Dark/Light Mode

Dari Kampung Cukur Menuju Ibu Kota

Sabtu, 27 Juli 2019 07:44 WIB
Ngopi - Dari Kampung Cukur Menuju Ibu Kota
Catatan :
DEDE HERMAWAN

RM.id  Rakyat Merdeka - Namanya Dadan Sukandar, orang biasa memanggil Kang Dadan. Dia tukang cukur langganan saya. Pria asal Garut ini selalu ramah dan murah senyum ke setiap tamu yang mampir ke tempat pangkas rambutnya di kawasan Cipedak, Jagakarsa, Jakarta Selatan.

Berbekal keahliannya mencukur rambut, Kang Dadan bersama saudaranya, Mahfudin merantau ke Ibu Kota.

Dia menyewa ruko sederhana berukuran 4x5 untuk dijadikan tempat pangkas rambut. Lokasinya memang strategis, pinggir jalan utama, lingkungan sekolah dan masjid.

Biaya sewanya pun tidak murah yaitu Rp 15 juta per tahun. “Kami sudah sepuluh tahun di ruko kecil ini, dulu biaya sewa cuma Rp 2,5 juta per tahun,” kata Kang Dadan.

Cara penyambutan Kang Dadan tidak pernah kaku. Dia selalu mengajak ngobrol kepada langgananya, baik saat sedang dicukur atau pada orang yang duduk antri.

Baca juga : Hanya Erick Yang Gak Ngiler Kursi Menteri

Meski sambil ngobrol, Kang Dadan tetap fokus pada kerjaanya. Bahkan hasilnya sangat memuaskan. Itulah trik Kang Dadan agar langgananya tidak lari. Hari Selasa (23/7) kemarin, menjadi jadwal rutin saya potong rambut ke Kang Dadan.

Biasanya saya hari Minggu, lantaran antrianya banyak, saya putuskan hari Selasa. Maklum, pangkas rambut Kang Dadan terhitung paling ramai dan terjangkau.

Untuk anak-anak dia bandrol Rp 15 ribu, sedangkan dewasa sebesar Rp 18 ribu. Harga itu murah dibanding tempat pangkas rambut berlabel modern seperti barbershop.

Meski demikian, Kang Dadan tidak mau ikut latah ganti kulit menjadi barbershop. Ngomong-ngomong soal tukang cukur tidak lepas dari salah satu kota di Jawa Barat yaitu Garut.

Kota yang terkenal dengan ‘Kota Dodol’ ini banyak menghasilkan tukang cukur rambut seperti Kang Dadan yang tersebar diberbagai daerah termasuk Jakarta.

Baca juga : Tarik Penumpang ke Kertajati, Menhub Gratiskan Damri Setahun

Menurut Kang Dadan, sebenarnya dari ratusan desa di Garut yang paling terkenal penghasil tukar cukur adalah Desa Bagendit. Maka tidak heran desa tersebut disebut ‘Kampung Cukur’.

Menurutnya, keahlian mereka mencukur sudah ditanam sejak anak-anak dan saling mewariskan.

“Dari kecil mereka sudah diajarkan mencukur,” ujar bapak dua anak ini. Kang Dadan mengaku keahliannya mencukur secara otodidak sejak dari kecil.

Dia mulai mengasah keahliannya dengan mencukur teman-teman seangkatannya.

“Jika tidak ada yang mau dicukur, saya keliling kampung dan mendekati anak-anak sekolah untuk dicukur gratis. Alhamdulillah ada aja yang mau dicukur,” kenang Kang Dadan.

Baca juga : Mali dan Tunisia Buka Asa Menuju Juara

Tapi sekarang, kata Kang Dadan, di Desa Bagendit banyak tempat-tempat kursus dan pelatihan mencukur. Bahkan, mereka yang sudah lulus bisa langsung ditempatkan kerja.

Biasanya, pemilik kursus mempunyai beberapa salon atau pangkas rambut. “Tergantung kadang bisa di Jakarta, Bandung atau daerah lain,” katanya.

Munculnya tempat-tempat cukur yang modern seperti barbershop tidak membuat Kang Dadan khawatir. “Cukur rambut itu soal selera, kalau merasa cocok dia akan balik lagi,” ujarnya.

Soal Desa Bagendit sebagai Kampung Cukur sudah tidak diragukan lagi seperti Kampung Inggris di Pare, Kediri. Bahkan, Presiden Jokowi pernah melakukan kegiatan cukur massal di area wisata Situ Bagendit, Garut.

Maka tidak heran kalau orang nomor satu di Indonesia itu punya langganan tukang cukur asal Garut. Kang Dadan mengaku bangga profesinya dihargai presiden. Semoga usaha Kang Dadan di Ibu Kota lancar. ***

Update berita dan artikel RM.ID menarik lainnya di Google News

Dapatkan juga update berita pilihan dan breaking news setiap hari dari RM.id. Mari bergabung di Grup Telegram "Rakyat Merdeka News Update", caranya klik link https://t.me/officialrakyatmerdeka kemudian join. Anda harus install aplikasi Telegram terlebih dulu di ponsel.