Dark/Light Mode
BREAKINGNEWS
Hasil Rekapitulasi KPU
Pemilu Presiden 2024
24,9%
40.971.906 suara
24,9%
40.971.906 suara
Anies & Muhaimin
58,6%
96.214.691 suara
58,6%
96.214.691 suara
Prabowo & Gibran
16,5%
27.040.878 suara
16,5%
27.040.878 suara
Ganjar & Mahfud
Sumber: KPU
Hilirisasi Dan Keberlanjutan Nomor 1
Jokowi: Kita Jangan Cuma Jadi Tukang Gali Dan Tukang Tangkap Ikan
Rabu, 13 Oktober 2021 14:30 WIB
RM.id Rakyat Merdeka - Presiden Jokowi kembali menekankan pentingnya nilai tambah yang maksimal, di samping menjamin keberlanjutan dalam setiap upaya pemanfaatan kekayaan sumber daya alam.
"Nilai tambah ini penting sekali. Nilai tambah yang maksimal untuk kepentingan nasional kita, dalam negeri kita, dan rakyat kita," kata Jokowi dalam pengarahan Peserta Program Pendidikan Reguler Angkatan (PPRA) LXII dan Program Pendidikan Singkat Angkatan (PPSA) XXIII di Istana Negara, Jakarta, Rabu (13/10).
Alasan itulah yang mendasari pemerintah mengambil alih kepemilikan beberapa perusahaan asing. Misalnya saja, Freeport.
"Setelah 54 tahun dikelola Freeport McMoran, kita berhasil mengambil saham mayoritasnya 2 tahun lalu. Dari 9 persen, menjadi mayoritas 51 persen," ujar Jokowi.
Baca juga : Dugaan Keterlibatan Bos Bank Panin Mu'min Ali Dalam Suap Pajak
Contoh lainnya adalah Blok Mahakam yang selama 43 tahun dikelola perusahaan minyak Prancis, Total.
Blok Mahakam sudah diambil alih, 100 persen diberikan kepada Pertamina.
Begitu pula Blok Rokan, yang sudah dikelola 97 tahun oleh Chevron. Sudah 100 persen diberikan kepada Pertamina.
"Sekarang, kita tinggal melihat, kita bisa tidak melanjutkan dan meningkatkan produksi dari yang sudah kita ambil alih. Inilah yang masih menjadi pertanyaan. Kita lihat nanti, 1 tahun 2 tahun 3 tahun 4 tahun setelahnya, mampukah kita?" tandas Jokowi.
Baca juga : Prokes Harus Diawasi, Jangan Kadang Ketat, Kadang Longgar
Jokowi menegaskan, yang lebih penting dari itu adalah upaya hilirisasi besar-besaran.
Jangan lagi mengekspor dalam bentuk raw material, atau bahan mentah yang tidak memiliki nilai tambah.
"Kita dapat uang dari situ, iya. Kita dapat income dari situ, iya. Tapi nilai tambahnya, itu yang kita inginkan. Artinya apa? Kalau tambang, ya kita jangan hanya jadi tukang gali saja," papar Jokowi.
"Anugerah yang diberikan Allah kepada kita, betul-betul sangat luar biasa besarnya. Tapi kalau kita hanya tukang gali, kemudian kita kirim ke luar negeri. Maka, mereka (negara lain) akan buat smelter di sana, kemudian dijadikan barang setengah jadi atau barang jadi. Lalu kembali ke sini, kita beli. Inilah sedikit demi sedikit, tahap demi tahap, harus kita hilangkan, Nggak boleh lagi kita jadi tukang tangkap ikan. Nggak. Harus ada industri pengolahannya di sini," tegasnya.
Jokowi pun menyayangkan kondisi masa lalu, saat terjadi booming kayu. Namun, kala itu, Indonesia hanya menghasilkan kayu gelondongan.
Tidak ada industri perkayuan atau industri permebelan, sehingga industri nasional kehilangan kesempatan tersebut.
"Sekali lagi, kita harus memiliki produk yang memiliki nilai tambah tinggi, yang mengkombinasikan pemanfaatan alam dengan kearifan dan teknologi yang melestarikan," tandas mantan Gubernur DKI Jakarta ini. [HES]
Update berita dan artikel RM.ID menarik lainnya di Google News
Dapatkan juga update berita pilihan dan breaking news setiap hari dari RM.id. Mari bergabung di Grup Telegram "Rakyat Merdeka News Update", caranya klik link https://t.me/officialrakyatmerdeka kemudian join. Anda harus install aplikasi Telegram terlebih dulu di ponsel.
Tags :
Berita Lainnya