Dark/Light Mode
BREAKINGNEWS
Hasil Rekapitulasi KPU
Pemilu Presiden 2024
24,9%
40.971.906 suara
24,9%
40.971.906 suara
Anies & Muhaimin
58,6%
96.214.691 suara
58,6%
96.214.691 suara
Prabowo & Gibran
16,5%
27.040.878 suara
16,5%
27.040.878 suara
Ganjar & Mahfud
Sumber: KPU
RM.id Rakyat Merdeka - Eropa sangat tegas terhadap Presiden Belarusia Alexander Lukashenko terkait kisruh pemilu di negara tersebut. Namun, diam terhadap Presiden Turki, Recep Tayyip Erdogan terkait memanasnya kawasan mediterania.
Menurut laman The Guardian, Minggu (16/8), kritik keras Eropa terhadap Lukashenko sangat kontras dengan keengganan mereka secara terbuka mengecam intrik agresif terbaru di kawasan Mediterania timur dan kediktatoran lainnya, yang dilakukan oleh Presiden Turki, Recep Tayyip Erdogan.
Turki adalah anggota NATO, mitra dagang utama Eropa, penjaga gerbang perbatasan, dan aktor berpengaruh di Suriah dan Timur Tengah. Tidak seperti Belarusia, ia memiliki kepentingan strategis yang nyata. Mungkin itu menjelaskan kenapa Eropa diam saja terhadap Eropa, termasuk Inggris.
Baca juga : Nora Alexandra, Tegar Jerinx Dipenjara
Hanya Presiden Prancis, Emmanuel Macron, yang tegas kepada Turki. Pada bulan Juni, dia marah ketika kapal perang Turki, yang mengawal sebuah kapal yang dicurigai menyelundupkan senjata ke Libya, yang kemudian dicegat oleh kapal Prancis dan memaksa kapal perang tersebut untuk mundur.
Prancis juga geram dengan operasi eksplorasi minyak dan gas Turki yang meluas di perairan teritorial Yunani. Macron kemudian mengirim bala bantuan angkatan laut ke Mediterania timur minggu lalu dan meminta Erdogan untuk mundur.
Erdogan belum lama ini juga mengesahkan undang-undang media sosial. "Undang-undang tersebut akan meningkatkan penyensoran online. Otokrasi sedang dibangun dengan membungkam semua suara kritis," kata Tom Porteous dari Human Rights Watch.
Baca juga : Duh, Seorang Pemain Barca Kepatil Corona
Pengamat Timur Tengah, Yavuz Baydar mengatakan, apa yang dilakukan Erdogan tersebut karena merasa tidak aman, sedang dilanda krisis ekonomi, pandemi corona, dan nilai mata uang yang turun. “Dia ingin memperkuat reputasinya yang dominan sebagai pemimpin yang kuat dan panglima tertinggi yang menjunjung kehormatan Turki dan tempat yang layak di percaturan dunia," katanya.
Kedua, menurutnya, Erdogan ingin memastikan posisi Turki di Laut Aegea, Mediterania timur, Suriah dan Libya serta mengantisipasi perubahan pemerintahan di Washington. Itu karena Joe Biden dinilai bisa mengubah kebijakan Amerika di kawasan tersebut. [DIT]
Baca juga : Orang Kaya Lebih Takut Kena Corona
Update berita dan artikel RM.ID menarik lainnya di Google News
Dapatkan juga update berita pilihan dan breaking news setiap hari dari RM.id. Mari bergabung di Grup Telegram "Rakyat Merdeka News Update", caranya klik link https://t.me/officialrakyatmerdeka kemudian join. Anda harus install aplikasi Telegram terlebih dulu di ponsel.
Tags :
Berita Lainnya