Dark/Light Mode

UU RCEP & IK-CEPA Disahkan

Insya Allah, Target Dagang Ambisius RI-Korsel Rp 446,46 Triliun Tercapai

Kamis, 1 September 2022 08:47 WIB
UU RCEP & IK-CEPA Disahkan Insya Allah, Target Dagang Ambisius RI-Korsel Rp 446,46 Triliun Tercapai

RM.id  Rakyat Merdeka - Menteri Perdagangan (Mendag) Zulkifli Hasan sangat optimistis, ekspor nasional akan melejit tahun ini. Menyusul pengesahan Undang-Undang Kemitraan Ekonomi Komprehensif Regional ASEAN (RCEP) dan Perjanjian Kemitraan Ekonomi Komprehensif antara Pemerintah Republik Indonesia dan Pemerintah Republik Korea (IK–CEPA) dalam Rapat Paripurna DPR, Selasa (30/8).

"Implementasi Persetujuan RCEP sebagai Mega Free Trade Agreement (Mega-FTA), akan mendatangkan manfaat bagi Indonesia. Seperti meningkatkan produk domestik bruto sebesar 0,07 persen atau setara Rp 38,33 triliun. Serta penanaman modal asing (FDI) sebesar 0,13 persen atau setara Rp 24,53 triliun pada 2040,” papar Zulhas, Selasa (30/8).

Persetujuan RCEP yang merupakan konsolidasi dari kelima ASEAN+1 FTA, diharapkan mampu memberikan kepastian dan keseragaman aturan perdagangan. Meningkatkan akses pasar ekspor untuk barang dan jasa, memperkuat iklim investasi, mendorong peningkatan dan pemberdayaan usaha mikro, kecil, dan menengah (UMKM) berorientasi ekspor. 

Serta meningkatkan berbagai bentuk kerja sama dan alih teknologi. Juga memperkuat posisi Indonesia dalam rantai pasok di kawasan.

Sementara perjanjian IK–CEPA, akan berperan sebagai wadah kerja sama yang strategis dan komprehensif antara Indonesia dan Republik Korea.

Baca juga : UU RCEP Dan IK-CEPA Disahkan, Zulhas Optimis Nilai Ekspor Nasional Bakal Melejit

"IK–CEPA yang kami targetkan dapat diimplementasi pada Januari 2023, akan menyediakan kerangka kelembagaan yang komprehensif, bagi kerja sama Indonesia dan Korea Selatan di berbagai sektor. Seperti perdagangan barang, jasa, investasi, dan kerja sama ekonomi. Termasuk, usaha kecil menengah (UKM),” beber Zulhas.

Pengesahan UU RCEP dan IK-CEPA ini diharapkan dapat menjadi solusi menekan defisit perdagangan dengan Korsel, dan mencapai target dagang ambisius sebesar 30 miliar dolar AS atau setara Rp 446, 46 triliun pada tahun ini.

Seperti dipaparkan Kepala Pusat Pengkajian dan Pengembangan Kebijakan Kawasan Asia Pasifik dan Afrika Kementerian Luar Negeri, Muhammad Takdir dalam Workshop I Indonesian Next Generation Journalist Network on Korea Batch 2, yang digelar Foreign Policy Community of Indonesia (FPCI), Jumat (26/8).

"Saat ini, Korsel merupakan negara keenam yang memiliki nilai dagang terbesar dengan Indonesia. Dengan total perdagangan pada tahun 2021 sebesar 18,40 miliar dolar AS atau Rp 273,83 triliun," papar Takdir.

"Namun, dari nilai perdagangan sebesar itu, tercatat defisit 446,72 juta dolar AS atau Rp 6,65 triliun," imbuhnya.

Baca juga : PLN Dan PT PAL Bakal Tambah 2 Pembangkit Listrik Kapal Rp 1,6 Triliun

Riwayat defisit neraca perdagangan dengan Korsel tercatat, setidaknya sejak dua tahun sebelumnya.

Tahun 2019, dengan nilai perdagangan 15,65 miliar dolar AS atau Rp 232,59 triliun, tercatat defisit 1,18 miliar dolar AS atau Rp 17,54 triliun.

Tahun 2020, dari nilai perdagangan 13,35 miliar dolar AS atau Rp 198,46 triliun, terdapat defisit 341,81 juta dolar AS atau Rp 5,08 triliun.

Takdir menjelaskan, salah satu faktor yang berkontribusi terhadap defisit neraca dagang RI-Korsel adalah hambatan non tarif (NTMs).

"Hambatan non tarif yang diterapkan Korsel lebih banyak dibanding Selandia Baru. Ini menjadi salah satu penghambat ekspor Indonesia," beber Takdir.

Baca juga : Ayo, Ikutan Satsetsatset Agar Target Vaksinasi Lekas Tercapai

Dalam konteks ini, Takdir RCEP dapat menjadi salah satu solusi untuk meningkatkan nilai dagang Indonesia. Terutama, dengan lima negara non ASEAN (China, Jepang, Australia, Selandia Baru, dan Korsel).

"Selain itu, pemerintah juga melakukan Simulasi Top 10 Produk Unggulan, dengan menggunakan pendekatan Revealed Comparative Advantages (RCA), Export Product Dynamic (EPD) serta bagaimana posisi ekspor (X-model) masing-masing negara mitra. Sehingga, diperoleh top ten komoditas unggulan Indonesia ke 5 negara RCEP non ASEAN," jelas Takdir.

Top 10 komoditas unggulan untuk pasar Korsel antara lain mencakup sekam, dedak, dan residu lainnya; millstone & grindstone for milling; benang katun, single (kecuali untuk jahit); asam stearat; tisu wajah/toilet, handuk; pala; pakaian renang laki-laki, dan pakaian rajut. ■

Update berita dan artikel RM.ID menarik lainnya di Google News

Dapatkan juga update berita pilihan dan breaking news setiap hari dari RM.id. Mari bergabung di Grup Telegram "Rakyat Merdeka News Update", caranya klik link https://t.me/officialrakyatmerdeka kemudian join. Anda harus install aplikasi Telegram terlebih dulu di ponsel.