Dark/Light Mode

Tabayyun Tanda Penguasaan Wawasan Agama Yang Kuat, Agar Tak Salah Tafsir

Kamis, 11 Mei 2023 14:07 WIB
Ketua MUI Bidang Pendidikan dan Kaderisasi, KH Abdullah Jaidi (Foto: Istimewa)
Ketua MUI Bidang Pendidikan dan Kaderisasi, KH Abdullah Jaidi (Foto: Istimewa)

RM.id  Rakyat Merdeka - Peningkatan pemahaman dalam beragama adalah keharusan bagi setiap orang. Dengan memiliki pemahaman yang kuat, seseorang dapat menyikapi penafsiran agama atau pemberitaan dengan melakukan tabayyun atau melakukan klarifikasi atau menguji kebenaran informasi. Ini penting agar peristiwa penyerangan di Kantor Majelis Ulama Indonesia (MUI) Pusat beberapa hari lalu tidak terjadi lagi.

“Peristiwa itu terjadi karena pelaku tidak memiliki wawasan keagamaan yang kuat dan tidak ber-tabayyun. Pelaku ingin melampiaskan yang menjadi keyakinan dia, bahwa mimpinya itu benar. Padahal mimpi itu ada dua, dari Allah dan Rasulnya, atau mimpi dari setan. Kalau mimpi dari setan pasti bertentangan dengan ajaran agama, tapi kalau mimpi dari Allah dan Rasulnya menjurus kepada kebaikan,” ujar Ketua MUI Bidang Pendidikan dan Kaderisasi, KH Abdullah Jaidi.

Menurutnya, kasus seperti ini bukan hal baru. Banyak sekali orang yang bermimpi bertemu Nabi dan mengaku dapat wangsit, padahal dia bukan seorang yang ahli agama. Wangsitnya adalah bahwa harus ada persatuan dan kesatuan (seluruh) umat Islam di dunia. 

Baca juga : Teten Yakin Perluasan Ekspansi Pasar Dorong Kebangkitan Industri Furnitur Tanah Air

“Ini berarti dia tidak paham konsep kenegaraan. Di dunia ini ada negara-negara yang berdiri atas kemauan rakyatnya. Ada negara yang kesepakatan rakyatnya itu berbentuk negara Islam, nasionalis, ataupun sosialis," ucapnya.

Jaidi melanjutkan, untuk Indonesia kesepakatannya adalah negara republik, yang memiliki dasar hukum dan aturan sendiri. "Inilah yang tidak disadari. Jadi, dai dan ulama itu perlu memiliki wawasan kebangsaan. Wawasan kebangsaan bukan bertujuan untuk bertentangan dengan agama, melainkan yang mengacu pada ajaran agama itu sendiri,” terang Kiai Jaidi.

Ketua Dewan Syura Al-Irsyad Al-Islamiyyah ini menjelaskan, setiap orang atau kelompok pasti memiliki keterbatasan ilmu. Karena itu, jangan mengatakan bahwa pahamnya yang paling benar. Dengan sikap tersebut, kemudian menafikan pemahaman yang lain, bisa menjadi ekstrem dalam pergaulan dan pemahaman beragama. 

Baca juga : Pelaku Penembakan Di MUI Alami Luka Luar, Tapi Tak Sebabkan Kematian

“Kalau MUI, Kementerian Agama, ataupun BNPT menekankan wawasan serta moderasi beragama, itu bertujuan untuk menyelamatkan generasi muda, dai, dan ulama kita. Harapannya mereka ini tidak tercemar dengan pemahaman ekstrem,” ungkapnya. 

Kiai Jaidi mencontohkan, ada ustaz-ustaz idola mereka yang memasukkan paham ekstrem lalu mem-brainwashing pemikiran mereka menjadi keras. Kalau pahamnya ini sudah ekstrem, akan menjurus kepada sikap dan perilaku yang menyendiri atau eksklusif dalam kehidupan berkelompok.

Ia menambahkan, semua pihak perlu mengantisipasi jika terjadi tindakan ekstrem yang dilakukan kelompok radikal. Apalagi menjelang tahun politik seperti sekarang, bisa saja dimunculkan masalah-masalah yang sangat sensitif di dalam perkara politik. 

Baca juga : Mahfud Heran Ada Yang Baru Keluar Penjara Ajak Perangi Koruptor

Dalam hal ini, tambah Kiai Jaidi, perlu pemahaman yang moderat di kalangan para penceramah. Pasalnya, ucapan penceramah atau dai bisa mempengaruhi pemikiran umat.

“Seperti yang telah diketahui bersama, bahwa dai-dai muda sekarang ini memang ada berbagai kelompok. Apa yang diharapkan dari para dai ini adalah mereka harus memiliki pemahaman yang sesuai dengan ajaran Islam yang wasathiyah atau moderat,” tuturnya.

Ia berpesan bahwa tidak peduli berapa banyak ilmu atau harta yang dimiliki, akhlak adalah yang utama. “Karena baik ilmu ataupun harta itu tidak bisa memberikan sebuah kewibawaan. Andaikata bisa, itu kewibawaan yang sementara, tetapi kewibawaan yang utuh adalah kesantunan di dalam berinteraksi dalam kehidupan masyarakat,” tandas Jaidi.â– 

Update berita dan artikel RM.ID menarik lainnya di Google News

Dapatkan juga update berita pilihan dan breaking news setiap hari dari RM.id. Mari bergabung di Grup Telegram "Rakyat Merdeka News Update", caranya klik link https://t.me/officialrakyatmerdeka kemudian join. Anda harus install aplikasi Telegram terlebih dulu di ponsel.