Dark/Light Mode

Hasil Rekapitulasi KPU
Pemilu Presiden 2024
Anies & Muhaimin
24,9%
40.971.906 suara
24,9%
40.971.906 suara
Anies & Muhaimin
Prabowo & Gibran
58,6%
96.214.691 suara
58,6%
96.214.691 suara
Prabowo & Gibran
Ganjar & Mahfud
16,5%
27.040.878 suara
16,5%
27.040.878 suara
Ganjar & Mahfud
Sumber: KPU

Trump Atau Biden

Untuk Kita, Siapa Yang Lebih Menguntungkan

Sabtu, 31 Oktober 2020 06:31 WIB
Capres Donlad Trump dan Joe Biden saat debat pilpres. (Foto: net).
Capres Donlad Trump dan Joe Biden saat debat pilpres. (Foto: net).

RM.id  Rakyat Merdeka - Tiga hari lagi, Amerika Serikat akan menentukan siapa calon presiden yang akan memimpin untuk 4 tahun ke depan. Apakah Donald Trump akan kembali melanjutkan kepemimpinannya. Atau Trump bakal dikalahkan oleh capres dari Demokrat, Joe Biden. Pertanyataannya, antara Trump dan Biden, siapa capres yang lebih menguntungkan untuk Indonesia?

Sesuai agenda, hari pemungutan suara untuk Pilpres AS akan digelar 3 November. Versi berbagai polling, baik Trump maupun Biden sama­-sama memiliki peluang untuk menang. Apalagi metode penetuan pemenang tidak hanya berdasarkan suara terbanyak, tapi juga melalui electoral college.

Presiden keenam RI, Susilo Bam­bang Yudhoyono (SBY) punya cerita dan hitung-­hitungan soal ini. SBY menyadur pandangan dari sejumlah kalangan yang bertamu dan berbin­ cang dengannya di Cikeas. Baik dari pendukung Trump maupun Biden.

Baca juga : Ikut Berduka Cita, Andi Gani: Irjen Sigit Sahabat Yang Baik

“Tiba­-tiba ada yang bercerita, bah­wa sejumlah temannya yang dulu sama­-sama berkuliah di sebuah uni­ versitas mengatakan bahwa bagi Indo­ nesia Trump­lah yang terbaik,” cerita SBY dalam keterangan yang diterima Rakyat Merdeka, tadi malam.

Alasannya, lanjut SBY, Trump be­rasal dari Partai Republik. Sehingga tidak akan mencampuri urusan dalam negeri Indonesia. Tak akan meributkan HAM, demokrasi dan juga perubahan iklim. Kondisi sebaliknya akan terjadi jika Biden, capres yang diusung Partai Demokrat yang akan menang.

SBY melanjutkan, keunggulan lain yang dimiliki Trump yakni dalam mengurus ekonomi. Sehingga hubungan ekonomi dan bisnis akan lebih hidup. Karena Partai Republik di Amerika lebih pro­bisnis, termasuk punya keberpihakan kepada perusahaan multi nasional.

Baca juga : Trump: Saya Ini Kuno, Senangnya Nyoblos Langsung

Sementara yang mendukung Bi­den, beralasan karena tidak suka kepribadian dan gaya Trump. Capres petahana itu dikenal sangat egois dan ultranasionalistik. “Dia hanya mengutamakan Amerika (America First), dan tidak peduli dengan negara lain,” tutur SBY, mengutip pandangan salah seorang insan pers, yang sekitar 2 bulan lalu mewawancarainya. 

Bagaimana dengan sikap SBY sen­diri? Eks Ketum Partai Demokrat ini mengatakan, alasan memilih Trump dan Biden tidak mutlak benar. Pengalamannya, ketika Amerika dipimpin George Walker Bush, yang merupakan representasi dari Partai Republik, juga sangat peduli terhadap demokrasi, HAM, rule of law dan lingkungan. Tidak melulu membicarakan urusan ekonomi semata.

Begitu juga saat AS dipimpin Barack Obama, Presiden yang diusung Partai Demokrat. Menurutnya, Presiden AS ke-44 itu juga tidak cuma peduli soal HAM, demokrasi dan lingkungan, tapi dalam banyak kesempatan Obama juga sangat intens membicarakan peningkatan kerja sama investasi dan perdagangan di Indonesia.

Baca juga : Dukung UU Cipta Kerja, Bank Dunia Siap Bantu RI Jadi Lebih Kompetitif

Dengan pengalaman itu, SBY menyimpulkan, siapapun capres yang akan menang, hubungan Indonesia dengan AS tetap luas dan mencakup sektor­sektor penting bagi kedua negara. “Lagi pula, kenapa kita harus takut soal demokrasi, HAM, rule of law dan juga lingkungan, kalau memang kita tidak melakukan kesalahan dan penyimpangan yang sangat serius,” tambah SBY.

Guru Besar Hukum Internasional UI, Hikmahanto Juwana sepakat dengan pernyataan SBY. Ia juga tidak sepenuhnya sepaham jika Presiden dari Partai Demokrat yang terpilih, pembelian suku cadang dan senjata akan lebih sulit. Sementara, jika Presiden dari Partai Republik akan lebih gampang.

“Kita serahkan kepada rakyat Amerika. Siapapun yang menang, Indonesia akan bekerja sama. Tidak mungkin tidak,” pungkasnya. [SAR]

Update berita dan artikel RM.ID menarik lainnya di Google News

Dapatkan juga update berita pilihan dan breaking news setiap hari dari RM.id. Mari bergabung di Grup Telegram "Rakyat Merdeka News Update", caranya klik link https://t.me/officialrakyatmerdeka kemudian join. Anda harus install aplikasi Telegram terlebih dulu di ponsel.