Dark/Light Mode

Hasil Rekapitulasi KPU
Pemilu Presiden 2024
Anies & Muhaimin
24,9%
40.971.906 suara
24,9%
40.971.906 suara
Anies & Muhaimin
Prabowo & Gibran
58,6%
96.214.691 suara
58,6%
96.214.691 suara
Prabowo & Gibran
Ganjar & Mahfud
16,5%
27.040.878 suara
16,5%
27.040.878 suara
Ganjar & Mahfud
Sumber: KPU

Kementan Siap Perkuat Peran Bioinformatika Penyakit Hewan Di ASEAN

Sabtu, 30 Oktober 2021 15:59 WIB
Laboratorium Bioinformatika milik Direktorat Jenderal Peternakan dan Kesehatan Hewan Kementan yang sudah mendapat pengakuan dari negara-negara dunia/Ist
Laboratorium Bioinformatika milik Direktorat Jenderal Peternakan dan Kesehatan Hewan Kementan yang sudah mendapat pengakuan dari negara-negara dunia/Ist

RM.id  Rakyat Merdeka - Bioinformatics atau Bioinformatika merupakan salah satu tools untuk menggambarkan sifat/ciri dan dinamika biologi makhluk hidup. Termasuk agen atau mikroorganisme yang memiliki potensi menimbulkan wabah penyakit baik pada hewan, tanaman, maupun manusia.

Bioinformatika digunakan untuk menentukan dan mengkarakterisasi pola kejadian penyakit secara molekuler dan epidemiologi (molecular epidemiology). 

Dengan aplikasi bioinformatika, karakteristik agen penyakit bisa dilakukan lebih komprehensif, sehingga membantu efisiensi dan efektivitas langkah-langkah dalam pengendalian penyakit. 

Indonesia merupakan negara yang memiliki keunggulan di bidang bioinformatika. Hal ini terbukti dengan telah disetujuinya Balai Besar Veteriner Wates sebagai Pusat Rujukan Regional Bioinformatika Veteriner (Regional Reference Center for Bioinformatics) tingkat ASEAN.

Persetujuan (endorsement) dari negara-negara ASEAN untuk BBVET Wates telah disampaikan dalam pertemuan kelompok kerja bidang peternakan tingkat ASEAN atau ASWGL (ASEAN Sectoral Group on Livestock) pada April 2021 dan dikuatkan dalam pertemuan Senior Officials Meeting of the ASEAN Ministers Meeting on Agriculture and Forestry (SOM-AMAF) pada Agustus 2021.

Baca juga : Mentan SYL Bahas Kerja Sama Kesehatan Hewan Di Forum AMAF

Kepala Balai Besar Veteriner Wates, Hendra Wibawa ketika dihubungi terpisah menjelaskan berbagai usaha telah dilakukan oleh BBVet Wates untuk membuktikan keunggulannya.

Salah satu kegiatan yang dilakukan adalah pelatihan bioinformatika untuk laboratorium kesehatan hewan se-ASEAN yang telah dilaksanakan 1-3 Februari 2021. 

Sebelumnya, BBVet Wates juga telah mensosialisasikan penerapan bioinformatika dalam monitoring virus influenza (flu burung) di Indonesia kepada delegasi kelompok kerja teknis avian influenza di ASEAN (Avian Influenza Group in ASEAN, AIGA) tahun 2018.

Menurutnya, BBVet Wates sudah menjadi laboratorium referensi nasional untuk flu burung dengan penunjukan Menteri Pertanian.

Selain itu, laboratorium ini juga memimpin jejaring laboratorium tingkat nasional dalam monitoring virus influenza atau Influenza Virus Monitoring in Animal (IVM) dan telah dilengkapi dengan platform data elektronik berbasis web yaitu IVM Online.

Baca juga : Kemenag Raih Predikat Menuju Informatif Dari KIP

Hasil IVM telah digunakan oleh pemerintah untuk menetapkan kebijakan vaksin dan vaksinasi Avian Influenza. 

Menanggapi itu, Dirjen Peternakan dan Kesehatan Hewan Nasrullah mengapresiasi keunggulan BBVet Wates yang telah berhasil membuktikan keunggulannya di kancah ASEAN.

Nasrullah mengatakan, kecepatan deteksi penyakit hewan sangat penting untuk bisa memitigasi, mencegah dan menanggulangi penyakit hewan agar tidak tersebar luas. 

Hal ini secara tidak langsung akan meningkatkan kepercayaan negara lain terhadap produk produk peternakan Indonesia. 

“Harapannya tentu peningkatan ekspor untuk produk peternakan Indonesia” jelasnya.

Baca juga : KAI Raih Penghargaan Badan Publik Informatif Peringkat 1 Kategori BUMN

Lebih lanjut, ia mengatakan, topik tentang kesehatan hewan juga menjadi salah satu topik penting yang dibahas dalam pertemuan tingkat menteri pertanian, perikanan dan kehutanan ASEAN (AMAF ke 43) yang dilaksanakan tanggal 27 Oktober lalu. 

Negara anggota ASEAN sepakat memperkuat mekanisme regional dalam mencegah, mendeteksi dini, dan tanggap terhadap penyakit hewan dan zoonosis yang berpotensi pandemi. 

“Kita harus lebih banyak berperan serta terkait ini, meski selama ini peran Indonesia di bidang kesehatan hewan sudah cukup dominan” pungkasnya.

Beberapa dokumen hasil kerja Indonesia juga telah di setujui (di endorse) pada pertemuan ASEAN Ministers Meeting on Agriculture and Forestry (AMAF) ke-43 kemarin. 

Beberapa dokumen tersebut antara lain: TOR&ROP of Regional Reference Center (RRC) for Bioinformatics, ASEAN Strategy for Exotic, Emerging, Re-emerging Diseases and Animal Health Emergencies, dan ASEAN Good Manufacturing Practices for Slaughterhouses and Meat Cutting Plants. [KAL]

Update berita dan artikel RM.ID menarik lainnya di Google News

Dapatkan juga update berita pilihan dan breaking news setiap hari dari RM.id. Mari bergabung di Grup Telegram "Rakyat Merdeka News Update", caranya klik link https://t.me/officialrakyatmerdeka kemudian join. Anda harus install aplikasi Telegram terlebih dulu di ponsel.