Dark/Light Mode

Hasil Rekapitulasi KPU
Pemilu Presiden 2024
Anies & Muhaimin
24,9%
40.971.906 suara
24,9%
40.971.906 suara
Anies & Muhaimin
Prabowo & Gibran
58,6%
96.214.691 suara
58,6%
96.214.691 suara
Prabowo & Gibran
Ganjar & Mahfud
16,5%
27.040.878 suara
16,5%
27.040.878 suara
Ganjar & Mahfud
Sumber: KPU

Kasus Kekerasan Ke WNI Di Era 45

PM Belanda Minta Maaf, Kita Maafkan Apa Tidak?

Sabtu, 19 Februari 2022 06:37 WIB
Perdana Menteri Belanda, Mark Rutte. (Foto: ist)
Perdana Menteri Belanda, Mark Rutte. (Foto: ist)

RM.id  Rakyat Merdeka - Ada berita menarik dari Belanda yang ada kaitannya dengan kita. Perdana Menteri (PM) Belanda, Mark Rutte tiba-tiba meminta maaf kepada Indonesia atas kekerasan tentara Belanda selama masa Perang Kemerdekaan. Kita maafkan apa tidak ya?

Permintaan maaf itu disampaikan Rutte tidak lama setelah sebuah penelitian hasil tinjauan sejarah menemukan  bahwa tentara Belanda telah menggunakan kekerasan sistematis dan ekstrim untuk bisa kembali menjajah Indonesia. Penelitian itu menemukan, pada periode 1945-1949, pasukan Belanda membakar desa-desa dan melakukan penahanan massal, penyiksaan dan eksekusi. Tindakan ekstrim itu seringkali dilakukan dengan dukungan diam-diam dari pemerintah.

Penelitian itu didanai pemerintah Belanda pada 2017, dan dilakukan oleh akademisi dan pakar dari kedua negara. Hasil penelitian tersebut dirilis ke publik, Kamis (17/2). Tak lama setelah penelitan ini dirilis, Rutte langsung bicara. .

"Kami harus menerima fakta yang memalukan ini," kata Rutte, mengawali konferensi pers, seperti dikutip dari AFP, kemarin.

Baca juga : Kasus Kematian Terus Meningkat, Ayo Tekan Dengan Vaksin

"Hari ini, atas nama pemerintah Belanda, saya menyampaikan permintaan maaf terdalam saya kepada rakyat Indonesia atas kekerasan sistematis dan ekstrem dari pihak Belanda pada tahun-tahun itu," tambah Rutte.

Rutte menyesal, pemerintah Belanda sebelumnya menutup mata terhadap masalah ini. "Kami juga meminta maaf kepada semua orang yang tinggal di Belanda yang harus hidup dengan konsekuensi perang kolonial di Indonesia, termasuk para veteran perang yang berperilaku baik," ujarnya.

Sejarawan dari Institut Sejarah Militer Belanda yang ikut ambil bagian dalam penelitian ini, Ben Schoenmaker mengatakan, kekerasan yang dilakukan oleh militer Belanda termasuk tindakan seperti penyiksaan yang sekarang akan dianggap sebagai kejahatan perang. Menurut dia, aksi kekejaman itu terjadi lantaran para politisi yang bertanggung jawab, menutup mata terhadap kekerasan ini, seperti halnya otoritas militer, sipil dan hukum.

"Mereka membantunya, mereka menyembunyikannya, dan mereka menghukumnya sedikit atau tidak sama sekali," ungkapnya. 

Baca juga : Kasus Kematian Harian Tembus 100, Mantan Direktur WHO Minta Pemerintah Lakukan 5 Hal Ini

Pengadilan Belanda telah memutuskan pemerintah harus memberikan kompensasi kepada janda dan anak-anak pejuang Indonesia yang dieksekusi oleh pasukan kolonial. Pengadilan juga bilang undang-undang pembatasan tidak berlaku dalam kasus perjuangan kemerdekaan Indonesia.

Ini bukan kali pertama permintaan maaf semacam itu disampaikan oleh Belanda. Dalam kunjungannya ke Indonesia pada Maret 2020, Raja Willem-Alexander meminta maaf atas kekerasan yang pernah dilakukan Belanda.

Bagaimana tanggapan pemerintah atas permintaan maaf PM Belanda ini? Juru bicara Kementerian Luar Negeri, Teuku Faizasyah belum bisa menanggapi permintaan maaf tersebuf. Dia bilang, pemerintah sedang menyusun respons atas permintaan maaf tersebut. 

Sementara itu, Wakil Ketua MPR, Hidayat Nurwahid menilai permintaan maaf itu tidak cukup. Menurut dia, setidaknya dua hal yang harus turut dipenuhi pemerintah Belanda sebagai bukti permintaan maaf itu. Perlu ada kompensasi atas kerugian yang diterima rakyat Indonesia.

Baca juga : Ganjar Sudah Minta Maaf, Tapi Yang Marah Masih Ada

“Selain itu, terutama pengakuan resmi atas kemerdekaan NKRI pada 17 Agustus 1945,” kata Hidayat, di akun Twitter miliknya @hnurwadi, kemarin. 

Selama ini, pemerintah Belanda mengakui kemerdekaan Indonesia pada 27 Agustus 1949. Di mana kemerdekaan tersebut ditandai dengan penyerahan kedaulatan yang ditandatangani di Istana Dam, Amsterdam. 

Warganet ramai mengomentari permintaan maaf ini. Akun @silwmt_rooftop berharap Belanda serius meminta maaf tidak hanya dengan omongan. "Ganti rugi juga dong, jangan cuma minta maaf doang," kicaunya. [BCG]

Update berita dan artikel RM.ID menarik lainnya di Google News

Dapatkan juga update berita pilihan dan breaking news setiap hari dari RM.id. Mari bergabung di Grup Telegram "Rakyat Merdeka News Update", caranya klik link https://t.me/officialrakyatmerdeka kemudian join. Anda harus install aplikasi Telegram terlebih dulu di ponsel.