Dark/Light Mode
BREAKINGNEWS
Hasil Rekapitulasi KPU
Pemilu Presiden 2024
24,9%
40.971.906 suara
24,9%
40.971.906 suara
Anies & Muhaimin
58,6%
96.214.691 suara
58,6%
96.214.691 suara
Prabowo & Gibran
16,5%
27.040.878 suara
16,5%
27.040.878 suara
Ganjar & Mahfud
Sumber: KPU
RM.id Rakyat Merdeka - Presiden Jokowi tak berpangku tangan melihat perang Rusia-Ukraina yang sudah berlangsung lima bulan. Jokowi akan segera menemui Presiden Rusia Vladimir Putin dan Presiden Ukraina Volodymyr Zelensky. Mantan Gubernur DKI Jakarta ini ingin mendamaikan kedua pihak agar perang segera berakhir.
Langkah Jokowi ini disambut baik pengamat militer dan keamanan Susaningtyas Kertopati.
Baca juga : Paspampres Siapkan Senjata Laras Panjang Lindungi Jokowi di Ukraina
“Kita tentu menyambut baik niat Presiden Joko Widodo untuk menjadi juru damai di tengah perang Ukraina versus Rusia. Ini sesuai dengan UUD 1945,” ujar Nuning-sapaan akrab Susaningtyas.
Nuning menegaskan, keputusan untuk mendamaikan kedua negara itu sangat baik. Sebab, berbagai dampak domino telah terjadi membuat situasi dunia mengalami masalah, utamanya bidang ekonomi dan krisis pangan. Bila perang Ukraina-Rusia dibiarkan berlarut, dikhawatirkan krisis pangan dan energi akan membuat angka kemiskinan makin bertambah.
Nuning lalu menyarankan hal-hal yang perlu dipelajari Jokowi dalam mempersiapkan mendamaikan Rusia-Ukraina. Pertama, mempelajari perang yang terjadi di Balkan saat ini masuk dalam kategori perang asimetris dari perspektif ilmu pertahanan.
Rusia adalah kekuatan yang superior dan Ukraina adalah kekuatan yang inferior. NATO berusaha menancapkan kekuasaannya di Ukraina yang secara geografis berbatasan langsung dengan Rusia.
Baca juga : Damaikan Rusia-Ukraina, Jokowi Disarankan Pelajari 3 Hal Ini
Kedua, perbandingan kekuatan militer dan anggaran perang jelas Rusia unggul. Di atas kertas Rusia pasti ingin melaksanakan perang dalam waktu secepat-cepatnya sementara Ukraina pasti melancarkan perang berlarut. Antara lain untuk kepentingan NATO intelligence surveillance dan intelligence device Rusia lebih unggul.
Ketiga, fakta 40 persen gas Eropa asal Rusia, 35 persen palladium AS (bahan baku semikonduktor) asal Rusia, 67 neon AS (bahan baku semikonduktor) juga asal Ukraina.
Selanjutnya
Update berita dan artikel RM.ID menarik lainnya di Google News
Dapatkan juga update berita pilihan dan breaking news setiap hari dari RM.id. Mari bergabung di Grup Telegram "Rakyat Merdeka News Update", caranya klik link https://t.me/officialrakyatmerdeka kemudian join. Anda harus install aplikasi Telegram terlebih dulu di ponsel.
Tags :
Berita Lainnya