Dark/Light Mode

Mahfud MD Dengerin Wejangan Para Tokoh Senior

Jumat, 27 Agustus 2021 19:48 WIB
Menteri Koordinator bidang Politik, Hukum, dan Keamanan (Menko Polhukam) Mahfud MD saat berdialog secara virtual dengan sejumlah tokoh senior, Kamis (26/8) malam. (Foto: Ist)
Menteri Koordinator bidang Politik, Hukum, dan Keamanan (Menko Polhukam) Mahfud MD saat berdialog secara virtual dengan sejumlah tokoh senior, Kamis (26/8) malam. (Foto: Ist)

RM.id  Rakyat Merdeka - Sejumlah tokoh senior dari kalangan intelektual, mantan pejabat, dan aktivis masyarakat sipil memenuhi undangan Menteri Koordinator bidang Politik, Hukum, dan Keamanan (Menko Polhukam) Mahfud MD untuk berdialog secara virtual pada Kamis (26/8) malam.

Mereka yang hadir antara lain Emil Salim, Kuntoro Mangkusubroto, Goenawan Mohamad, Abdillah Toha, Bagir Manan, Faisal Basri, dan Laode M. Syarief. Hadir pula Erry Riyana Hardjapamekas, Muhammad Nuh, Rhenald Kasali, Halim Alamsyah, Alwi Shihab, Nadirsyah Hosen, Al Hilal Hamdi, Khairil Anwar Notodiputro, dan Hikmahanto Juwana.

Dialog ini adalah kelanjutan rangkaian pertemuan Menko Polhukam dengan berbagai unsur masyarakat, untuk mendengarkan masukan sekaligus menjelaskan pilihan kebijakan yang ditempuh pemerintah, khususnya di bidang politik, hukum, dan keamanan.

"Saya tahu para senior dan sahabat semua adalah orang-orang yang sikapnya jelas terhadap upaya perbaikan bangsa. Karena itu saya ingin banyak mendengar tentang apa saja yang perlu menjadi catatan penting saya, baik terkait penegakan hukum, politik, maupun masalah keamanan, dan masalah-masalah lain yang mungkin perlu ditangani pemerintah," ujar Mahfud mengawali dialog.

Para tokoh secara bergantian menyampaikan pandangan sekaligus masukan kepada pemerintah melalui Menko Mahfud MD.

Baca juga : Mahfud MD: Hakim Kudu Kreatif, Jangan Terbelenggu UU

Emil Salim mempertanyakan sikap pemerintah yang merencanakan anggaran besar untuk persenjataan dan pemindahan ibukota, di saat keuangan negara sedang mengalami tekanan yang berat.

"Saya berempati dengan Menteri Keuangan yang pusing kepala, tetapi banyak dari teman-teman kita di departemen kurang paham bahwa pengeluaran menjadi terbatas sehingga berbagai pengeluaran seperti pembelian senjata, ibu kota negara dan macam-macam, berjalan seolah-olah keuangan itu tersedia banyak, padahal tidak. Ini bakal menyulitkan pengelolaan keuangan negara," saran Emil yang juga ekonom senior dan Guru Besar UI.

Mantan anggota DPR Abdillah Toha yang selama ini dikenal sebagai pendukung Presiden Jokowi mengkritik berbagai kebijakan pemerintah yang dinilai tidak pro rakyat.

"Periode kedua ini banyak hal yang menjadi tanda tanya besar. Saya ingin kasih contoh satu, KPK. Kita bingung orang-orang yang berprestasi luar biasa di KPK itu tetap diberhentikan, dan tidak ada tindak lanjut dari Presiden," ujar politisi senior yang juga salah satu pendiri Partai Amanat Nasional ini.

Masukan soal penanganan pandemi disampaikan oleh mantan Menteri Pertambangan dan Energi, Kuntoro Mangkusubroto. Menurutnya, hasil yang dicapai dalam penanganan pandemi sejauh ini cukup baik. Namun tidak dilakukan secara sistem melalui pendekatan organisasi yang benar.

Baca juga : Menaker Paparin Alur Pemulangan PMI Dari Taiwan

"Cara kerja yang organized, yang sudah disiapkan pendahulu sebelumnya ditinggalkan, atas nama kecepatan. Bagus, tapi governance-nya tidak. Saat pandemi ini puncaknya, tidak ada satu organisasi yang permanen untuk menangani, padahal masalahnya makin serius. Akumulasi informasi yang menjadi pengetahuan, tidak akan terjadi kalau tidak ada organisasi," ujar mantan Kepala Unit Kerja Presiden Bidang Pengawasan dan Pengendalian Pembangunan itu.

Sedangkan pengamat ekonomi, Faisal Basri menyoroti beberapa persoalan hukum di bidang ekonomi. Menurutnya, ekonomi akan survive kalau penegakan hukumnya baik.

"Saya terkejut dengan misalnya dibebaskannya kewajiban membangun kebun untuk gula rafinasi, sehingga kita mendengar keluhan dari industri makanan minuman, mereka sangat terganggu. Di Jawa Timur, tidak ada pabrik yang memproduksi gula rafinasi, kita menunggu kehancuran pabrik gula nasional," kritik Faisal. 

Mantan Komisioner KPK Laode M. Syarief menilai ada kecenderungan ruang publik menjadi menyempit dan sulit menyampaikan aspirasi ke pemerintah.

"Teman-teman yang seharusnya ada di pemerintahan, aksesnya mejadi sangat terbatas. Yang sering berkomunikasi dengan publik hanya Prof. Mahfud, yang lain tidak pernah membuka komunikasi. Dulu, kita bisa bersilaturahmi menyampaikan kalau merasa kurang nyaman terhadap suatu kebijakan," ujar Laode.

Baca juga : Mantan Tahanan Guantanamo Jadi Menteri Pertahanan Taliban

Semua yang hadir dalam dialog ini menyampaikan pandangannya, kemudian satu per satu direspons oleh Menko Polhukam di akhir acara.

"Apa yang disampaikan, baik itu kritik, keluhan, atau masukan, pada umumnya senada, dan sebagian besar sudah diketahui pemerintah. Masalahnya sekarang, kita harus menemukan peta jalan untuk mengurai dan membenahi semua masalah itu. Dan untuk itu kontribusi dari bapak-bapak sangat diperlukan," ujar Mahfud MD sembari berterima kasih atas kesediaan para tokoh untuk hadir dan berbagi. [FAQ]

Update berita dan artikel RM.ID menarik lainnya di Google News

Dapatkan juga update berita pilihan dan breaking news setiap hari dari RM.id. Mari bergabung di Grup Telegram "Rakyat Merdeka News Update", caranya klik link https://t.me/officialrakyatmerdeka kemudian join. Anda harus install aplikasi Telegram terlebih dulu di ponsel.