Dark/Light Mode

Setahun Memimpin, Mahathir Merasa Tak Seburuk Trump

Jumat, 10 Mei 2019 11:19 WIB
Perdana Menteri (PM) Malaysia, Mahathir Mohamad. (Foto : Net).
Perdana Menteri (PM) Malaysia, Mahathir Mohamad. (Foto : Net).

RM.id  Rakyat Merdeka - Kamis (9/3) kemarin, Mahathir Mohamad (94) genap setahun menjabat sebagai Perdana Menteri (PM) Malaysia. Dia merasa kepemimpinannya tak seburuk Presiden Amerika Serikat (AS) Donald Trump.

 Mahathirmengatakan, dia hanya melaksanakan tugas yang diamanatkan rakyat. Salah satu targetnya adalah mengembalikan Malaysia yang lama hadir lagi, meskipun ada saja pihak yang berusaha mengganggu.

Dalam wawancara khusus, Kantor Berita Bernama meminta Mahathir menilai kepemimpinannya setahun terakhir. Mahathir tertawa menanggapi pertanyaan itu. “Saya lebih suka orang lain yang menilai. Tidak pantas kalau saya menilai diri saya sendiri,” ujarnya.

Namun, kata Mahathir, ia cukup hebat untuk orang seumurannya. “Di usia 93 tahun, orang lain mungkin sudah pikun. Saya masih kuat dan bisa menjawab pertanyaan usil kalian. Jadi saya pikir saya masih oke,” sahutnya.

Mahathir meyakini banyak hal yang telah dilakukannya. “Ada banyak pemimpin di dunia ini. Tapi saya yakin saya tidak seburuk Trump, saya juga tidak separah pemimpin Inggris, Prancis, Spanyol atau pemimpin lainnya,” imbuhnya.

“Kepemimpinan saya tidak buruk. Coba sebut pemimpin negara yang lebih baik dari saya?” kata Mahathir balik bertanya. 

Baca juga : Dari Sabang Sampai Merauke Tolak Serangan Fajar

Selanjutnya dia memaparkan pencapaiannya. Termasuk, gagalnya upaya pihak lain untuk membuatnya mundur. Selain itu, kinerja kabinet yang bagus, meski banyak dari menterinya yang belum berpengalaman. Dalam kondisi itu, Pemerintahan berhasil menegosiasi ulang kontrak East Coast Rail Link demi menyelamatkan uang 30 miliar ringgit dari hal mubazir.

Prestasi lain, kata Mahathir, memperbaiki birokrasi demi memberikan pelayanan lebih baik kepada masyarakat. “Kami tidak berkeliling teriak-teriak tentang pencapaian kami. Tidak ada yang mengharapkan kami menang.

Mereka mengatakan koalisi ini rapuh dan akan pecah. Tapi kami selalu bersama, bekerja sama, dan bersatu. Kami memiliki satu tujuan, membawa kembali Malaysia yang kami kenal,” tuturnya, dikutip dari The Star, kemarin.

“Tujuan pertama yang kami capai adalah membersihkan pemerintah. Saat ini, tidak banyak lagi rakyat mengeluhkan pungutan liar. Masyarakat bisa mendapatkan izin lebih cepat,” terangnya.

Lebih lanjut, Mahathir juga menyinggung utang luar negeri yang membengkak. “Mereka meminjam uang miliaran, menghukum orang karena tidak mendukung mereka. Menggeser, mencabut pekerjaan mereka. Kami telah menghapus cukup banyak orang seperti ini. Kami punya bukti tentang mereka,” bebernya.

Mahathir juga menyinggung buruknya penegakan hukum warisan masa lalu sebagai tantangan lain dalam pemerintahan satu tahun. Hal lain yang menjadi perhatian pemerintahannya adalah menghilangkan budaya ‘gratis’ di Malaysia. Dia menyesalkan masih banyak masyarakat yang mendukung pemerintahan sebelumnya karena program sosial bagi-bagi uang. Menurutnya, mendapatkan dukungan melalui pembagian uang bukan pendidikan politik yang baik.

Baca juga : Pesan Pemilu Damai Dari Negeri Para Nabi

Mahathir memberi saran agar masyarakat Malaysia memperbaiki kondisi hidup dengan berpikir out of the box. “Anda memiliki 2 hektare tanah dan Anda menanam kelapa sawit dan berharap menjadi jutawan. Tanyakan kepada petani padi, ketika Anda menanam padi dan tidak ada yang lain, petani padi akan sangat miskin karena tidak dapat mencari nafkah hanya dengan menanam padi. 

Kami ingin bertani secara pintar. Kami punya banyak ide, tetapi butuh waktu. Negara ini mengimpor 60 miliar ringgit makanan setiap tahun yang sebagian besar sebenarnya bisa ditanam di sini, tapi kita tidak melakukannya,” paparnya.

Hingga akhir wawancara, Mahathir masih tidak menjelaskan detail kapan dia akan menyerahkan kepemimpinan kepada Anwar Ibrahim.

Tapi dia memastikan sudah berjanji akan mundur dari jabatannya setelah dua tahun dan menyerahkannya kepada Ketua PKR Anwar Ibrahim. “Itu merupakan kepastian. Tak ada lagi pembicaraan tentang siapa (yang akan menjabat PM) dan apa yang akan dilakukan,” kata Mahathir. 

Mahathir mengatakan, siapa saja yang mengambil alih jabatan PM darinya tidak diharuskan mengikuti instruksinya, dan tidak juga mengikuti apa yang telah dilakukannya.

“Dia bebas melakukan apa saja yang menurutnya terbaik sebagai perdana menteri. Saya tidak akan berkata apa-apa setelah itu. Tugas saya adalah mempersiapkan negara ini sebisa mungkin,” tandasnya. 

Baca juga : Mahathir Percaya China

Mahathir dulu berseteru dengan Anwar Ibrahim, anak didik politiknya. Di akhir tahun 1990-an, sebagai PM kabarnya dia tidak terima kritikan dan mencopot Anwar.

Anwar kerap menyuarakan kritikan pedas terhadap pemerintahan koalisi Barisan Nasional pimpinan Mahathir. 

Kicauan Anwar semakin keras dan terus bergema lewat partai politik baru sebagai oposisi, PKR, yang dibentuknya bersama istrinya, Wan Azizah Wan Ismail, dan putri sulungnya Nurul Izzah. Tak pelak, Anwar harus keluar-masuk bui dengan beragam tuduhan termasuk sodomi. Waktu bergulir, kedua tokoh politik itu kompak. [DAY]

Update berita dan artikel RM.ID menarik lainnya di Google News

Dapatkan juga update berita pilihan dan breaking news setiap hari dari RM.id. Mari bergabung di Grup Telegram "Rakyat Merdeka News Update", caranya klik link https://t.me/officialrakyatmerdeka kemudian join. Anda harus install aplikasi Telegram terlebih dulu di ponsel.