Dark/Light Mode

Hasil Rekapitulasi KPU
Pemilu Presiden 2024
Anies & Muhaimin
24,9%
40.971.906 suara
24,9%
40.971.906 suara
Anies & Muhaimin
Prabowo & Gibran
58,6%
96.214.691 suara
58,6%
96.214.691 suara
Prabowo & Gibran
Ganjar & Mahfud
16,5%
27.040.878 suara
16,5%
27.040.878 suara
Ganjar & Mahfud
Sumber: KPU

Penghargaan Ultah Ratu Elizabeth II

Konservasionis Orangutan, Ian Singleton Dianugerahi OBE

Selasa, 13 Oktober 2020 14:35 WIB
Konservasionis Orangutan dari Inggris Ian Singleton masuk hutan Sumatra sejak 1996.(Foto IST)
Konservasionis Orangutan dari Inggris Ian Singleton masuk hutan Sumatra sejak 1996.(Foto IST)

RM.id  Rakyat Merdeka - Konservasionis orangutan dari Inggris, Dr Ian Singleton, dianugerahi OBE (Officer of the Most Excellent Order of the British Empire/ Orang-orang paling unggul dari Kerajaan Inggris) Ratu Inggris Elizabeth II. Pengumuman daftar Penghargaan Ulang Tahun (Ultah) Ratu biasanya dilaksanakan pada Juni, tetapi tertunda tahun ini.

Pada 2001, Singleton mendirikan Sumatran Orangutan Conservation Programme (SOCP) yang bekerja untuk PanEco Foundation yang berbasis di Swiss, bersama dengan mitranya di Indonesia, Yayasan Ekosistem Lestari (YEL) dan Direktorat Jenderal Konservasi Sumber Daya Alam dan Ekosistem (Ditjen KSDAE), Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan RI.

"Senang rasanya bisa mendapatkan pengakuan dan penghargaan OBE, tetapi yang utama saya ingin mengucapkan terima kasih kepada semua orang, organisasi, dan institusi di seluruh dunia yang membuat pekerjaan SOCP dapat terlaksana," kata Singleton.

Priakelahiran Hull, England itu memulai kariernya dengan orangutan sudah mulai 1989, di Kebun Binatang Jersey di Kepulauan British Channel. Ia meninggalkan Jersey pada 1996 untuk mempelajari orangutan liar di Sumatera sekaligus untuk gelar Ph.D di Universitas Kent, UK.

Setelah menyelesaikan tesisnya pada tahun 2000, dia kembali ke Sumatera untuk mendirikan SOCP dan membantu melindungi serta melestarikan orangutan liar dan juga habitatnya. Singleton juga merupakan salah satu tim ilmuwan yang pada 2017 memperkenalkan kepada dunia tentang spesies orangutan baru, Orangutan Tapanuli, yang dinamai sesuai dengan tempatnya berada.

Baca juga : Satgas Akui Sulit Lakukan Testing Di Daerah Terpencil

"Penghargaan ini merupakan pengakuan bagi seluruh tim konservasionis berdedikasi, yang sebagian besar adalah orang Indonesia, dan juga banyak rekan kami di Lingkungan Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan Indonesia, saya merasa senang dan terhormat untuk bekerja sama sepanjang karier saya," tutur nominator 2018 Indianapolis Prize 2018 itu.

Ia menambahkan, pekerjaan belum selesai, masih banyak orangutan di Sumatera yang secara ilegal sebagai hewan peliharaan, atau terjebak dan terisolasi di areal hutan yang terfragmentasi. "Kita perlu membawa individu-individu ini kembali lagi ke hutan hujan yang aman dan terlindungi, tempat mereka berkontribusi pada masa depan spesies mereka," kata Singleton.

Di lokasi proyek di Jantho dan Jambi, SOCP melepaskan orangutan ‘pengungsi’ untuk menciptakan populasi orangutan baru yang layak secara genetik. Populasi tersebut akan bertindak sebagai ‘jaring pengaman’ atau ‘cadangan,’ jika bencana menimpa populasi liar yang tersisa.

Singleton mengingatkan, nilai dari populasi liar yang baru dibuat belum pernah begitu pasti. Konsensus ilmiah menyatakan bahwa orangutan cenderung rentan terhadap infeksi virus SARS-CoV-2 yang menyebabkan Covid-19. Karena gen mereka identik 97 persen dengan manusia.

"Kami juga sangat banyak di garis depan pandemik Covid, berjuang untuk melindungi tiga spesies, bukan hanya satu!" Demikian keterangan Singleton, dalam keterangan pers Kedutaan Besar Inggris untuk Indonesia, di Jakarta.

Baca juga : Pengembangan Kawasan Korporasi Pertanian Semakin Meluas

SOCP melindungi sisa populasi liar Orangutan Sumatera (Pongo Abelii), saat ini hanya berjumlah sekitar 13.400 individu. Benteng terakhir mereka, Kawasan Ekosistem Leuser.

Dan, kurang dari 800 Orangutan tapanuli (Pongo tapanuliensis) yang tetap berada di habitat mereka di Ekosistem Batang Toru, Sumatera Utara. Kedua spesies ini terdaftar sebagai dalam Daftar Merah Spesies Terancam International Union for Conservation of Nature and Natural Resources (IUCN).

Orangutan Borneo (Pongo pygmaeus) juga terancam punah. Tapi yang paling terancam adalah Orangutan Tapanuli. "Kami melakukan apa yang kami bisa untuk semua orangutan di Sumatera dan itu membutuhkan banyak kerja keras serta dukungan dari berbagai pihak. Tanpa semua dukungan pekerjaan ini tidak mungkin terlaksana," tuturnya.

Tim SOCP juga mengucapkan terima kasih kepada Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan RI, khususnya Menteri Lingkungan Hidup dan Kehutanan Siti Nurbaya Bakar, dan Dirjen Konservasi Sumber Daya Alam Ekosistem (KSDAE)  Kementerian LHK Wiratno.

Duta Besar Kerajaan Inggris Raya untuk Indonesia dan Timor Leste, Owen Jenkins, salut dengan upaya Singleton dan tim.

Baca juga : Blibli Catat Kenaikan Penjualan Selama Pandemi

"Kami di kedutaan senang bahwa pekerjaan Dr. Ian Singleton telah diakui melalui penghargaan ini."

Menurut Dubes Jenkins, Singleton telah memberikan kontribusi yang sangat besar meningkatkan pemahaman masyarakat atas kera besar ini termasuk penemuan spesies orangutan baru.

Selain itu, Singleton, juga berjasa dalam konservasi dan membangun dua populasi liar baru Orangutan Sumatera yang terancam punah, sampai mereka dapat hidup secara mandiri dan sehat secara genetik di hutan yang sangat luas dan terlindungi.

Kemudian, Singleton dalam advokasi, berbicara tanpa rasa takut untuk membela para orangutan. "Pencapaian ini layak untuk tanda jasa OBE, kami sangat senang Dr Singleton telah menerima penghargaan ini," imbuh Jenkins. [MEL]

Update berita dan artikel RM.ID menarik lainnya di Google News

Dapatkan juga update berita pilihan dan breaking news setiap hari dari RM.id. Mari bergabung di Grup Telegram "Rakyat Merdeka News Update", caranya klik link https://t.me/officialrakyatmerdeka kemudian join. Anda harus install aplikasi Telegram terlebih dulu di ponsel.