Dark/Light Mode

Jepang Cicil Buang Limbah Radioaktif, China Stop Seafood Dari Negeri Sakura

Kamis, 24 Agustus 2023 15:54 WIB
Ilustrasi produk makanan laut Jepang yang dijual di supermarket (Foto: Japan Today)
Ilustrasi produk makanan laut Jepang yang dijual di supermarket (Foto: Japan Today)

RM.id  Rakyat Merdeka - Pemerintah China langsung menyetop impor produk hasil laut (seafood) dari Jepang, begitu negara tersebut mencicil pembuangan limbah radioaktif dari Pembangkit Listrik Tenaga Nuklir (PLTN) Fukushima ke Samudera Pasifik, mulai hari ini, Kamis (24/8).

“Kami sangat mengkhawatirkan risiko kontaminasi radioaktif dari produk makanan dan pertanian Jepang, yang diekspor ke China,” kata pejabat bea cukai Negeri Tirai Bambu, seperti dikutip Reuters, Kamis (24/8).

Rencana pembuangan limbah radioaktif Fukushima Daiichi, telah disiapkan pemerintah Jepang, sejak dua tahun lalu, dan telah mendapat persetujuan dari Badan Tenaga Atom Internasional (IAEA)

Jepang menegaskan, pembuangan limbah radioaktif PLTN Fukushima ini, mutlak harus dilakukan. Ini merupakan bagian dari proses yang sulit dijalani, untuk menonaktifkan PLTN Fukushima Daiichi, yang rusak akibat tsunami pada Maret 2011.

Pembuangan limbah radioaktif batch 1 ini, telah dilakukan pada Kamis (24/8) pukul 13.03 waktu setempat.

Sejauh ini, Tokyo Electric Power (TEPCO) yang bertindak sebagai operator PLTN Fukushima, belum mengidentifikasi adanya abnormalitas pada pompa air laut atau fasilitas di sekitarnya.

Baca juga : Jepang Mulai Buang Limbah Radioaktif PLTN Fukushima Ke Samudera Pasifik

Namun, China tetap tak bisa terima. Jepang dinilai belum membuktikan legitimasi pembuangan limbah radioaktif tersebut.

“Jepang tak boleh mengakibatkan kerugian sekunder terhadap masyarakat lokal dan global. Mereka jangan mementingkan ego sendiri,” kata Kementerian Luar Negeri China dalam pernyataannya, Kamis (24/8).

Tokyo yang tak terima disebut seperti itu oleh China, menuding negara yang dipimpin Presiden Xi Jinping, telah menyebarkan klaim yang tidak memiliki dasar ilmiah.

Jepang memastikan, pembuangan limbah radioaktif itu aman. Terlebih, Badan Tenaga Atom Internasional (IAEA) milik PBB mengatakan, dampak yang ditimbulkan pembuangan limbah radioaktif ini dapat diabaikan.

Keputusan Jepang membuang limbah radioaktif, telah melalui serangkaian proses panjang selama lebih dari 12 tahun, setelah PLTN Fukushima Daiichi diterjang tsunami yang dipicu gempa bermagnitudo 9,0 pada Maret 2011. Ketika itu, tiga reaktor PLTN Fukushima hancur.

Protes Nelayan

Kelompok nelayan Jepang yang bertahun-tahun memiliki reputasi kurang baik lantaran ancaman radiasi, telah lama menentang pembuangan limbah radioaktif ini. Mereka khawatir kehilangan potensi ekspor ke pasar-pasar utama, akibat larangan China yang tidak terbatas.

Baca juga : Sandination Hadirkan Ruang Tumbuh Navigasi Peningkatan Diri Generasi Muda

“Meski ada jaminan dari pemerintah, kelompok nelayan Jepang tetap ketar-ketir,” ujar Kepala Koperasi Perikanan Jepang.

Nilai ekspor produk laut Jepang ke China pada tahun 2022, dilaporkan mencapai 600 juta dolar AS atau Rp 9,15 triliun. Angka ini menempatkan Negeri Panda sebagai tujuan utama ekspor produk laut Jepang, setelah Hong Kong.

Pada tahun yang sama, total ekspor ke dua negara tersebut, mencapai 42 persen dari ekspor produk laut Jepang.

Sama seperti China, Korea Selatan (Korsel) juga langsung menutup keran impor produk laut Jepang, begitu limbah radioaktif dibuang ke Samudera Pasifik.

Perdana Menteri Korsel Han Duck-soo mengatakan, larangan impor itu akan diberlakukan, hingga kekhawatiran masyarakat mereda.

Perlu 30 Tahun

TEPCO menjelaskan, di tahap awal, pembuangan limbah radioaktif dilakukan dalam jumlah kecil, dan disertai dengan pemeriksaan ekstra.

Baca juga : Bulog Punya Alternatif Impor Dari Negara Lain

Pembuangan limbah radioaktif tahap pertama yang berjumlah 7.800 meter kubik, atau setara tiga kolam renang Olimpiade, akan berlangsung selama 17 hari.

Hasil tes TEPCO yang dirilis pada Kamis (24/8) menyebut, limbah PLTN Fukushima mengandung sekitar 63 becquerel tritium per liter. Angka ini masih di bawah batas aman kandungan radioaktivitas pada air minum, yang ditetapkan Organisasi Kesehatan Dunia (WHO), yang berjumlah 10 ribu becquerel per liter.

Hasil analisis independen yang dipublikasikan IAEA juga setali tiga uang. Konsentrasi tritium terkonfirmasi jauh di bawah standar. 

Sementara Menteri Lingkungan Hidup Jepang memastikan, negaranya akan melakukan pemantauan di sekitar area pembuangan limbah dan mempublikasikan hasilnya setiap pekan, mulai Minggu (27/8).

TEPCO memperkirakan, proses pembuangan limbah radioaktif PLTN Fukushima yang saat ini berjumlah lebih dari 1,3 juta metrik ton, membutuhkan waktu sekitar 30 tahun.

Update berita dan artikel RM.ID menarik lainnya di Google News

Dapatkan juga update berita pilihan dan breaking news setiap hari dari RM.id. Mari bergabung di Grup Telegram "Rakyat Merdeka News Update", caranya klik link https://t.me/officialrakyatmerdeka kemudian join. Anda harus install aplikasi Telegram terlebih dulu di ponsel.