Dark/Light Mode

Gamelan Indonesia Memukau Akademisi Dan Peneliti Asia Di Portugal

Jumat, 10 Mei 2024 13:12 WIB
Grup gamelan GangSwara binaan KBRI Lisabon. (Foto: Ist)
Grup gamelan GangSwara binaan KBRI Lisabon. (Foto: Ist)

RM.id  Rakyat Merdeka - Grup gamelan GangSwara binaan KBRI Lisabon kembali tampil di CCCM (Pusat Ilmu Pengetahuan dan Kebudayaan Macau) yang ada di Lisbon, pada Senin (6/5/2024).

Penampilan mereka sebagai bagian dari rangkaian agenda 7th Lisbon Conference: Chinese Music and Musical Instruments yang diadakan oleh CCCM pada 6-7 Mei 2024. Mayoritas peserta konferensi merupakan akademisi dan peneliti budaya Asia yang ada di Portugal, juga dari berbagai negara seperti Hongkong, Austria, Jerman, Prancis, Inggris, Amerika Serikat, China, India dan Singapura. 

Kehadiran GangSwara kali ini menjadi penampilan kedua di CCCM setelah tahun lalu GangSwara berhasil memukau para penonton dengan alunan gamelan klasik Jawa. Tepat pukul 19:00, para penonton dan peserta konferensi mulai memadati ruang pertunjukan CCCM yang terletak di lantai 4. Selain penampilan musik Gamelan dari Indonesia, ditampilkan pula kolaborasi alat musik Guzheng dari China dan Tabla India.

Dengan mengenakan Surjan dan Kebaya lengkap, para pengrawit, wiraswara dan waranggana menghadirkan suasana Indonesia yang sangat kental. Keheningan di dalam ruang pertunjukan membuat suasana menjadi lebih berkesan. Secara perlahan, alunan musik Gamelan yang ditampilkan oleh GangSwara mulai menggema di seluruh ruangan. Beberapa penonton tampak memejamkan mata, terbawa suasana dari komposisi klasik yang ditampilkan.

Baca juga : Wamen ATR Ingin Setiap Wilayah Punya Roadmap Penyelesaian Reforma Agraria

Kali ini, GangSwara menyuguhkan tiga repertoire Gamelan, yaitu "Gugur Gunung" yang cukup dinamik karena menggambarkan semangat gotong royong, dilanjutkan dengan “Ketawang Mijil Wigaringtyas" yang lebih melankolik dan menyentuh hati karena mengisahkan tentang keresahan hati seorang garwa ampil (selir) yang sedang menunggu kedatangan sang Raja di tengah ketidakpastian. 

Penampilan ditutup dengan sebuah komposisi bubaran, "Udan Mas" yang biasanya dimainkan untuk menandai akhir acara. Dua repertoire yang ditampilkan kali ini dilengkapi dengan alunan suara sinden dan wiraswara. 

Musik Gamelan yang kaya dengan nuansa, telah berhasil memukau pendengar dengan irama yang khas, penuh dengan kedalaman makna. Penampilan Gamelan Indonesia pada konferensi ini menciptakan momentum budaya yang menarik, sekaligus memperkuat pemahaman dan apresiasi masyarakat maupun pelaku seni dari berbagai negara atas keanekaragaman budaya di Asia yang saling mempengaruhi dan berkembang menjadi identitas budaya suatu bangsa.

Melengkapi penampilan Gamelan GangSwara, pada 7 Mei 2024, bertempat di National Palace of Mafra, Minister Counsellor KBRI Lisabon, Arif R Bakhtiar hadir sebagai salah satu pembicara dan memaparkan presentasi tentang Musik Tradisional Indonesia, khususnya Gamelan. Para peserta konferensi mendapatkan informasi lebih dalam mengenai sejarah gamelan, jenis-jenisnya, persebarannya di Indonesia maupun di luar Indonesia, termasuk pengaruh budaya Tiongkokpada gamelan, dan peranan gamelan dalam tatanan budaya masyarakat Indonesia. 

Baca juga : Indonesia Minta DK PBB Hentikan Israel Serang Dan Usir Paksa Warga Di Rafah

Di Portugal sendiri saat ini terdapat setidaknya empat group gamelan yang tersebar di tiga kota, yaitu YogistraGong dan GangSwara di Lisabon, Kanjeng Lor di Porto, dan Bateria di kota Leria.

 “Saya tertarik untuk mengajukan satu proyek budaya untuk dapat menampilkan Gamelan Indonesia di Istana Nasional Mafra. Masyarakat Portugal harus melihat betapa indahnya alunan musik tradisional Indonesia”, ungkap Ketua Institut Etnomusikologi Universitas NOVA Lisboa, sekaligus Ketua Konferensi, Enio de Souza. 

Istana Nasional Mafra yang menjadi lokasi konferensi hari kedua ini, terletak sekitar 45 km dari Lisabon dan merupakan sebuah istana megah yang pertama dibangun di Portugal oleh arsitek berkebangsaan Jerman, sehingga pengaruh gaya bangunan Jerman terlihat cukup kuat.

Peserta konferensi tampak antusias mengikuti jalannya presentasi mengenai Gamelan. Banyak di antara peserta yang baru mengetahui keragaman budaya yang dimiliki Indonesia, mulai dari musik tradisional, ragam etnis dan suku, ragam bahasa daerah dan lain-lain yang menjadi elemen penting dalam pengayaan budaya Indonesia. 

Baca juga : Makin Nyaman, Bastoni Mau Pensiun Di Inter

Setelah konferensi, salah seorang peserta yang juga mempelajari Gamelan di Austria menyampaikan ucapan selamat dan berbagi kisah tentang lika-liku perjalanan Kelompok Gamelan Indonesia di luar negeri. Selain itu, salah satu narasumber dari Shanghai University yang berkebangsaan Italia, mengatakan bahwa dirinya merupakan salah satu anggota grup Gamelan Jawa yang ada di kota Roma. Keduanya sangat senang dapat melihat langsung penampilan GangSwara di CCCM sehari sebelumnya karena alunan musik Gamelan telah menjadi bagian tak terpisahkan dari jiwa seni mereka. 

GangSwara merupakan kelompok Gamelan binaan KBRI Lisabon yang terdiri dari mahasiswa Jurusan Musik Sains, Universitas NOVA Lisboa, staf KBRI Lisabon dan masyarakat Indonesia di Portugal. Terdapat setidaknya 15 orang anggota GangSwara yang aktif berlatih sekali seminggu di KBRI Lisabon.

Namun seringkali pergantian personel harus terjadi karena sebagian anggota harus bekerja di akhir pekan. Salah satu personel bahkan harus menempuh perjalanan selama 1,5 jam dari luar kota tempat tinggalnya demi bisa berlatih gamelan. Hal ini menunjukkan besarnya kecintaan masyarakat Portugal terhadap budaya Indonesia.

Update berita dan artikel RM.ID menarik lainnya di Google News

Dapatkan juga update berita pilihan dan breaking news setiap hari dari RM.id. Mari bergabung di Grup Telegram "Rakyat Merdeka News Update", caranya klik link https://t.me/officialrakyatmerdeka kemudian join. Anda harus install aplikasi Telegram terlebih dulu di ponsel.