Dark/Light Mode
BREAKINGNEWS
- Menkes: Kesehatan Salah Satu Modal Utama Capai Target Indonesia Emas 2045
- Jangan Sampai Kehabisan, Tiket Proliga Bisa Dibeli di PLN Mobile
- Temui Cak Imin, Prabowo Ingin Terus Bekerjasama Dengan PKB
- Jaga Rupiah, BI Naikkan Suku Bunga 25 Bps Jadi 6,25 Persen
- Buntut Pungli Rutan, KPK Pecat 66 Pegawainya
Hasil Rekapitulasi KPU
Pemilu Presiden 2024
24,9%
40.971.906 suara
24,9%
40.971.906 suara
Anies & Muhaimin
58,6%
96.214.691 suara
58,6%
96.214.691 suara
Prabowo & Gibran
16,5%
27.040.878 suara
16,5%
27.040.878 suara
Ganjar & Mahfud
Sumber: KPU
Gelombang Unjuk Rasa Myanmar Kian Membesar
Massa Hadang Militer Pake Barisan Mobil
Kamis, 18 Februari 2021 05:10 WIB
RM.id Rakyat Merdeka - Aksi menentang kudeta, kemarin, semakin membesar di Myanmar. Ribuan orang berkumpul di Yangon, kota terbesar di negara itu. Selain berorasi, mereka memarkirkan mobil-mobil di sepanjang jalan, demi menghadang junta militer bergerak di kota tersebut.
Seperti dilansir AFP, jumlah demonstran kali ini tercatat sebagai yang terbanyak sejak peristiwa kudeta 1 Feb 2021. Demonstrasi ini dilakukan untuk menentang upaya pemerintah militer dalam memadamkan oposisi, menyusul unjuk rasa nasional dan kampanye pembangkangan, yang mendorong pegawai negeri setempat menggelar mogok kerja.
Baca juga : Proyek Bandara YIA Minim Kecelakaan Kerja
“Kita harus berjuang sampai akhir. Kita perlu menunjukkan persatuan dan kekuatan, untuk mengakhiri kekuasaan militer. Rakyat harus turun ke jalan,” kata Nilar, mahasiswa berusia 21 tahun yang enggan menyebut nama aslinya, kepada AFP.
Para pengunjuk rasa berasal dari berbagai elemen, termasuk insinyur sipil, guru dan pegawai pemerintah. Mereka juga membawa spanduk yang menyerukan militer menyerahkan kembali kekuasaan kepada sipil, dan membebaskan pemimpin de facto, Aung San Suu Kyi.
Baca juga : Dukung Kenyamanan Masyarakat Gunakan Hak Pilih, Pertamina Jamin Pelayanan Optimal
Tom Andrews, pelapor khusus Hak Asasi Manusia (HAM) PBB untuk Myanmar mengatakan, dia khawatir akan terjadi kebrutalan militer terhadap rakyat. “Apalagi jika melihat massa dan pasukan yang terlibat. Militer sangat mungkin melakukan kejahatan yang lebih besar,” ujarnya, dikutip Aljazeera.
Militer Myanmar memiliki sejarah kekerasan dan impunitas selama beberapa dekade memerintah negara itu. Hingga akhirnya, negara itu menjalani transisi menuju demokrasi sekitar 10 tahun lalu.
Baca juga : Pro Trump Gencar Protes Hasil Pilpres
Panglima Angkatan Bersenjata, Min Aung Hlaing, yang memimpin kudeta, juga melakukan tindakan represif terhadap etnis Rohingya di Negara Bagian Rakhine pada 2017. Menurut Perserikatan Bangsa-Bangsa, aksi itu dilakukan dengan niat pembersihan etnis, alias genosida.
“Pendekatan yang dilakukan pasukan keamanan Myanmar bisa berubah menjadi lebih buruk dengan cepat,” ujar pernyataan International Crisis Group (ICG).
Selanjutnya
Update berita dan artikel RM.ID menarik lainnya di Google News
Dapatkan juga update berita pilihan dan breaking news setiap hari dari RM.id. Mari bergabung di Grup Telegram "Rakyat Merdeka News Update", caranya klik link https://t.me/officialrakyatmerdeka kemudian join. Anda harus install aplikasi Telegram terlebih dulu di ponsel.
Tags :
Berita Lainnya