Dark/Light Mode

Hasil Rekapitulasi KPU
Pemilu Presiden 2024
Anies & Muhaimin
24,9%
40.971.906 suara
24,9%
40.971.906 suara
Anies & Muhaimin
Prabowo & Gibran
58,6%
96.214.691 suara
58,6%
96.214.691 suara
Prabowo & Gibran
Ganjar & Mahfud
16,5%
27.040.878 suara
16,5%
27.040.878 suara
Ganjar & Mahfud
Sumber: KPU

Semoga Kyai Maruf Tak Sering Kepleset

Jumat, 16 November 2018 09:47 WIB
Pasangan Capres-Cawapres nomor urut 01, Joko Widodo-KH Maruf Amin. (foto: IG @khmarufamin)
Pasangan Capres-Cawapres nomor urut 01, Joko Widodo-KH Maruf Amin. (foto: IG @khmarufamin)

RM.id  Rakyat Merdeka - Omongan KH Ma'ruf Amin beberapa kali dipersoalkan publik. Anggota Dewan Pengarah Tim Kampanye Nasional (TKN) Jokowi-Ma'ruf,  Agung Laksono berharap, Cawapres nomor urut 01 ini lebih hati-hati saat bicara. Jangan sering terpeleset, karena bisa merugikan.

Sejak jadi cawapres, Ma'ruf memang berubah jadi politikus ulung. Pandai menjual kecap. Mahir menyindir. Tangkas menyerang.Pintar berkelit. Tapi, mungkin karena saking semangatnya, beberapa kali Sang Kyai terpeleset. Serangannya jadi senjata makan tuan. Beberapa omongan Ma'ruf yang dipersoalkan, antara lain soal mobil Esemka yang akan dirilis Oktober 2018.
 
Namun, sampai Oktober berganti, mobil tersebut tak kunjung muncul. Ma'ruf pun mengoreksi sendiri omongannya. Kemudian,  pidatonya soal buta dan budek yang dipersoalkan kaum difabel. Maruf mengatakan, hanya orang budek dan tuli, yang tidak mengetahui prestasi kubu Jokowi. Omongannya itu kemudian diprotes kaum difabel karena dianggap menyinggung. Mereka menuntut Ma'ruf meminta maaf. Namun, Ma'ruf merasa tak bersalah. Menurutnya, apa yang disampaikan bukanlah soal fisik. 

Teranyar, omongan Ma'ruf soal Jokowi, yang pernah jadi santri di Situbondo, Jawa Timur. Belakangan, Ma'ruf meralat omongannya.  Omongan-omongan Ma'ruf ini tentu saja langsung dimanfaatkan kubu lawan, untuk menyerang balik. Sampai kemarin, serangan terhadap Ma'ruf masih belum reda. 

Baca juga : KH Maruf Amin: Jakarta Masih Selisih Tipis

Agung Laksono berharap Ma'ruf tak lagi mengeluarkan pernyataan yang bisa menimbulkan polemik di masyarakat.  "Saya dengar beliau sudah minta maaf. Saya kira, ya baiklah kalau seperti itu. Kita hindarkan hal-hal yang bisa menimbulkan persepsi berbeda-beda di masyarakat. Saya setuju kalau bahasa santun. Mudah-mudahan, ke depannya, tidak terjadi seperti itu," kata Agung, usai mengikuti deklarasi Pelangi Kebangsaan di Gedung Joeang 45, Jakarta Pusat, kemarin (15/11).

Agung juga meminta masyarakat menerima permintaan maaf Ma'ruf. Sebab, menurutnya, Ma'ruf tidak bermaksud mendiskriminasi suatu pihak. "Tidak ada maksud yang memfitnah atau memanas-manasi. Tetapi, lebih pada penegasan bahwa hal itu sudah diketahui, sehingga beliau menggunakan istilah itu," papar Agung. Mantan Ketua DPR ini yakin, omongan Ma'ruf tidak akan berimbas pada penurunan elektabilitas Jokowi-Ma'ruf. Sebab, menurut Agung, masyarakat menilai Jokowi-Ma'ruf sebagai pasangan yang ideal. 

Saat memberikan arahan kepada Tim Kampanye Daerah (TKD) Jokowi-Maruf di Kota Malang, Agung juga meminta jajarannya menyampaikan materi kampanye dengan santun. Jangan terlalu bersemangat. Tidak boleh menyebarkan fitnah, kebohongan ataupun menakut-nakuti rakyat. "Cukup dengan santun. Ritme harus dijaga sampai klimaks di hari H," kata Agung.

Baca juga : Kyai Ma’ruf Digoyang Tunanetra

Terkait hal ini, Wakil Ketua DPR Fahri Hamzah menilai, kegaduhan di masa kampanye ini muncul, lantaran tak adanya format kampanye yang jelas dari Komisi Pemilihan Umum (KPU). Karena itu, selama hampir dua bulan masa kampanye, yang lebih banyak terdengar di publik adalah aksi saling serang dan saling sindir antar kandidat. Tak ada substansi yang jelas dari hal-hal yang diperdebatkan kedua kubu. Padahal, banyak tema yang bisa dibahas dan lebih substantif. 

"Banyak yang bisa semisal upaya melindungi rakyat, bagaimana urus kecelakaan transportasi? Bagaimana  melindungi rakyat itu kan spesifik, detail bagi rakyat. Kalau sekarang nggak jelas," kata Fahri di akun Facebook miliknya.
Fahri berharap KPU lebih kreatif mendesain perdebatan antar kedua kubu, agar rakyat enak menonton debatnya.

Peneliti Lingkaran Survei Indonesia (LSI)  Adjie Alfaraby pernah mewanti-wanti tentang tren penurunan elektabilitas saat Jokowi memilih Ma'ruf. Dalam survei itu, sebelumnya diketahui, Ma'ruf memang menggerus elektabilitas Jokowi. Elektabilitas Jokowi saat sendirian 53,6 persen. Saat berpasangan turun 1,4 persen menjadi 52,2 persen. Kondisi sebaliknya dialami Prabowo, setelah memilih Sandiaga Uno.

Baca juga : Taufik Kurniawan Kena Jumat Keramat

Melihat hasil survei, kekhawatiran tergerusnya elektabilitas Jokowi oleh Ma'ruf cukup beralasan. Apalagi, dalam beberapa pekan terakhir, Ma'ruf tampak terjebak permainan lawan politik. Ini menjadi lampu kuning atau wanti-wanti bagi Ma'ruf agar tidak blunder dan menggerus elektabilitas.

Pengamat Politik UGM Wawan Mas'udi menilai, Maruf terlihat lebih agresif dibanding Jokowi. Agresivitas Ma'ruf tampaknya ditujukan untuk mengimbangi serangan dari kubu lawan. Sayangnya, beberapa kali Ma'ruf terpeleset, sehingga mengeluarkan pernyataan negatif dan berujung kontraproduktif.

Padahal, kata Wawan, kampanye seorang petahana cukup dilakukan dengan menyampaikan keberhasilan pemerintah saat ini.  Agar tak terpeleset lagi, Wawan menyarankan tim kampanye lebih banyak belajar cara menyampaikan materi kampanye.  Etika komunikasi politik itu harus ada, karena publik terdiri dari beragam orang. "Jangan sampai menyinggung perasaan orang lain," pungkasnya. [BCG]

Update berita dan artikel RM.ID menarik lainnya di Google News

Dapatkan juga update berita pilihan dan breaking news setiap hari dari RM.id. Mari bergabung di Grup Telegram "Rakyat Merdeka News Update", caranya klik link https://t.me/officialrakyatmerdeka kemudian join. Anda harus install aplikasi Telegram terlebih dulu di ponsel.