Dark/Light Mode

Dukung Militer Myanmar, Menentang Dewan Keamanan PBB

China Anggap Kudeta Cuma Seperti Reshuffle Kabinet

Kamis, 4 Februari 2021 05:40 WIB
Sebuah lokasi yang diduga digunakan sebagai tempat penahanan para tokoh sipil Myanmar, dijaga militer. (Foto : REUTERS).
Sebuah lokasi yang diduga digunakan sebagai tempat penahanan para tokoh sipil Myanmar, dijaga militer. (Foto : REUTERS).

 Sebelumnya 
Di Myanmar, Virus Corona te­lah menewaskan lebih dari 3.100 orang. Ini salah satu yang tert­inggi di Asia Tenggara. “Kami menolak mematuhi perintah apa pun dari rezim yang tidak sah. Mereka tidak menghormati pasien,” bunyi pernyataan kelompok itu, dikutip Reuters.

Empat dokter yang menolak disebut identitasnya mengonfirmasi, mereka telah berhenti bekerja. Salah satu dokter yang berusia 29 tahun mengatakan, para tentara se­harusnya kembali ke barak. “Saya tidak memiliki jangka waktu berapa lama akan terus melakukan protes ini. Itu tergantung situasi,” kata dokter itu.

Baca juga : Program Pengendalian Banjir Jangan Cuma Lips Service

Sedangkan para pelajar dan pemuda juga bergabung dalam kampanye pembangkangan sipil beraksi di Facebook. Tak ketinggalan, ratusan petugas kesehatan, termasuk dokter se­nior, telah berpartisipasi dalam Gerakan Pita Merah. Mereka mengenakan pita merah di paka­ian untuk menunjukkan, menen­tang kudeta. Beberapa petugas medis juga memakai simbol seperti pita hitam sebagai protes tanpa suara.

Seperi diketahui, Senin dini hari (1/2) waktu setempat, mili­ter mengambil alih kekuasaan di Myanmar dalam sebuah kudeta. Mereka juga menangkap dan menahan Suu Kyi serta ratusan tokoh politik lainnya. Terutama yang berasal dari Partai NLD.

Baca juga : DPR: Pak Jokowi, Ayo Lah Reshuffle Aja Kabinetnya

Kekuasaan kini dipegang Panglima Tertinggi Militer Myanmar Jenderal Min Aung Hlaing. Se­banyak 11 menteri dan deputi, termasuk di bidang keuangan, kesehatan, dalam negeri dan luar negeri, diganti. Dalam rapat pertama kabinetnya pada Selasa (2/2), Aung Hlaing mengulangi, pengambil alihan itu tak terelakkan.

Sejak kudeta, keberadaan Suu Kyi belum diketahui. Ratusan orang, termasuk Presiden Myanmar Win Myint, pengacara pribadinya, dan anggota Komite Pusat NLD, dilaporkan ditahan sebagai tahanan rumah. NLD menuntut pembebasan mereka dan meminta militer menerima hasil Pemilu November 2020.

Baca juga : Tingkatkan Kemudahan dan Keamanan Pelanggan, Prodia Layani Pengambilan Sampel Drive Thru

Pemilu tersebut dimenangkan NLD. Namun, militer menuding pesta demokrasi itu berlangsung curang. Hal ini kemudian, men­jadi alasan militer melakukan kudeta tak berdarah. [PYB]

Update berita dan artikel RM.ID menarik lainnya di Google News

Dapatkan juga update berita pilihan dan breaking news setiap hari dari RM.id. Mari bergabung di Grup Telegram "Rakyat Merdeka News Update", caranya klik link https://t.me/officialrakyatmerdeka kemudian join. Anda harus install aplikasi Telegram terlebih dulu di ponsel.