Dark/Light Mode
BREAKINGNEWS
Rem Penurunan Pertumbuhan Ekonomi
Pemerintah Kudu Gercep Kendalikan Kasus Corona
Minggu, 1 Agustus 2021 05:10 WIB
RM.id Rakyat Merdeka - Pemerintah diharapkan gercep alias gerak cepat mengendalikan kasus Covid-19. Langkah itu diyakini bisa mengerem penurunan pertumbuhan ekonomi.
Sejumlah lembaga keuangan internasional rame-rame memangkas proyeksi pertumbuhan ekonomi Indonesia 2021 akibat kasus Covid-19 yang tidak terkendali di Tanah Air.
Pengamat kebijakan ekonomi dari Universitas Indonesia (UI), Rissalwan Habdy Lubis menekankan, untuk menjaga kinerja pertumbuhan ekonomi maka kasus Covid-19 harus bisa ditekan. Selain itu, memberikan perhatian lebih ke sektor rill tingkat kecil dan menengah. Karena, Usaha Kecil Menengah (UKM) salah satu penopang utama pertumbuhan ekonomi.
“Industri besar sudah tidak lagi bisa diandalkan, karena saat ini banyak yang berhenti beroperasi,” kata Rissalwan kepada Rakyat Merdeka.
Dia menjelaskan, sejak pandemi Covid-19 terjadi pada awal tahun 2020, perputaran uang lebih banyak berada di masyarakat kelas menengah ke bawah.
Hal ini terjadi karena masyarakat kelas menengah ke atas lebih banyak menahan uangnya. Sementara industri besar juga banyak yang berhenti beroperasi, bahkan gulung tikar.
Baca juga : Menaker Minta P2K3 Ikut Bantu Kendalikan Pandemi
“Salah satu kegiatan yang masih aktif adalah UKM, dimana pembelinya juga masyarakat menengah ke bawah,” lanjutnya.
Apalagi, lanjutnya, banyak studi membuktikan, saat krisis 1998, UKM mampu mendongkrak perekonomian. Hanya saja, saat ini ada tantangan pembatasan sosial. Menurutnya, pembatasan sosial membuat UKM melemah sehingga ekonomi di tingkat bawah tidak mampu bergerak.
“Agar ekonomi bisa tetap tumbuh, pastikan masyarakat di tingkat bawah bisa bertransaksi ekonomi, bisa jualan, berusaha dengan rasa aman dan nyaman. Dengan begitu, ekonomi bisa tetap tumbuh,” pungkasnya.
Ekonom Center of Reform on Economics (CORE) Indonesia Yusuf Rendy menerangkan, salah satu alasan International Monetary Fund (IMF) dan lembaga keuangan internasional rame-rame mengkoreksi pertumbuhan ekonomi Indonesia tahun 2021, karena kenaikan kasus Covid-19.
“Di saat bersamaan, proses vaksinasi juga belum berjalan secara optimal sampai dengan paruh pertama tahun ini,” kata Yusuf kepada Rakyat Merdeka.
Ia menjelaskan, persentase coverage penduduk Indonesia yang sudah di vaksin juga baru mencapai 12 persen. Padahal, selain sebagai solusi dari sisi kesehatan, proses vaksinasi yang cepat bisa mendorong sentimen positif konsumsi kelompok pendapatan menengah ke atas.
Baca juga : Agar PPKM Sukses, Puan Minta Pemerintah Bangun Kepercayaan Masyarakat
Yusuf berharap, proses vaksinasi bisa cepat dilakukan. Dan, kasus Covid-19 menurun. Sehingga kelas menengah ke bawah dan kelas atas percaya diri membelanjakan uangnya.
“Intinya, Pemerintah harus berhasil menurunkan kasus di akhir Agustus dan proses vaksinasi harus maksimal di akhir Agustus,” lanjutnya.
Bila itu terjadi, diyakininya, proyeksi pertumbuhan ekonomi pada kuartal III dan IV tahun 2021 tidak terlalu tertekan meski lebih melambat dibandingkan kuartal II karena adanya peningkatan kasus Covid-19.
Kepala Badan Kebijakan Fiskal Kementerian Keuangan Febrio Nathan Kacaribu merespon revisi proyeksi pertumbuhan ekonomi RI oleh IMF cs.
Menurutnya, Pemerintah Indonesia akan terus berfokus pada upaya pengendalian pandemi.
“Ini dibarengi dengan melindungi kesejahteraan masyarakat dan mendorong pemulihan ekonomi nasional, serta terus meningkatkan daya saing kedepannya,” kata Febrio, di Jakarta.
Baca juga : Wapres Minta Pengurus MUI Sejalan Dengan Pemerintah Soal Covid-19
Seperti diketahui, sejumlah lembaga internasional seperti IMF, Standard and Poor’s (S&P) hingga Bank Pembangunan Asia atau Asian Development Bank (ADB) memangkas proyeksi pertumbuhan ekonomi Indonesia.
IMF memangkas proyeksi pertumbuhan ekonomi Indonesia dari 4,3 persen menjadi 3,9 persen. Standard and Poor’s (S&P) juga menurunkan proyeksi pertumbuhan ekonomi Indonesia dari 4,4 persen menjadi 3,4 persen.
Sedangkan, Bank Pembangunan Asia atau Asian Development Bank (ADB) memprediksi pertumbuhan ekonomi dalam negeri hanya 4,1 persen, turun dari prediksi sebelumnya yang sebesar 4,5 persen. [NOV]
Update berita dan artikel RM.ID menarik lainnya di Google News
Dapatkan juga update berita pilihan dan breaking news setiap hari dari RM.id. Mari bergabung di Grup Telegram "Rakyat Merdeka News Update", caranya klik link https://t.me/officialrakyatmerdeka kemudian join. Anda harus install aplikasi Telegram terlebih dulu di ponsel.
Tags :
Berita Lainnya