Dark/Light Mode

Laporan PBB

Efek Covid-19, Jutaan Pernikahan Dini Bakal Terjadi

Jumat, 15 Mei 2020 17:27 WIB
Laporan UNICEF, jumlah pernikahan anak diprediksi melonjak hingga 13 juta dalam sepuluh tahun mendatang akibat pandemi corona. (Foto UNICEF.org)
Laporan UNICEF, jumlah pernikahan anak diprediksi melonjak hingga 13 juta dalam sepuluh tahun mendatang akibat pandemi corona. (Foto UNICEF.org)

RM.id  Rakyat Merdeka - Imbas pandemi Covid-19 diprediksi memicu pernikahan dini. Karena meningkatnya kemiskinan.

Diberitakan Reuters, lembaga amal World Vision meyebut sekitar 4 juta perempuan terancam melangsungkan pernikahan dini dalam dua tahun ke depan. Sebab krisis akibat virus corona dipercaya membuat angka kemiskinan bertambah. Alhasil, para orang tua akan menikahkan anak perempuan demi mengurangi beban hidup.

“Ketika Anda berada dalam masa krisis seperti perang, bencana alam atau pandemi, tingkat pernikahan anak selalu meningkat,” ujar ahli pernikahan anak di World Vision, Erica Hall, Jumat (15/5).

Baca juga : BRI: Era Normal Baru Percepat Penerapan Sistem Bank Terbuka

“Jika kita tidak mulai berpikir bagaimana menghindari hal ini, maka akan terlambat selamanya. Kita tidak bisa menunggu pandemi ini selesai lebih dulu, baru memikirkannya,” lanjutnya.

Dorongan semakin menjadi sekolah-sekolah ditutup, dan organisasi yang bekerja melawan pernikahan dini masih sulit beroperasi imbas pandemi. Selama pandemi, anak-anak perempuan juga akan kesulitan mengakses layanan kesehatan reproduksi. Hal ini dipercaya dapat meningkatkan kehamilan dalam usia remaja sehingga dipaksa untuk menikah.

LSM yang melawan pernikahan dini, Girls Not Brides, menyatakan, pihaknya begitu khawatir mengetahui prediksi akan meroketnya jumlah pernikahan anak.

Baca juga : Waspada Covid-19, Atlet Pelatnas Bulutangkis Dilarang Mudik

“Praktik ini yang kami dengar dari India, Afrika, dan Amerika Latin. Beberapa orang mengatakan pandemi ini akan menyia-nyiakan pekerjaan yang yang sudah kami lakukan bertahun-tahun lamanya untuk mengurangi pernikahan anak,” kata CEO Girls Not Bride, Faith Mwangi-Powell.

“Sekolah sebenarnya melindungi anak-anak perempuan. Tapi, ketika sekolah ditutup, maka risiko pernikahan dini semakin tinggi. Bahkan, setelah pandemi, banyak gadis yang sepertinya tidak lagi akan sekolah. Tapi, kami berusaha untuk mereka tetap sekolah,” kata Mwangi-Powell.

Secara global, lembaga Perserikatan Bangsa Bangsa, UNICEF menyebut, sekitar 12 juta anak tercatat menikah sebelum usia 18 tahun pada setiap tahunnya.

Baca juga : Pandemi Covid-19 Jadi Momen Dongkrak Bisnis Hortikultura

Laporan PBB juga, jumlah pernikahan anak bakal meroket hingga 13 juta dalam sepuluh tahun mendatang akibat pandemi corona.[MEL]

Update berita dan artikel RM.ID menarik lainnya di Google News

Dapatkan juga update berita pilihan dan breaking news setiap hari dari RM.id. Mari bergabung di Grup Telegram "Rakyat Merdeka News Update", caranya klik link https://t.me/officialrakyatmerdeka kemudian join. Anda harus install aplikasi Telegram terlebih dulu di ponsel.