Dark/Light Mode

Wabah Corona Kini Tersebar Merata di Seluruh Provinsi Iran

Presiden Rouhani: Kalau Serius Membantu, Sanksi Obat-obatan Harus Segera Dicabut

Kamis, 5 Maret 2020 10:13 WIB
Presiden Iran Hassan Rouhani (Foto: Instagram)
Presiden Iran Hassan Rouhani (Foto: Instagram)

RM.id  Rakyat Merdeka - Virus Corona atau Covid-19 kini telah menyebar hampir di seluruh provinsi di Iran. Terkait hal ini, Presiden Hassan Rouhani berjanji akan berupaya semaksimal mungkin, untuk menekan angka kematian.

"Penyakit ini mewabah di mana-mana. Sudah berjangkit di seluruh provinsi di Iran. Ini adalah penyakit global," ujar Rouhani dalam pertemuan kabinet, seperti dilansir situs resmi kepresidenan, Rabu (4/3).

Hingga saat ini, Iran telah mencatat 2.922 kasus infeksi virus Corona, yang berujung pada 92 kasus kematian.

Baca juga : Pesan Jokowi: Menteri Baru Jangan Korupsi, Yang Nggak Serius Kerja Siap-siap Dicopot

Seperti dilaporkan situs berita IranWire, Wakil Presiden Iran Eshaq Jahanqiri juga ikut terinfeksi wabah virus Corona. Selain Jahanqiri, masih ada sejumlah pejabat Iran lainnya yang juga ikut terinfeksi. Seorang pejabat senior bahkan dilaporkan meregang nyawa akibat virus tersebut, Senin (2/3).

Melalui siaran TV yang ditayangkan pada Rabu (4/3), pemerintah Iran telah mengumumkan akan meniadakan ibadah shalat Jumat di seluruh ibu kota provinsi pada pekan ini, karena wabah Corona.

Bantuan AS

Baca juga : Delegasi Misi Bisnis Belanda akan Optimalkan Peluang yang Ditawarkan Indonesia

Presiden Rouhani dikabarkan menampik bantuan AS dalam mengatasi wabah Corona, meski tak menyebut nama Negeri Paman Sam secara langsung.

Seperti dilansir Reuters, Kamis (4/3), Menteri Luar Negeri AS, Mike Pompeo mengungkap, pihaknya telah menawarkan bantuan kepada Iran untuk mengatasi wabah Corona.

Namun, Rouhani menilai AS hanya mengenakan topeng simpati. "Mereka memakai topeng simpati, yang seolah-olah ingin menolong rakyat Iran. Kalau mereka serius membantu, sanksi terhadap obat-obatan harus segera dicabut," ungkap Rouhani.

Baca juga : Irak Umumkan Kematian Pertama, Polandia Konfirmasi Kasus Pertama

Sekadar latar, tahun 2018, Presiden Donald Trump menarik AS dari perjanjian nuklir multilateral dengan Iran, dan menerapkan kembali sanksi yang telah memukul ekonomi Iran.

Soal itu, para pejabat AS mengatakan, sanksi tersebut tidak menargetkan obat-obatan untuk Iran. Tetapi, karena tak ada mekanisme penetapan untuk meringankan transaksi keuangan berdasarkan sanksi, obat-obatan praktis terkena dampak. [HES]

Update berita dan artikel RM.ID menarik lainnya di Google News

Dapatkan juga update berita pilihan dan breaking news setiap hari dari RM.id. Mari bergabung di Grup Telegram "Rakyat Merdeka News Update", caranya klik link https://t.me/officialrakyatmerdeka kemudian join. Anda harus install aplikasi Telegram terlebih dulu di ponsel.