Dark/Light Mode
BREAKINGNEWS
Hasil Rekapitulasi KPU
Pemilu Presiden 2024
24,9%
40.971.906 suara
24,9%
40.971.906 suara
Anies & Muhaimin
58,6%
96.214.691 suara
58,6%
96.214.691 suara
Prabowo & Gibran
16,5%
27.040.878 suara
16,5%
27.040.878 suara
Ganjar & Mahfud
Sumber: KPU
Tionghoa di Batavia: Cikal Diskriminasi dan Konflik Rasial di Indonesia
Senin, 24 Oktober 2022 09:30 WIB
Anisa’ul Khoiriyah,
Mahasiswi Magister Pengkajian Islam Sekolah Pascasarjana UIN Syarif Hidayatullah Jakarta
(*)
RM.id Rakyat Merdeka - Dari kilas balik sejarah Tionghoa di Batavia, ternyata ide-ide diskriminatif dan konflik rasial sudah berkembang jauh semenjak abad ke- 18 M. Hal ini disampaikan cendekiawan Muslim dan sejarawan Indonesia dan muassis Kayfa.id yang tinggal di Belgia, Ayang Utriza Yakin, PhD.
Menurutnya, diskriminasi terhadap etnis Tionghoa saat ini, disebabkan akibat penanaman sudut pandang diskriminatif oleh Kolonial Belanda, berupa pemberian hak istimewa terhadap etnis Tionghoa, serta menjadikannya sebagai orang kepercayaan VOC. Hal ini menimbulkan kecemburuan sosial pada kalangan masyarakat etnis lainnya.
Baca juga : Sri Mul Optimis Pertumbuhan Ekonomi Indonesia Membaik
Tentu bukanlah hal mudah memerangi sudut pandang diskriminiatif dan konflik rasial yang sudah tertanam beberapa abad silam. Sehingga Kayfa.id, yang diprakarsai Ayang, hadir dan aktif mengadakan diskusi bulanan selama satu tahun kedepan (2022-2023), dengan tema “Tionghoa di Indonesia dan Muslim Tiongkok”.
Kegiatan ini, kata Ayang, bertujuan meredam politik identitas menjelang Pemilu 2024 serta menekan pemahaman diskriminatif dan konflik rasial di Indonesia.
Di balik kemegahan kota Jakarta saat ini, ternyata banyak sekali pihak yang turut andil dalam pembentukannya. Di antaranya adalah orang-orang Tionghoa, yang merupakan aktor-aktor penting yang berperan dalam pembentukan ruang kota, bahkan jauh sebelum Batavia dikembangkan.
Baca juga : Liga Spanyol: Bantai Sevilla, Real Madrid Kokoh Di Puncak
Prof. Bondan Kanumayaso, sejarawan saat menjadi narasumber dalam diskusi ilmiah daring yang diselenggarakan oleh Kayfa.id pada Minggu, 2 Oktober 2022, bekerjasama dengan Universitas Nahdlatul Ulama Indonesia (UNUSIA) dan Universitas Nahdlatul Ulama (UNU) Yogyakarta menyampaikan, saat Batavia pertama kali dibangun oleh Vereenigde Oost-Indische Compagnie (VOC) dan mengalami masalah populasi, mau tidak mau harus mendatangkan penduduk dari tempat-tempat lain dan komunitas lain. Namun saat itu, orang-orang Tionghoa diprioritaskan, karena dianggap sangat potensial menghidupkan perekonomian Batavia.
Sementara Ayang Utriza menjelaskan, bertambahnya jumlah penduduk Tionghoa di Batavia salah satu penyebabnya adalah limpahan orang Tionghoa dari Kesultanan Banten, akibat perang sipil pada 1682 M - 1684 M, yang dimenangkan oleh Sultan Haji, salah satu anak Kesultanan Banten yang memberontak pada ayahnya sendiri, dengan bantuan VOC.
Maka pada saat itu, banyak sekali orang Tionghoa Banten yang pindah ke Batavia. Kemakmuran Batavia tentu saja ada sumbangsih dari orang Tionghoa Banten, karena menggunakan dan menerapkan ilmu pengetahuan yang telah dikembangkan di Banten.
Baca juga : Ketua MPR Dorong Peningkatan Investasi Turki di Indonesia
Saat Belanda pertama kali datang dan mendarat di Nusantara pada 1596 M, ternyata di hulu Sungai Ciliwung sebelah timur, sudah ada komunitas orang-orang Tionghoa yang bermukim di sana. Tempat tersebut masih bernama Jayakarta, kemudian dijadikan kantor dagang oleh orang Belanda.
Selanjutnya
Update berita dan artikel RM.ID menarik lainnya di Google News
Dapatkan juga update berita pilihan dan breaking news setiap hari dari RM.id. Mari bergabung di Grup Telegram "Rakyat Merdeka News Update", caranya klik link https://t.me/officialrakyatmerdeka kemudian join. Anda harus install aplikasi Telegram terlebih dulu di ponsel.
Tags :
Berita Lainnya