Dark/Light Mode

Angkatan Puisi Esai, Era Baru Sastra Indonesia

Sabtu, 8 Juni 2024 16:10 WIB
Penyair kawakan, Agus R. Sarjono. (Foto: Ist)
Penyair kawakan, Agus R. Sarjono. (Foto: Ist)

RM.id  Rakyat Merdeka - Sejak 2012, telah terbit lebih dari 100 Buku Puisi Esai. Puluhan kajian atas puisi esai dituliskan oleh kritikus dalam dan luar negeri.

Bahkan kehebohan atas lahirnya puisi esai, melampaui kehebohan semua peristiwa sastra di Indonesia digabung jadi satu. Telah lahir angkatan baru sastra di Indonesia, yaitu Angkatan Puisi Esai.

Demikian argumen yang disampaikan Agus R Sarjono dalam Festival Puisi Esai ASEAN ke-3, di Sabah, Malaysia. Festival tingkat ASEAN ini sejak pertama dibiayai sepenuhnya oleh pemerintahan Sabah, Malaysia.

Agus dikenal sebagai penyair kawakan, dosen, kritikus sastra dan publisher Jurnal Sajak.

Baca juga : Praktis Dan Mudah, Begini Cara Cetak Kartu Keluarga Secara Online

Menurut Agus, Angkatan Sastra menjadi perbincangan hangat dan luas setiap suatu angkatan sastra digagas dan diumumkan. Hal ini terjadi saat diumumkannya Angkatan 45 oleh H.B. Jassin, “Angkatan Terbaru” dan kemudian “Angkatan 50” oleh Ajip Rosidi, “Angkatan 66” oleh H.B. Jassin, “Angkatan 70” oleh Abdul Hadi WM, dan Angkatan 2000 oleh Korrie Layun Rampan. 

Di 2012 muncul buku Atas Nama Cinta karya Denny JA. Sebuah buku “aneh” yang berisi puisi tapi bukan puisi, cerpen atau esai tapi berlarik-larik, bukan makalah tapi bercatatan kaki. Buku aneh ini oleh penulisnya disebut “puisi esai”. 

Setelah terbit buku puisi esai Atas Nama Cinta, bermunculan buku demi buku kumpulan puisi esai. Kesemuanya berlabelkan puisi esai, kesemuanya memiliki basis estetika yang sama, dan kesemuanya mengelola tema-tema yang sama yang orang-orang yang terdiskriminasi atau terpinggirkan oleh sejarah atau sosial politik.

Agus juga menceritakan, Jurnal Sajak edisi 3 dibuka rubrik baru, yakni rubrik puisi esai dengan redaktur Ahmad Gaus. Jurnal Sajak juga menyelenggarakan Lomba Menulis Puisi Esai pada tahun 2013 dan 2014 dengan hasil yang mencengangkan. Terbit juga banyak buku hasil lomba Jurnal Sajak.

Baca juga : Peringatan Hari Tempe Nasional, Tempe Pangan Generasi Emas Indonesia

Sementara dari 2012, 2013, 2014 hingga 2019 sudah banyak hal terjadi dalam perpuisiesaian. Pendek kata, dalam sastra Indonesia selama rentang 12 dan 24 tahun setelah Angkatan 2000 boleh dibilang secara besar-besaran diisi oleh fenomena baru, yakni “Puisi Esai.” 

Menurut Agus, Gerakan puisi esai di Sabah, Malaysia, boleh dikatakan berjalan secara alamiah berkat ketertarikan dan keberania Datuk Jasni Matlani. Puisi esai, ternyata agak diam-diam tapi meyakinkan berkembang pesat di Sabah dan meluas ke beberapa wilayah Malaysia, selain ke Brunei Darussalam, Thailand, dan Singapura hingga kemudian menjadi gerakan besar pula. 

Tidak kurang dari Sabah pula lah yang pertama kali menyelenggarakan Festival Puisi Esai yang kini sudah memasuki festival puisi esai ketiga. Menurut Agus, lahirnya Angkatan Puisi Esai dilengkapi dengan empat buku antiologi yang masing-masingnya tidak kurang dari 500 halaman. 

Empat buku antologi tersebut adalah sebagai berikut: pertama, Angkatan Puisi Esai: Kelahiran dan Masa-masa Awal (2012-2015). Kedua, Angkatan Puisi Esai: Menuju Indonesia (2016-2019).

Baca juga : Cek Kondisi Lapangan, Erick Yakin GBK Siap Ladeni Duel Indonesia Vs Irak Besok

Lalu, ketiga, Angkatan Puisi Esai: Menuju Mancanegara (2020-2024). Dan keempat, Angkatan Puisi Esai: Menuju Kritik Sastra Tempatan (2012-2024).

Berbeda dengan Angkatan Sastra sebelumnya, kata dia, untuk pertama kali Angkatan Puisi Esai melengkapi diri dengan sebuah antologi kritik/bahasan/kajian. Jumlah kritik, bahasan, atau kajian mengenai puisi esai cukup berlimpah dan ditulis oleh pakar dari beragam latar belakang, mulai dari sastrawan seperti Sapardi Djoko Damono, Sutardji Calzoum Bachri, Leon Agusta, Acep Zamzam Noor, Eka Budianta, Joko Pinurbo.

Juga kajian dari Jamal D. Rahman, Nenden Lilis Aisyah, Hanna Fransisca, S.M. Zakir, dsb, intelektual seperti Ignas Kleden, Berthold Damshäuser, Jakob Sumardjo, maupun akademisi seperti Dr. Ramzah Danbul, Prof. Ayu Sutarto, Dr. Sunu Wasono, Prof. Madya Dr. Haji Ampuan Haji Tengah, dan lain-lain. 

Update berita dan artikel RM.ID menarik lainnya di Google News

Dapatkan juga update berita pilihan dan breaking news setiap hari dari RM.id. Mari bergabung di Grup Telegram "Rakyat Merdeka News Update", caranya klik link https://t.me/officialrakyatmerdeka kemudian join. Anda harus install aplikasi Telegram terlebih dulu di ponsel.