Dark/Light Mode
BREAKINGNEWS
- Menkes: Kesehatan Salah Satu Modal Utama Capai Target Indonesia Emas 2045
- Jangan Sampai Kehabisan, Tiket Proliga Bisa Dibeli di PLN Mobile
- Temui Cak Imin, Prabowo Ingin Terus Bekerjasama Dengan PKB
- Jaga Rupiah, BI Naikkan Suku Bunga 25 Bps Jadi 6,25 Persen
- Buntut Pungli Rutan, KPK Pecat 66 Pegawainya
Hasil Rekapitulasi KPU
Pemilu Presiden 2024
24,9%
40.971.906 suara
24,9%
40.971.906 suara
Anies & Muhaimin
58,6%
96.214.691 suara
58,6%
96.214.691 suara
Prabowo & Gibran
16,5%
27.040.878 suara
16,5%
27.040.878 suara
Ganjar & Mahfud
Sumber: KPU
RM.id Rakyat Merdeka - Peredaran narkoba di Asia Tenggara, makin memprihatinkan. Organisasi PBB untuk urusan narkoba dan kejahatan (UNODC) melaporkan, produksi metamfetamin di Asia Tenggara terus meroket, disertai dengan turunnya harga dan meningkatnya konsumsi barang haram tersebut. Ini artinya, barang haram tersebut makin mudah diperoleh.
UNODC mengatakan, metamfetamin adalah jenis narkoba yang menjadi perhatian utama di 12 negara ASEAN, sejak 5 tahun lalu. Hal tersebut tidak berlaku di Vietnam, karena kalah populer dengan heroin.
Baca juga : Menteri Keuangan Jenguk Bu Ani Di Singapura
Tahun 2018, Thailand menyita 515 juta pil metamfetamine. Jumlah ini 17 kali lipat lebih banyak dibanding saat razia di 13 negara yang digabungkan, 10 tahun lalu. Suplai barang terlarang itu banyak berasal dari Myanmar.
"Berbagai data yang ada menunjukkan adanya kelanjutan ekspansi pasar metamfetamin di Asia Timur dan Tenggara,” kata Tun Nay Soe, Koordinator Program Antar-Wilayah UNODC, seperti dilansir AP.
Baca juga : Pakistan Tunda Kepulangan Pilot India Yang Disekap
Fakta ini menunjukkan bahwa kelompok kriminal di wilayah tersebut semakin merajalela dalam memproduksi dan memperdagangkan metamfetamin di kawasan Segitiga Emas perbatasan Myanmar, Laos, dan Thailand. Kawasan ini memang dikenal sebagai sumber utama opium dan heroin. Namun, pasar narkoba di Asia Tenggara, tampaknya tak lagi meminati opium. Metamfetamin terlihat mendominasi sejak awal tahun 2000-an.
Pergeseran selera pasar narkoba dari opium ke metamfetamin, terlihat nyata di China dan Malaysia, yang selama ini dikenal sebagai pasar heroin yang relatif besar. Di Malaysia, jumlah pengguna metamfetamin yang terdeteksi oleh penegak hukum, melampaui jumlah pengguna heroin untuk pertama kalinya pada tahun 2017.
Baca juga : Bellerin Tumbal Gudang Senjata
Dalam indikator lain dari epidemi metamfetamin, perawatan medis terkait penggunaannya mendominasi jumlah pasien narkoba di beberapa negara Asia Timur dan Tenggara.
Hal lain yang juga mendapat sorotan UNODC adalah maraknya obat-obatan sintetis di pasar Asia. "Opioid sintetik yang paten srmisal fentanyl, kini sedang diidentifikasi oleh beberapa negara di kawasan ini. Fentanyl adalah salah satu dari sejumlah opioid yang bertanggung jawab atas meningkatnya kematian pengguna narkoba di Amerika Serikat. [HES]
Update berita dan artikel RM.ID menarik lainnya di Google News
Dapatkan juga update berita pilihan dan breaking news setiap hari dari RM.id. Mari bergabung di Grup Telegram "Rakyat Merdeka News Update", caranya klik link https://t.me/officialrakyatmerdeka kemudian join. Anda harus install aplikasi Telegram terlebih dulu di ponsel.
Tags :
Berita Lainnya