Dark/Light Mode

Hasil Rekapitulasi KPU
Pemilu Presiden 2024
Anies & Muhaimin
24,9%
40.971.906 suara
24,9%
40.971.906 suara
Anies & Muhaimin
Prabowo & Gibran
58,6%
96.214.691 suara
58,6%
96.214.691 suara
Prabowo & Gibran
Ganjar & Mahfud
16,5%
27.040.878 suara
16,5%
27.040.878 suara
Ganjar & Mahfud
Sumber: KPU

Korban Covid-19 Meroket Di India, Jenazah Dikremasi Hingga Ke Trotoar

Selasa, 27 April 2021 20:52 WIB
Petugas melakukan kremasi di trotoar, di Ghaziabad, Uttar Pradesh India. (Foto ST/Debarshi Dasgupta)
Petugas melakukan kremasi di trotoar, di Ghaziabad, Uttar Pradesh India. (Foto ST/Debarshi Dasgupta)

RM.id  Rakyat Merdeka - India terus mencatatkan rekor penambahan kasus dan jumlah kematian akibat Covid-19. Namun, sejumlah pakar menyebut, laporan jumlah kematian tidak menggambarkan apa yang sebenarnya terjadi.

Selama sepekan, dari 18 hingga 25 April 2021, India melaporkan 2,24 juta kasus virus Corona. Angka itu menjadi jumlah tertinggi yang dicatat negara mana pun dalam periode tujuh hari.

India juga mencatat 16.257 kematian. Hampir dua kali lipat dari 8.588 kematian yang tercatat pada pekan sebelumnya. Secara keseluruhan, sedikitnya 195.123 orang meninggal dan 17,3 juta orang terinfeksi Covid-19 di India.

Angka-angka itu terbilang mengejutkan. Tapi para ahli dan pembuat model epidemiologi yakin, jumlah kematian akibat Covid-19 yang sebenarnya bisa jauh lebih tinggi daripada kematian yang dicatat Departemen Kesehatan.

Anoop Saraya, dokter rumah sakit swasta di India menyebut, pemandangan menyedihkan terlihat dari pasien yang sekarat di ambulans dan jenazah Covid-19 dibakat (dikremasi) di tumpukan kayu di luar krematorium. Bahkan, juga terlihat di trotoar di kota-kota.

Baca juga : Semoga Tsunami Covid-19 Di India Tak Terjadi Di Indonesia

"Itu jelas menunjukkan, angka tragedi itu jauh lebih besar," kata Saraya, dikutip dari media asal Jerman, Deutsche Welle (DW), kemarin.

Para pengamat menduga, banyak kasus infeksi Covid-19 yang tidak ditambahkan ke penghitungan akhir. Dan kematian akibat Covid-19 dituliskan akibat penyakit bawaan.

Gautam Menon, Profesor Fisika dan Biologi di Universitas Ashok melihat, ada perbedaan besar antara catatan resmi kematian yang terkait Covid-19. "Dan laporan kremasi serta penguburan jumlahnya merupakan kelipatan dari catatan resmi," ujar Menon.

Perbedaan ini, lanjutnya, menunjukkan bahwa angka sebenarnya sedang ditekan. Jumlah kematian akibat Covid-19 yang sebenarnya mungkin lima hingga 10 kali lipat dari jumlah resmi. "Skala sebenarnya dari pandemi mungkin jauh lebih buruk daripada angka yang tercatat," tambahnya.

Bahkan, Vikas Bajpai dari Progressive Medicos and Scientists Forum menjelaskan, karena tingkat pengujian yang rendah di luar kota-kota besar, beban kasus yang sebenarnya, dan kematian, dapat berkisar antara 10 hingga 30 kali lebih tinggi.

Baca juga : Seluruh Penumpang LN, Termasuk India Diawasi, Syaratnya Ketat

Shahid Jameel, pakar virus dan Direktur Trivedi School of Biosciences di Ashoka University juga menyatakan hal senada. Dia meyakini hal itu berdasarkan laporan dari kremasi dan pemakaman.

"Salah satu masalah adalah hasil tes terlalu lama. Itu terjadi pada sepupu saya di Uttar Pradesh. Dia dites 13 April, dan hasilnya masih belum keluar," kata Jameel.

Dengan hal itu, sambung Jameel, sepupunya tidak akan dilaporkan sebagai kematian akibat Covid-19. Meskipun dia mengidap semua gejala. Termasuk infeksi paru-paru dan peradangan yang tinggi dalam darah. "Ada ribuan kasus seperti itu," tegasnya.

Pencatatan kematian yang buruk kerap terjadi di kota-kota kecil seperti Surat, Kanpur dan Ghaziabad, yang telah melaporkan tingginya jumlah kematian akibat Covid-19.

Kremasi massal dilakukan di ruang terbuka karena kurangnya ruang krematorium dan kematian yang jauh melebihi angka resmi. Meskipun banyak negara telah berjuang mencatat jumlah pasti kematian akibat Covid-19 di India, masalah tersebut diperparah kurangnya sistem pencatatan kematian yang efektif.

Baca juga : Duka Pasien Covid Di India, Mulai Dari Sulit Masuk RS Hingga Beli Obat Di Black Market

Sebagian besar kematian di negara ini tidak ditentukan penyebabnya oleh tenaga medis terlatih. Sehingga data rasio kasus kematian tidak dapat diandalkan.

Jacob John, ahli virus ternama India menambahkan, karena pencatatan kematian yang buruk di India, pemerintah hanya memiliki sedikit data untuk merespons dampak Covid-19, pada sebagian besar populasi yang tinggal di daerah pedesaan.

Akibatnya, Program Pengawasan Penyakit Terpadu (Integrated Disease Surveillance Program/IDSP) pemerintah mengumpulkan data kasus Covid-19 dan kematian dari laboratorium dan rumah sakit. Namun, kelemahan utama IDSP adalah tidak ada cara melacak kematian di luar rumah sakit.

Prabhat Jha dari Pusat Penelitian Kesehatan Global di Toronto, Kanada menyebut, diperlukan pelaporan kematian Covid-19 yang jauh lebih baik. "Pelaporan harian atau mingguan dari jumlah total kematian menurut usia dan jenis kelamin oleh setiap kota, akan membantu melacak, apakah ada lonjakan dalam dugaan kematian Covid-19," katanya.[PYB]

Update berita dan artikel RM.ID menarik lainnya di Google News

Dapatkan juga update berita pilihan dan breaking news setiap hari dari RM.id. Mari bergabung di Grup Telegram "Rakyat Merdeka News Update", caranya klik link https://t.me/officialrakyatmerdeka kemudian join. Anda harus install aplikasi Telegram terlebih dulu di ponsel.