Dark/Light Mode
BREAKINGNEWS
Hasil Rekapitulasi KPU
Pemilu Presiden 2024
24,9%
40.971.906 suara
24,9%
40.971.906 suara
Anies & Muhaimin
58,6%
96.214.691 suara
58,6%
96.214.691 suara
Prabowo & Gibran
16,5%
27.040.878 suara
16,5%
27.040.878 suara
Ganjar & Mahfud
Sumber: KPU
Pengembangan Militer Bakal Dikebut
AS Anggap China Jadi Lawan Nomor Wahid
Jumat, 11 Juni 2021 05:41 WIB
RM.id Rakyat Merdeka - Amerika Serikat (AS) telah memfokuskan China sebagai lawan utamanya. Sementara, China menuding AS belum move on dari mental Perang Dingin.
Demi menghadapi China, Departemen Pertahanan AS (Pentagon) telah menyusun strategi.
Menteri Pertahanan AS Lloyd Austin meminta dilakukannya percepatan pengembangan militer. Pentagon juga akan mengidentifikasi apa kekurangan dan kelebihan angkatan bersenjata China, Tentara Pembebasan Rakyat (PLA).
Gugus Tugas itu dipimpin Ely Ratner. Mantan Ajudan Utama Presiden AS Joe Biden ini ditunjuk sebagai pejabat tinggi Pentagon untuk urusan Asia-Pasifik.
Baca juga : Persiapan Olimpiade, Greysia/Apriyani Bakal Diadu Lawan Ganda Putra
Pentagon hanya merilis beberapa rincian tentang temuan Gugus Tugas itu yang telah berjalan empat bulan.
Sedangkan tantangan mendesak dari China, antara lain perluasan angkatan lautnya, upaya untuk melakukan kontrol yang lebih besar atas Laut China Selatan, dan meningkatkan ancaman terhadap Taiwan, yang merupakan mitra AS.
“Tujuan kami untuk mempercepat pengembangan strategi dan teknologi perang baru. Memperbarui rencana untuk pasukan AS di Pasifik. Dan membuat tenaga kerja Pentagon lebih siap menghadapi tantangan China. Termasuk memperbarui pendidikan dan latihan,” demikianpernyataan Austin, dilansir Wall Street Journal.
Merespons kebijakan tersebut, Kedutaan Besar China di Washington DC mengatakan, Beijing berkomitmen membagun perdamaian.
Baca juga : Dukung Pengembangan Potensi Anak, Sinar Mas Renovasi PAUD Kasih Bunda
“Tinggalkan Perang Dingin yang usang dan mentalitas zero-sum, dan melihat perkembangan China dan hubungan China dengan AS secara rasional,” demikian pernyataan Kedutaan Besar China.
Jika itu dilakukan, tentu dapat menghindari rusaknya hubungan bilateral dan kerja sama secara keseluruhan di bidang-bidang penting.
Sebelumnya, US Congressional Research Service (CRS) mengeluarkan laporan, bahwa PLA kurang pengalaman dalam bertempur.
“Pejabat PLA sering merujuk pada endemik ‘penyakit perdamaian’ di pasukan, dan khawatir bahwa pasukan yang belum pernah melihat pertempuran akan berpuas diri dan berjuang untuk mempertahankan kesiapan,” bunyi laporan yang diterbitkan oleh CRS, sebuah organisasi Kongres AS sejak 1914, seperti dikutip dari Sputnik, Selasa (8/6).
Baca juga : KPK Nggak Bakal Ungkap Nama 75 Pegawai Tak Lolos TWK
Laporan tersebut mencatat bahwa PLA terakhir melakukan perang skala penuh pada tahun 1979, ketika PLA melancarkan serangan terhadap tetangga selatan China, Vietnam.
Selanjutnya
Update berita dan artikel RM.ID menarik lainnya di Google News
Dapatkan juga update berita pilihan dan breaking news setiap hari dari RM.id. Mari bergabung di Grup Telegram "Rakyat Merdeka News Update", caranya klik link https://t.me/officialrakyatmerdeka kemudian join. Anda harus install aplikasi Telegram terlebih dulu di ponsel.
Tags :
Berita Lainnya