Dark/Light Mode

Meneladani Nabi Ibrahim Saat Idul Adha Dengan Ketaatan Dan Pengorbanan

Kamis, 29 Juni 2023 10:32 WIB
Ketua MUI Bidang Pendidikan dan Kaderisasi KH Abdullah Jaidi (Foto: Istimewa)
Ketua MUI Bidang Pendidikan dan Kaderisasi KH Abdullah Jaidi (Foto: Istimewa)

RM.id  Rakyat Merdeka - Perayaan Idul Adha atau Idul Kurban merupakan salah satu perhelatan besar yang diperingati seluruh umat Islam di dunia, termasuk di Indonesia. Pada Idul Adha, umat Islam disunahkan menyembelih hewan kurban dan membagikan dagingnya kepada yang membutuhkan.

Selain pembagian daging kurban, perayaan Idul Adha juga mendidik umat Islam untuk memelihara ketaatannya terhadap perintah Allah, Tuhan Yang Maha Esa. Hal ini dicontohkan melalui kisahnya Nabi Ibrahim AS.

Ketua Majelis Ulama Indonesia (MUI) Bidang Pendidikan dan Kaderisasi KH Abdullah Jaidi menyampaikan, peringatan Idul Adha menjadi momentum untuk meneladani ketaatan dan pengorbanan Ibrahim kepada Tuhan. Ketika itu, Ibrahim perintah untuk menyembelih putranya, Nabi Ismail AS

“Padahal itu adalah putranya yang diidam-idamkan puluhan tahun lamanya, setelah sebelumnya istrinya lama tidak memiliki anak. Tiba-tiba datang perintah dari Yang Maha Kuasa untuk menyembelih anaknya sendiri. Walaupun demikian, Nabi Ibrahim AS tetap menyatakan kesiapannya untuk melaksanakan perintah itu,” jelas Abdullah Jaidi, dalam keterangan yang diterima redaksi, Kamis (29/6).

Baca juga : Anis Matta: Perayaan Idul Adha Jadi Momentum Kesetaraan Dan Persamaan Sesama Umat Manusia

Ketua Dewan Syura Al-Irsyad Al-Islamiyyah ini menjelaskan, kesiapan Ibrahim ini juga disampaikan kepada Ismail tanpa paksaan. Ismail mengerti bahwa perintah untuk menyembelih dirinya datang dari Allah. Bahkan Ismail menjawab kepada Ibrahim dengan berkata, “silakan ayahanda, insya Allah, Allah Subhanahu wa Ta'ala akan meneguhkan hatiku dengan ujian ini.”

“Keduanya menunjukkan sikap ketaatan yang tinggi ketika diminta berkurban pertama kalinya pada Allah Subhanahu wa Ta'ala. Kedua nabi Allah ini menjawab dengan ucapan, 'sami’na wa atho’na', yang berarti 'kami dengar dan kami laksanakan'. Kisah Nabi Ibrahim AS dan Nabi Ismail AS ini menjadi contoh pengorbanan secara jasadiyah atau fisik. Sementara itu, makna berkurban yang tersirat adalah mewujudkan rasa ketaatan,” ujar Kiai Jaidi.

Ia juga menyampaikan bahwa berkurban adalah simbol bahwa hidup ini penuh dengan pengorbanan. Pengorbanan dalam hal ini adalah baik jiwa, raga, ataupun harta benda. Semangat Idul Kurban itu, selain menunjukkan rasa ketaatan kita, juga menunjukkan kedisiplinan dalam bekerja, berusaha, dan dalam kehidupan pada umumnya. 

“Sebagai umat yang menjunjung tinggi ketaatan, tentu diharapkan dapat memenuhi aturan-aturan yang ada. Hidup ini kalau tidak ada penegakan hukum, mustahil manusia ini akan bersandar kepada aturan. Jika aturan tidak tegak, manusia akan menjadi liar. Esensi dari perayaan Idul Kurban ini salah satunya adalah mewujudkan ketaatan dan kedisiplinan dalam hidup, sehingga kita akan berhasil pada perjalanan hidup ini,” terang Kiai Jaidi.

Baca juga : Pengacara Mario Dandy Minta Hakim Cermati Penganiayaan David, Spontan Atau Direncanakan

Dia melanjutkan, Idul Adha harus dijadikan momentum umat manusia untuk saling menghormati dan menebarkan kasih sayang. Pasalnya, tujuan hidup manusia saling menghormati dan saling menghargai. Itu penting agar sesama manusia tidak saling membinasakan jiwa orang lain tanpa sebuah kebenaran. Caranya dengan menegakkan aturan dan hukum untuk menciptakan ketentraman.

Selain itu, umat juga harus menegakkan kejujuran dan keadilan. Menurutnya, orang yang tidak menegakkan kejujuran dan keadilan, jiwanya dihantui perasaan bersalah dan ketakutan. 

“Janganlah kita membuat sebuah keonaran, membuat gaduh, apalagi melakukan gerakan-gerakan yang bersikat radikalisme dan ekstremisme. Kita membuat ketenangan dalam hidup,” tukasnya.

Ulama senior ini juga menekankan pentingnya kasih sayang terhadap sesama manusia. Dalam momentu, Hari Raya Idul Kurban, daging dari hewan kurban itu selain diberikan kepada fakir miskin dari umat Islam, juga diberikan kepada umat lain yang membutuhkan walaupun berbeda agamanya. Hal ini dilakukan untuk mewujudkan rasa kemanusiaan dan kebersamaan dalam kehidupan ini, sekaligus sebagai semangat dari perayaan Idul Adha itu sendiri.

Baca juga : Cegah Kemacetan Parah, Angkutan Barang Dibatasi

“Dalam akselerasi kehidupan kita, harus dibarengi juga dengan mewujudkan kebaikan melalui bingkai saling tolong-menolong dan kasih-mengasihi. Melalui ibadah kurban pula, kita semua mengharapkan adanya sebuah masyarakat yang marhamah, yang penuh kasih sayang. Adanya saling mengasihi dalam Idul Adha inilah yang dapat membuat para kaum dhuafa dapat merasakan daging dari hewan yang dikurbankan, sebagaimana orang-orang yang berkecukupan merasakannya pada hari yang lain,” imbuh Kiai Jaidi.

Ia berpesan agar perayaan Idul Adha di tahun ini juga dapat mempersiapkan masyarakat menjadi pribadi yang dewasa dan toleran, terutama menjelang Pemilu 2024. Ajang pemilihan umum yang sering disebut juga dengan pesta demokrasi selayaknya disambut dengan suka cita dengan saling menghormati tanpa diskriminasi.

“Siapa pun kontestan yang maju dalam tahun politik ini, kita harus tetap saling menghormati dan menyantuni. Tidaklah pantas kalau ada kata-kata yang tidak baik terlontar kepada sesama saudara di Indonesia ini. Hendaknya kita saling merangkul dan mengasihi demi terlaksananya proses demokrasi di Indonesia ini dengan sukses serta memiliki kontestan yang bisa saling menghormati,” tandas Kiai Jaidi.

Update berita dan artikel RM.ID menarik lainnya di Google News

Dapatkan juga update berita pilihan dan breaking news setiap hari dari RM.id. Mari bergabung di Grup Telegram "Rakyat Merdeka News Update", caranya klik link https://t.me/officialrakyatmerdeka kemudian join. Anda harus install aplikasi Telegram terlebih dulu di ponsel.