Dark/Light Mode

Menjelajahi Keindahan Negeri Singa Atlas (9)

Kota Merah Marrakesh, Jamaa al-Fna & UNESCO

Selasa, 6 Agustus 2024 07:07 WIB
Jemaa el-Fnaa. [ Foto: Muhammad Rusmadi / Rakyat Merdeka & RM.id ]
Jemaa el-Fnaa. [ Foto: Muhammad Rusmadi / Rakyat Merdeka & RM.id ]

RM.id  Rakyat Merdeka - Laporan Muhammad Rusmadi dari Maroko

Pada 11-21 Juli 2024, diinisiasi Perhimpunan Persahabatan Indonesia-Maroko (PPIM), delegasi tujuh wartawan Indonesia melakukan liputan ke Kerajaan Maroko, termasuk wartawan Rakyat Merdeka & RM.id, Muhammad Rusmadi, untuk melihat langsung geliat kemajuan dan menjelajahi keindahan Kerajaan Singa Atlas ini. Berikut laporannya:

Jumat, 12 Juli 2024, sekitar pukul 17:00, kami menuju Marrakesh (Marrakech) dari kampus Université Mohammed VI Polytechnique (UM6P) di Benguerir.

Marrakesh tak seberapa jauh lagi dari Benguerir. Sekitar 76 km. Kurang lebih satu jam naik mobil. Mampir ke kampus ini memang sengaja, sekalian dalam perjalanan dari Casablanca.

Baca juga : Kota Kembar Jakarta Bernama Casablanca

Marrakesh adalah kota terbesar keempat di Maroko. Dan yang terpenting dalam sejarahnya, kota ini merupakan salah satu dari empat kota Kekaisaran Maroko dan merupakan Ibu Kota wilayah Marrakesh-Safi. Kota ini ada di sebelah barat kaki bukit Pegunungan Atlas.

Didirikan pada 1070 oleh Emir Abu Bakar ibn Umar, Marrakesh pernah menjadi Ibu Kota Dinasti Al-Murabithun (Almoravid), salah satu dinasti Islam yang berkuasa di Maghribi/Maroko.

Nama Dinasti al-Murabithun, punya hubungan erat dengan nama tempat tinggal mereka, ribath, semacam benteng, juga madrasah. Saat berkuasa, bangsa Al-Murabithun mendirikan bangunan-bangunan besar pertama di kota ini dan membentuk tata letaknya selama berabad-abad kemudian.

Dari balkon cafe lantai 2 dan 3 pengunjung menikmati pemandangan Jemaa el-Fnaa, salah satu icon Kota Marrakesh, Ibu Kota Dinasti Al-Murabithun (Almoravid), dinasti Islam yang pernah berkuasa di Maghribi/Maroko. [Foto: Muhammad Rusmadi/Rakyat Merdeka & RM.id]

Tembok merah kota, yang dibangun oleh Ali bin Yusuf pada 1122-1123, dan berbagai bangunan yang dibangun dengan batu pasir merah setelahnya, membuat kota ini dijuluki "Kota Merah" (Al-Madinat al-Hamra) atau "Kota Oker" (Ville Ocre). Marrakesh pun berkembang pesat sebagai pusat budaya, agama, dan perdagangan di Maghribi, nama resmi bahasa Arab untuk Maroko.

Baca juga : Masjid Hassan II Casablanca Di Tepi Atlantik

Demi melepas lelah, kami istirahat sekalian check in dulu ke hotel. Lumayan. Hari ini sejak sekitar pukul 8:30 pagi, sudah check out dari hotel di Casablanca.

Jarak Casablanca-Marrakesh, lebih dari 240 km. Hampir 3 jam naik mobil. Untungnya, tadi sempat “istirahat”, karena mampir dulu di kampus UM6P.

Kami sepakat, akan melihat suasana kota Marrakesh pukul 21:00 “petang”. Sekali lagi, karena musim panas, pukul 21:00 di sini, belum malam. Baru selesai shalat magrib bagi yang beragama Islam. Beda dengan di Indonesia, yang umumnya shalat magrib sekitar pukul 18:00-an.

Dan, pukul 21:00 lewat, mobil kami sudah meninggalkan hotel di kawasan Avenue Hassan II. Kami menuju Jemaa el-Fnaa, alun-alun terkenal di Marrakesh itu. Yang bila malam, berubah jadi pasar malam, sekaligus pusat kuliner dan beragam atraksinya.

Baca juga : Cape Spartel, Pemandangan Selat Gibraltar Yang Menakjubkan

Lagi-lagi, hotel ini memang tak terlalu jaraknya. Hanya sekitar 3 km, atau 10-menit naik mobil.

Jemaa el-Fnaa, dengan beragam sebutan aksen lainnya; Djema el-Fna, Djemaa el-Fnaa dan dalam bahasa Arabnya, Saaḥah Jaamiʾ al-Fanaa’, adalah alun-alun dan pasar di kawasan Madinah (kota tua) Marrakesh.
 Selanjutnya 

Update berita dan artikel RM.ID menarik lainnya di Google News

Dapatkan juga update berita pilihan dan breaking news setiap hari dari RM.id. Mari bergabung di Grup Telegram "Rakyat Merdeka News Update", caranya klik link https://t.me/officialrakyatmerdeka kemudian join. Anda harus install aplikasi Telegram terlebih dulu di ponsel.