Dark/Light Mode

Cari Dana Kampanye, Trump Jualan Sedotan

Kamis, 1 Agustus 2019 07:15 WIB
Donald Trump (Foto Associated Press)
Donald Trump (Foto Associated Press)

RM.id  Rakyat Merdeka - Presiden Amerika Serikat (AS), Donald Trump lagi getol cari dana kampanye buat pilpres tahun depan. Salah satunya jualan sedotan plastik. Tapi, cara yang digunakan Trump itu banjir kritik karena dinilai tidak peduli lingkungan.

Strategi Trump dalam mencari dana kampanye membuahkan hasil yang lumayan. Dari jualan sedotan, dia berhasil mengumpulkan duit hingga 500 ribu dolar AS atau sekitar Rp 7 miliar. Sedotan plastik itu dijual Trump dengan harga 15 dolar AS atau sekitar Rp 210 ribu per-paketnya. Setiap satu paket berisi 10 sedotan. Sedotan berukir nama Trump itu sudah dijual sejak 19 Juli lalu.

Baca juga : Dari Kampung Cukur Menuju Ibu Kota

Namun, belakangan penjualan sedotan plastik itu menuai kecaman. Karena dinilai tidak pro-lingkungan. Sedotan berbahan plastik itu dinilai tidak dapat terurai secara alami. Sehingga berpotensi merusak lingkungan.

Namanya bukan Trump kalau tak melawan. Menurut dia, bahaya sedotan plastik itu sepele, jika dibandingkan dengan barang-barang berbahan plastik lainnya yang tidak dipermasalahkan. “Semua orang fokus pada sedotan. Ada banyak hal lain untuk difokuskan,” sambungnya.

Baca juga : Perdana di Sumbar, Jambore Organik Kampanyekan Pangan Sehat

Manajer kampanye Trump, Brad Parscale juga mengkritik pelarangan penggunaan sedotan plastik dengan menggantinya pakai sedotan kertas. Dia menyebut sedotan kertas sebagai sedotan liberal. Dia mengungkapkan, ide untuk sedotan Trump muncul setelah sedotan kertas yang dia gunakan untuk minum es teh robek. Karena itu, di Twitter, Pascale menulis ingin mengembalikan kejayaan sedotan plastik. Ia berharap pendukung Trump yang menggunakan sedotan, meramaikan tagar “#MakeStrawsGreatAgain”.

Sikap Trump itu bersebrangan dengan negara lain yang mulai mengkampanyekan larangan sedotan berbahan plastik dan kapas. Salah satunya Inggris. Larangan ini mulai efektif berlaku pada April 2020. Larangan tersebut tidak berlaku kepada kalangan disabilitas. Mereka masih dibolehkan membeli sedotan plastik dari apotek terdaftar dan memintanya di restoran, bar dan kafe.

Baca juga : Ini Rencana Fuso 40 Tahun Mendatang

Bahkan, sejumlah perusahaan besar AS seperti Starbucks dan McDonalds, sudah tidak lagi menggunakan sedotan. Salah satu kota di AS, yakni Seattle juga sudah menerapkan pelarangan sedotan plastik. Sejumlah kota lain turut menyusul yakni San Francisco, New York dan Washington DC.

Sejumlah NGO menilai bahaya sedotan plastik disamakan dengan kantong plastik. Antara lain organisasi seperti Sky’s Ocean Rescue dan kelompok lingkungan seperti Extinction Rebellion. Kini, sedotan kertas menjadi pilihan untuk mengurangi penggunaan plastik sekali pakai. [SAR]

Update berita dan artikel RM.ID menarik lainnya di Google News

Dapatkan juga update berita pilihan dan breaking news setiap hari dari RM.id. Mari bergabung di Grup Telegram "Rakyat Merdeka News Update", caranya klik link https://t.me/officialrakyatmerdeka kemudian join. Anda harus install aplikasi Telegram terlebih dulu di ponsel.