Dark/Light Mode

Data Covid-19 Indonesia Bikin Penasaran Satgas Internasional

Tingkat Kematian Tinggi Yang Positif Kok Rendah

Kamis, 16 April 2020 08:45 WIB
Barbara Marston (kiri) dan John MacArthur mengikuti telekonferensi yang digelar US Asia Pacifik Media Hub berbasis di Manila, dengan media Tanah Air, kemarin.
Barbara Marston (kiri) dan John MacArthur mengikuti telekonferensi yang digelar US Asia Pacifik Media Hub berbasis di Manila, dengan media Tanah Air, kemarin.

RM.id  Rakyat Merdeka - Satgas Penanganan Covid-19 Internasional dari Pusat Pengendalian dan Pencegahan Penyakit (CDC) Amerika Serikat menyatakan, belum ada resep jitu melawan corona. Setiap negara masih melakukan trial and error soal ini. Yang jelas mereka heran dengan data wabah corona di negeri kita. Tingkat kematian tinggi, tapi kenapa angka yang positif rendah?

Hal ini diutarakan Ketua Satuan Tugas Penanganan Covid-19 Internasional CDC Barbara Marston dalam telekonferensi, kemarin.

Menurut Marston, tidak ada yang tahu bagaimana cara efektif melawan wabah ini. Satu negara ada yang memilih melakukan karantina wilayah atau lockdown. Sementara negara lain membatasi gerak warga dengan ketat demi menangani penyebaran virus.

“Setiap negara melakukan cara masing-masing untuk menekan penyebaran penyakit virus corona. Saya bisa katakan tidak ada negara atau pihak yang bisa memberikan rekomendasi tepat untuk menangani pandemi ini,” jelas Marston.

Dia menyarankan, pengujian sampel pasien positif harus dilakukan lebih banyak lagi demi mendapatkan antivirus yang ampuh. “Ini berarti perlengkapan medis yang memadai dan tim medis yang siap sedia,” terangnya.

Baca juga : Cegah Covid-19, Angkasa Pura II Bantu APD dan Alat Kesehatan di Banten

Masalahnya, kata Marston, semua negara tengah kewalahan menangani pasien positif. Tim medis mereka pun harus menangani jumlah pasien yang besar. “Jadi tidak punya banyak waktu untuk melakukan hal lain,” lanjutnya.

Hal serupa diutarakan Direktur CDC berbasis di Thailand, John MacArthur. “Yang ingin kita capai adalah memperlambat laju penyebaran virus dan menggunakan waktu yang ada untuk memperbaiki sistem layanan dan melatih tim medis kita,” ujar MacArthur.

“Apapun yang kita lakukan, harus kita lakukan dengan hati-hati dan perlahan. Kita tidak mau salah langkah dan justru menyebabkan penyebaran baru,” sambung Marston.

Saat disinggung mengenai kasus infeksi corona di Indonesia, Marston dan MacArthur kompak penasaran dengan data yang ada. Persentase kematian akibat virus ini di Tanah Air termasuk dalam daftar tertinggi di dunia.

Keduanya mencatat, jumlah kematian sangat tinggi tapi kasus positif rendah. Keduanya menduga banyak kasus positif yang tidak dilaporkan. “Jika sebuah negara menyajikan data, lalu kita melihat sedikitnya jumlah kasus tetapi angka kematian yang relatif tinggi, kami menjadi penasaran apakah ada kasus-kasus yang tak dilaporkan,” ungkap Marston.

Baca juga : Lawan Covid-19, Syarif Hasan Semprot Disinfektan di 6 Kecamatan Kota Bogor

“Di Indonesia ada jumlah kasus parah dan kematian yang relatif tinggi, sehingga itu membuat penasaran apakah jika ada tes tambahan, maka akan terjadi penambahan kasus,” lanjutnya.

Berdasarkan laporan Selasa (14/4), ada total 4.839 kasus di Indonesia. Dari jumlah itu, 459 meninggal, dan 426 sembuh. Dari angka tersebut, kata mereka, kasus meninggal mencapai 9,4 persen. Rata-rata dunia adalah 6,3 persen. Kasus positif di Indonesia masih di bawah 5.000 orang, tetapi ada lebih dari 139 ribu orang Indonesia yang masuk kategori Orang Dalam Pemantauan (ODP) yang tidak semuanya ikut tes.

Menurut Marston, pihaknya tidak mempertanyakan laporan resmi. Pihak CDC tidak mengintervensi laporan resmi, namun memang ada rasa penasaran terkait data sebenarnya.

“Hal tersebut tidak sama dengan mempertanyakan laporan resmi, kami tidak melakukan hal itu. Tetapi kami penasaran apakah jika ada tes tambahan maka ada kasus tambahan,” tuturnya.

Jumlah pasien positif virus corona atau Covid-19 di DKI Jakarta terus naik. Berdasarkan data yang diakses di laman co- rona.jakarta.go.id kemarin siang, jumlah kasus positif di Ibu Kota tembus 2.447 pasien.

Baca juga : Tangkal Covid-19, Menpora : Jaga Jarak, Utamakan Kebersihan dan Berolahraga

Dalam website tersebut juga dituliskan jumlah pasien Covid-19 yang dinyatakan sembuh sebanyak 164 orang, meninggal 246 orang, yang masih mendapatkan perawatan 1.424 orang, dan isolasi mandiri sebanyak 613 orang. Selain itu, jumlah yang masih menunggu hasil tes sebanyak 876 kasus.

Kemudian, 1.388 kasus telah diketahui titik penyebaran berdasarkan kelurahannya, di semua wilayah DKI Jakarta. Sisanya, 1.059 belum diketahui. [Harian Rakyat Merdeka]

Update berita dan artikel RM.ID menarik lainnya di Google News

Dapatkan juga update berita pilihan dan breaking news setiap hari dari RM.id. Mari bergabung di Grup Telegram "Rakyat Merdeka News Update", caranya klik link https://t.me/officialrakyatmerdeka kemudian join. Anda harus install aplikasi Telegram terlebih dulu di ponsel.