Dark/Light Mode

Pemilu Thailand

Partai Oposisi Menang Telak, Militer Rontok, Pita Limjaroenrat Bersiap Jadi PM

Senin, 15 Mei 2023 08:53 WIB
Pemimpin  Move Forward Pita Limjaroenrat, happy berat melihat hasil sementara Pemilu 14 Mei. (Foto: Reuters via CNA)
Pemimpin Move Forward Pita Limjaroenrat, happy berat melihat hasil sementara Pemilu 14 Mei. (Foto: Reuters via CNA)

RM.id  Rakyat Merdeka - Partai oposisi Thailand berhasil mengamankan kemenangan yang menakjubkan, dalam Pemilu 14 Mei, usai mempecundangi partai yang bersekutu dengan militer.

Mereka bersiap mengakhiri pemerintahan konservatif didukung tentara, yang telah berjalan hampir satu dekade.

Dalam penghitungan suara yang telah mencapai 99 persen, Partai Move Forward yang liberal dan Partai Pheu Thai yang populis, terlihat unggul. Namun, kedua partai masih jauh dari kepastian, untuk membentuk pemerintahan berikutnya.

Sesuai peraturan parlementer yang ditulis militer setelah kudeta tahun 2014, partai oposisi perlu mencapai kesepakatan dan mengumpulkan dukungan dari berbagai kubu, untuk membentuk pemerintahan. Termasuk, anggota Senat yang ditunjuk junta pro partai militer.

Anggota Senat juga dapat memilih siapa yang akan menjadi perdana menteri, dan membentuk pemerintahan berikutnya.

Pemilu 14 Mei adalah pertarungan terbaru dalam pertempuran lama perebutan kekuasaan antara Pheu Thai, raksasa populis dari keluarga miliarder Shinawatra, dan pemerintahan konservatif militer.

Move Forward yang didukung pemilih muda, tampil mengejutkan. Partai yang mengusung platform reformasi kelembagaan dan pembongkaran monopoli itu, nyaris menyapu bersih Ibu Kota Bangkok.

Sukses Move Forward, juga diikuti Pheu Thai. Reuters memperkirakan, kedua partai mampu meraih tiga kali lipat jumlah kursi Palang Pracharat, kendaraan politik junta, dan partai Persatuan Bangsa Thailand yang didukung tentara.

Baca juga : Pengamat: Hadi Tjahjanto Jadi Opsi Cawapres Tokoh Militer Pendamping Ganjar

"Hasil ini sensasional. Saya bersumpah untuk tetap setia pada nilai-nilai partai, dalam membentuk pemerintahan," kata Pemimpin Move Forward Pita Limjaroenrat (42).

Pita memastikan, pemerintahan yang akan dibentuknya anti-diktator. Didukung militer, itu pasti. Dia mengasumsikan, pemerintahan minoritas tak mungkin lagi ada di Thailand.

Mantan eksekutif aplikasi transportasi online itu mengaku siap membuka pintu koalisi dengan Pheu Thai. Namun, tetap membidik kursi Perdana Menteri.

"Jelas, kami telah menerima dukungan luar biasa dari orang-orang di seluruh negeri," ucapnya via Twitter.

Pukulan telak

Hasil penghitungan sementara Pemilu 14 Mei Thailand, menjadi pukulan telak bagi militer dan sekutunya.

Namun, aturan parlemen yang berpihak pada militer, tetap membuka peluang untuk berperan dalam pemerintahan.

Perdana Menteri Prayut Chan-o-cha, pensiunan jenderal yang memimpin kudeta terakhir, telah mengkampanyekan kesinambungan setelah sembilan tahun bertugas. Dia mengingatkan, perubahan dalam pemerintahan dapat menyebabkan konflik.

Baca juga : Melani Suharli Ingatkan Pelaku UMKM Pentingnya Izin Usaha Berbasis Resiko

Minggu (14/5), Prayut diam-diam menyelinap pergi dari markas partai Persatuan Bangsa Thailand.

Hanya ada sedikit pendukung yang terlihat di sana. Beberapa staf duduk di samping piring-piring berisi makanan yang tak tersentuh, saat layar televisi raksasa menayangkan pidato langsung Pemimpin Move Forward.

"Saya berharap, negara akan damai dan makmur. Saya menghormati demokrasi dan pemilu. Terima kasih," kata Prayut kepada Reuters.

Terlalu dini

Pheu Thai yang memenangkan suara terbanyak di setiap pemungutan suara sejak tahun 2001, termasuk dua kemenangan telak, berharap bisa mengulang kisah suksesnya di Pemilu 14 Mei.

Asal tahu saja, tiga dari empat Perdana Menteri Pheu Thai, jadi korban penggulingan jabatan.

Pheu Thai didirikan oleh taipan Thaksin Shinawatra yang kini masih berada di pengasingan. 

Partai ini tetap sangat populer di kalangan kelas pekerja, dan bersiap kembali ke tampuk kekuasaan karena nostalgia kebijakan populisnya. Semisal perawatan kesehatan murah, pinjaman mikro, dan subsidi pertanian.

Baca juga : Banteng Merasa Seirama Dengan Beringin

Putri Thaksin, Paetongtarn (36), diyakini dapat mengikuti jejak ayahnya dan bibinya, Yingluck Shinawatra, untuk menduduki kursi perdana menteri.

Yingluck dan Thaksin sama-sama digulingkan dalam kudeta.

Paetongtarn mengaku senang melihat hasil yang diraih Move Forward. Namun, menurutnya, masih terlalu dini untuk membahas aliansi.

"Suara rakyat adalah yang paling penting," katanya.

Menyikapi hasil sementara Pemilu Thailand, Ilmuwan Politik Universitas Chulalongkorn, Thitinan Pongsudirak mengatakan, lonjakan suara Move Forward menunjukkan perubahan besar dalam politik Thailand.

"Pheu Thai melakukan perang yang salah. Pheu Thai melawan perang populisme yang telah dimenangkannya. Sementara Move Forward membawa permainan ke level selanjutnya, dengan reformasi kelembagaan. Itulah medan pertempuran baru dalam politik Thailand," paparnya. ■

Update berita dan artikel RM.ID menarik lainnya di Google News

Dapatkan juga update berita pilihan dan breaking news setiap hari dari RM.id. Mari bergabung di Grup Telegram "Rakyat Merdeka News Update", caranya klik link https://t.me/officialrakyatmerdeka kemudian join. Anda harus install aplikasi Telegram terlebih dulu di ponsel.