Dark/Light Mode

Hasil Rekapitulasi KPU
Pemilu Presiden 2024
Anies & Muhaimin
24,9%
40.971.906 suara
24,9%
40.971.906 suara
Anies & Muhaimin
Prabowo & Gibran
58,6%
96.214.691 suara
58,6%
96.214.691 suara
Prabowo & Gibran
Ganjar & Mahfud
16,5%
27.040.878 suara
16,5%
27.040.878 suara
Ganjar & Mahfud
Sumber: KPU

Tolak Pemimpin Junta Militer

Takut Kena Doktrin, Siswa Ogah Sekolah

Senin, 24 Mei 2021 05:36 WIB
Para guru hingga dosen berunjuk rasa menentang kudeta militer di Yangon, Myanmar, 5 Februari 2021. (Foto : Istimewa).
Para guru hingga dosen berunjuk rasa menentang kudeta militer di Yangon, Myanmar, 5 Februari 2021. (Foto : Istimewa).

RM.id  Rakyat Merdeka - Gelombang penolakan warga atas kepemimpinan militer di Myanmar terus berlanjut. Ribuan orangtua murid memutuskan tidak menyekolahkan anak-anaknya karena khawatir bakal didoktrin.

Tahun Ajaran Baru di Myan­mar akan dimulai pekan kedua Juni. Sementara pendaftaran ulang bakal dimulai, Senin (24/5). Namun, para orangtua (ortu) tidak berminat menyeko­lahkan anaknya.

“Saya tidak akan menyeko­lahkan putri saya karena tidak mau dia diajari kaki tangan diktator,” tegas salah seorang ortu murid dengan nama de­pan Myint kepada Reuters, kemarin.

Baca juga : AS Pulangkan Warga Dan Militernya Dari Israel

Sejumlah siswa kelas menengah atas dan mahasiswa pun ogah masuk sekolah. Mereka memilih turun ke jalan sampai pemerintahan Myanmar kembali diserahkan ke tangan sipil.

“Saya hanya akan kembali ke sekolah jika kita sudah kembali merebut demokrasi,” ujar se­orang siswi SMA dengan nama depan Lwin.

Keputusan banyak ortu dan siswa ogah kembali ke sekolah menyusul sikap tak adil junta. Pemerintahan militer itu telah menskors tak kurang dari ra­tusan ribu staf pengajar karena ketahuan mendukung kelompok pro demokrasi.

Baca juga : Dua Kali Lebaran Tak Ketemu Anak Istri, Dicky Budiman Tetap Semangat

Federasi Guru Myanmar mengatakan, Sabtu (22/5), sebanyak 125.900 guru telah diskors. Data pada dua tahun lalu menun­jukkan, Myanmar memiliki 430 ribu guru sekolah.

Sebelumnya, para guru dan ortu murid melakukan aksi boikot Tahun Ajaran Baru untuk menekan junta melakukan refor­masi demokrasi.

“Skors hanya untuk mengan­cam orang agar guru kembali bekerja. Jika mereka benar-be­nar memecat orang sebanyak ini, seluruh sistem akan berhenti,” ujar seorang pejabat federasi dikutip Reuters.
 Selanjutnya 

Update berita dan artikel RM.ID menarik lainnya di Google News

Dapatkan juga update berita pilihan dan breaking news setiap hari dari RM.id. Mari bergabung di Grup Telegram "Rakyat Merdeka News Update", caranya klik link https://t.me/officialrakyatmerdeka kemudian join. Anda harus install aplikasi Telegram terlebih dulu di ponsel.