Dark/Light Mode

Diplomasi TNI Di Papua Tak Menyerang, Cuma Merespon Serangan

Senin, 10 Desember 2018 08:26 WIB
Kepala Dinas Penerangan Kodam XVII Cenderawasih, Kolonel Infateri Muhammad Aidi. (Foto: Dok. Kodam XVII Cenderawasih)
Kepala Dinas Penerangan Kodam XVII Cenderawasih, Kolonel Infateri Muhammad Aidi. (Foto: Dok. Kodam XVII Cenderawasih)

RM.id  Rakyat Merdeka - Inilah kebijakan TNI di Papua. Tidak menyerang duluan, dan hanya merespon jika diserang. Kebijakan ini disampaikan Kepala Dinas Penerangan Komando Daerah Militer XVII/Cenderawasih Kolonel Infanteri Muhammad Aidi. Menurutnya, baku tembak terjadi karena TNI merespon serangan, tidak diserang.

"Menanggapi pemberitaan beberapa media, yang katanya berdasarkan laporan dari kepala kampung di Yigi mengatakan bahwa dalam proses evakuasi, pasukan TNI melakukan serangan udara dan serangan bom dan mengakibatkan sejumlah warga sipil tewas menjadi korban, kami perlu tegaskan di sini bahwa TNI tidak pernah menggunakan serangan bom," kata Kolonel Inf Muhammad Aidi dalam keterangannya kepada wartawan, Minggu (9/12).

Baca juga : Dua Menteri Jokowi Dikepung Lima Petahana

Sebelumnya, kabar provokatif disampaikan melalui tabloidjubi.com. Diberitakan, empat warga sipil setempat tewas ditembak aparat keamanan saat evakuasi jenazah pekerja Istaka Karya, yang ditembak pada Minggu (2/12). Samuel Tabuni yang disebut situs itu sebagai tokoh pemuda Papua, mengaku kerabatnya menjadi korban penembakan aparat keamanan pada 4-5 Desember 2018.

Dijelaskan Kolonel Aidi, TNI dalam operasi ini hanya menggunakan senjata standar pasukan infanteri, yaitu senapan perorangan yang dibawa masing-masing prajurit. Media dan warga juga bisa melihat bahwa alutsista yang digunakan TNI, hanya heli angkut jenis Bell dan MI-17. "Tidak ada heli serang, apalagi pesawat tempur atau pesawat pengebom," tegas Kolonel Aidi.

Baca juga : Didukung 11 Pemda, 2019 Transmigran Digaji Sesuai UMP

Aidi kembali menegaskan, proses baku tembak dengan kelompok bersenjata di Papua bukan dimulai TNI. TNI, katanya, mendapat serangan saat proses evakuasi. "Selain itu, TNI hingga saat ini belum pernah melakukan serangan. Sebaliknya, pada saat melaksanakan upaya evakuasi, justru merekalah yang menyerang tim evakuasi. Sehingga, terjadi kontak tembak dan mengakibatkan satu orang anggota Brimob menderita luka tembak," jelasnya.

Kolonel Aidi menegaskan, beragam pendapat miring seperti jatuhnya korban sipil, serangan bom, dan zona tempur hanyalah upaya propaganda pihak kelompok bersenjata Papua, untuk menggiring opini publik memojokkan TNI-Polri seolah melanggar HAM. Sejauh ini 24 orang telah berhasil ditemukan selamat terkait insiden penyerangan antara pekerja dengan kelompok bersenjata tersebut. Sementara, korban tewas mencapai 16 orang. TNI-Polri pun masih melakukan pencarian terhadap lima karyawan PT Istaka Karya yang hingga kini belum diketahui keberadaannya.

Baca juga : Pembasmian Teroris Papua: Sulit Atau Terlalu Banyak Mikir?

Lima karyawan yang belum diketahui nasibnya itu atas nama M. Ali Akbar, Petrus Ramli, Hardi Ali, Simon Tandi dan Riki Simanjuntak. Sedangkan, karyawan PT Istaka Karya yang berada di kamp di Distrik Yigi tercatat sebanyak 28 orang. Penyerangan terhadap para pekerja yang membangun jebatan di Kali Yigi dan Kali Aurak, Nduga terjadi pada Ahad, 2 Desember 2018. Mereka diserang oleh kelompok bersenjata pimpinan Egianus Kogoya dari sayap militer Organisasi Papua Merdeka. [BSH/net]

Update berita dan artikel RM.ID menarik lainnya di Google News

Dapatkan juga update berita pilihan dan breaking news setiap hari dari RM.id. Mari bergabung di Grup Telegram "Rakyat Merdeka News Update", caranya klik link https://t.me/officialrakyatmerdeka kemudian join. Anda harus install aplikasi Telegram terlebih dulu di ponsel.