Dark/Light Mode

Rame-rame Pulang Kampung, Rakyat Malaysia Antusias Nyoblos

Sabtu, 19 November 2022 07:04 WIB
Bendera dan spanduk kampanye bertebaran di Malaysia menjelang Pemilu atau Pilihan Raya ke-15 pada 19 November 2022. (Foto REUTERS/Hasnoor Hussain via BBC)
Bendera dan spanduk kampanye bertebaran di Malaysia menjelang Pemilu atau Pilihan Raya ke-15 pada 19 November 2022. (Foto REUTERS/Hasnoor Hussain via BBC)

 Sebelumnya 
Koalisi Ismail dan Muhyiddin adalah bagian dari koalisi yang berkuasa. Tapi, dalam pemilu kali ini, mereka terlibat persaingan. Di hari-hari terakhir, Anwar turun secara langsung untuk berkampanye secara terbuka.

Mantan Wakil PM Malaysia itu berjanji menciptakan stabilitas politik, menengahi perpecahan antara ras Melayu yang mayoritas Muslim dan kelompok etnis lain.

Serta memulihkan ekonomi dengan mendatangkan pekerjaan dan investasi. Menurut Anwar, pemilu kali ini bukan hanya soal mengganti PM.

Baca juga : Gerindra: G20 Diharapkan Mampu Ciptakan Perdamaian Dunia

“Pemilu ini adalah kesempatan terbaik untuk menyelamatkan negara dan melakukan perubahan besar untuk memulihkan bangsa kita tercinta,” ujar Anwar, Kamis (17/11), dilansir Reuters, kemarin.

Koalisi Anwar, terdiri dari multietnis. Sedangkan Koalisi Barisan Nasional Ismail, dan Koalisi Perikatan Muhyiddin, lebih mengutamakan kepentingan Melayu. Sejumlah pengamat mengatakan, koalisi Anwar bisa kalah jika koalisi lain bekerja sama melawannya.

Dalam wawancara dengan Reuters bulan ini, Anwar mengesampingkan kerja sama dengan koalisi Ismail dan Muhyiddin. Alasannya, “perbedaan mendasar” terkait ras dan agama.

Baca juga : Program Pembinaan UMKM Di Jakarta Miskin Terobosan

“Koalisi Anwar memiliki keuntungan dalam menarik sekutu, karena perpecahan dan pertikaian membuat dua koalisi besar lainnya, secara inheren tidak stabil,” kata Bridget Welsh, pengamat dari University of Nottingham Malaysia.

Namun dia mengatakan, ba￾nyak kursi yang harus diperebutkan secara ketat. “Karena 15 hingga 30 persen pemilih belum memutuskan,” ujar Welsh.

Dinamika persaingan pemilu Malaysia makin kuat pascamanuver mantan PM Najib Razak. Dia disebut berusaha memperkuat cengkeraman￾nya setelah partainya, UMNO mengalami kekalahan pada pemilu 2018.

Baca juga : Pemeriksaan Tersangka Di Lapangan Tak Dikenal Dalam Budaya Papua

Najib kini dibui dengan hukuman penjara 12 tahun atas skandal korupsi multi-miliar dolar dana 1Malaysia Development Berhad (1MDB). Pemilu kali ini memunculkan kekhawatiran, bahwa Najib bisa bebas dan semua tuduhan korupsi lainnya terhadapnya dibatalkan, jika UMNO menang.

“Jika UMNO menang dan membentuk pemerintahan, tujuan pertama mereka adalah membebaskan Najib,” kata mantan PM Mahathir Mohamad bulan lalu. Meski berada di balik jeru￾ji besi, Najib masih bisa ikut mempengaruhi pemilu. Halaman Facebook Najib aktif dengan sekitar 4,6 juta pengikut, termasuk banyak anak muda.

“Dia adalah tokoh politik berpengaruh. Dia mampu mempengaruhi pendukung fanatik UMNO dan pemilih lainnya, karena dia memiliki jutaan pengikut di media sosial,” kata James Chin, pakar Malaysia di University of Tasmania. ■ 

Update berita dan artikel RM.ID menarik lainnya di Google News

Dapatkan juga update berita pilihan dan breaking news setiap hari dari RM.id. Mari bergabung di Grup Telegram "Rakyat Merdeka News Update", caranya klik link https://t.me/officialrakyatmerdeka kemudian join. Anda harus install aplikasi Telegram terlebih dulu di ponsel.