Dark/Light Mode
RM.id Rakyat Merdeka - Amerika Serikat (AS) terus kompori China di Laut China Selatan (LCS). Yang terbaru, Negeri Paman Sam itu mengerahkan dua kapal induk dan sejumlah kapal perang ke wilayah sengketa tersebut.
“Grup Tempur USS Nimitz dan USS Ronald Reagan akan ikut serta dalam operasi di Laut Filipina dan Laut China Selatan,” ujar juru bicara Seventh Fleet AS, Joe Jeiley, seperti dikutip CNN News, Jumat (2/7).
Ditanya alasan mengirim kapal induk ke Laut China Selatan, Jeiley memastikan rencana ini tak ada kaitannya dengan politik maupun peristiwa dunia saat ini.
Baca juga : Demokrasi di Jalan Gelap
Menurutnya, pengerahan kapal induk semata-mata untuk melatih fleksibilitas para personel Angkatan Laut AS dalam menanggapi situasi di kawasan. “Kehadiran dua kapal induk ini untuk peningkatan kapabilitas yang merupakan salah satu dari banyak cara AS untuk meningkatkan keamanan, stabilitas, dan kesejahteraan di Indo-Pasifik,” tutur Jeiley.
Berdasarkan laporan CNN News, latihan ini sudah direncanakan sejak lama. Tapi, jadwalnya bersamaan dengan China yang melakukan latihan di Kepulauan Paracel. AS sendiri telah meminta China agar menghentikan latihan militer tersebut karena dianggap dapat membuat kawasan semakin tidak stabil.
Menteri Luar Negeri AS, Mike Pompeo menegaskan, latihan militer yang dilakukan militer Xi Jinping di LCS sangat provokatif. “Kami menentang klaim Beijing yang tidak berdasarkan pada hukum,” ujar Pompeo di akun twitter @SecPompeo, Jumat (3/7).
Baca juga : Danny Pomanto Bakal Duel Lawan Dinasti Yasin Limpo
Pemerintah AS menilai, latihan militer yang dilakukan China merupakan sikap kesewenang-sewenangan. China dinilai ingin menegaskan klaim maritim terhadap sengketa Laut China Selatan. Padahal itu melanggar hukum dan merugikan negara-negara Asia Tenggara yang turut punya kuasa di wilayah itu.
“Latihan militer China itu menyalahi kesepakatan Bangkok dengan negara ASEAN yang tertuang dalam deklarasi perilaku atau Declaration of Conduct (DoC) 2002 terkait Laut China Selatan,” ujar pemerintah AS.
AS mendesak semua pihak untuk menahan diri dan tidak melakukan kegiatan militer yang dapat memantik perselisihan. “Kami akan terus memantau kegiatan militer China di Laut China Selatan,” ancamnya.
Baca juga : Harus Agresif di Hulu, Harus Agresif di Hilir
Di sisi lain, otoritas China menampik telah membuat kegaduhan karena menggelar latihan di wilayah Kepulauan Paracel. China mengklaim Kepulauan Paracel merupakan bagian dari Kepulauan Xisha yang masih berada di teritorialnya. “Kepulauan Xisha adalah wilayah tak terpisahkan dari China. Latihan militer China di lautan dekat Kepulauan Xisha berada dalam kedaulatan kami dan tidak dapat ditegur,” jelas Juru Bicara Kementerian Luar Negeri China, Zhao Lijian seperti dilansir Reuters, Jumat (3/7).
Dia menyinggung keberadaan negara-negara non-kawasan Asia yang menggelar latihan militer di Laut China Selatan. Meski begitu, dia tidak menyebut langsung nama negaranya. Namun banyak pihak menerjemahkan sindiran China ditunjukan untuk AS karena melakukan banyak operasi kebebasan navigasi. Misalnya, AS mengirim kapal perang ke Laut China Selatan dengan alasan akses bebas untuk saluran laut internasional.
“Penyebab mendasar untuk instabilitas di LCS adalah aktivitas militer skala besar dan aksi pamer kekuatan oleh beberapa negara non-kawasan yang terletak puluhan ribu mil jauhnya,” sindirnya. [UMM]
Update berita dan artikel RM.ID menarik lainnya di Google News
Dapatkan juga update berita pilihan dan breaking news setiap hari dari RM.id. Mari bergabung di Grup Telegram "Rakyat Merdeka News Update", caranya klik link https://t.me/officialrakyatmerdeka kemudian join. Anda harus install aplikasi Telegram terlebih dulu di ponsel.