.