Dark/Light Mode
BREAKINGNEWS
Hasil Rekapitulasi KPU
Pemilu Presiden 2024
24,9%
40.971.906 suara
24,9%
40.971.906 suara
Anies & Muhaimin
58,6%
96.214.691 suara
58,6%
96.214.691 suara
Prabowo & Gibran
16,5%
27.040.878 suara
16,5%
27.040.878 suara
Ganjar & Mahfud
Sumber: KPU
Menlu Malaysia Usul ASEAN Turun Tangan
Myanmar Bisa Tenggelam Karena Perang Saudara
Sabtu, 23 Oktober 2021 06:30 WIB
RM.id Rakyat Merdeka - ASEAN diharapkan mau melepaskan prinsip non-interference dalam masalah Myanmar. Hal ini disampaikan Menteri Luar Negeri (Menlu) Malaysia Saifuddin Abdullah.
Sejak awal pembentukannya, ASEAN (Association of Southeast Asian Nations atau Perhimpunan Bangsa-Bangsa Asia Tenggara) memang menjunjung tinggi prinsip tidak mengurusi masalah dalam negeri negara anggotanya.
Saifuddin pun meminta ASEAN tegas ke Myanmar agar negara tersebut tidak tenggelam dalam perang saudara.
“Kita sudah satu langkah lebih baik. Selanjutnya, kita harus lebih tegas,” ujar Saifuddin kepada Reuters, Kamis (21/10).
Pekan lalu, ASEAN membuat keputusan yang belum pernah terjadi sebelumnya. Yaitu tidak mengundang pemimpin negara anggota, dalam hal ini junta militer Myanmar ke pertemuan puncak nanti.
Alasannya, junta tidak menunjukkan kemajuan dalam rencana perdamaian yang disepakati dengan ASEAN, April lalu di Jakarta. Sebagai gantinya, ASEAN akan mengundang seorang tokoh non-politik untuk mewakili Myanmar.
Baca juga : Jelang Lawan Taiwan, Skuad Garuda Terus Matangkan Permainan
Namun, Saifuddin mengatakan, ASEAN harus melakukan penyesuaian pada kebijakan non-interference yang diterapkannya selama puluhan tahun, mengingat kondisi yang memburuk di Myanmar saat ini.
Lebih dari 1.000 warga sipil dilaporkan tewas dalam tindakan keras terhadap oposisi dan aksi protes sejak kudeta 1 Februari lalu.
“Saya mengingatkan, ASEAN terdiri dari 10 negara anggota. Meskipun masalah di Myanmar adalah lokal dan nasional, itu berdampak pada kawasan. Kita juga harus mengakui kekhawatiran sembilan negara anggota lainnya,” kata Saifuddin.
Dia juga menegaskan, ASEAN tidak dapat menggunakan prinsip non-interference sebagai tameng untuk menghindari masalah yang ditangani.
Saifuddin lalu mengusulkan langkah menuju kebijakan baru untuk keterlibatan konstruktif, yang disebutnya prinsip non-indifference.
Ini kritik yang jarang dilakukan Menteri Luar Negeri ASEAN terhadap salah satu prinsip organisasi itu.
Baca juga : Ketua MPR Usul Pengawasan PPKM Utamakan Keselamatan Rakyat
Juru bicara junta militer Myanmar menuduh keputusan ASEAN adalah bentuk intervensi asing, seperti yang dilakukan oleh Amerika Serikat dan Uni Eropa.
ASEAN pekan lalu mengumumkan keputusan tidak mengundang Jenderal Min Aung Hlaing, setelah junta militer menolak mengizinkan utusan khusus ASEAN, Menteri Luar Negeri Brunei Erywan Yusof, bertemu dengan Aung San Suu Kyi yang ditahan atas tuduhan manipulasi Pemilu 2015.
Pemilu dimenangkan secara besar-besaran oleh partai Liga Nasional untuk Demokrasi (NLD) Pimpinan Aung San Suu Kyi dan memulai era pemerintahan sipil. Namun pemerintahannya berlangsung singkat, militer kembali melancarkan kudeta.
Keputusan tidak mengundang pemimpin Junta Myanmar diapreasi Amerika Serikat. Washington menilai, langkah tersebut signifikan. Tapi di saat yang sama, dinilai belum cukup.
Edgard Kagan, Direktur Senior untuk Asia Timur dan Oseania di Dewan Keamanan Nasional Gedung Putih mengatakan, langkah itu sangat signifikan. Pihaknya percaya, yang dilakukan ASEAN cukup mengatasi tantangan yang ditimbulkan kudeta di Myanmar.
“Tapi, saya berpikir ada upaya yang lebih efektif,” kata Kagan, tanpa merinci langkah-langkah yang lebih efektif itu.
Baca juga : Kemitraan Keamanan AUKUS Bukan Pakta Pertahanan
Kagan mengatakan, mengatasi masalah yang dihadapi di Myanmar, akan membutuhkan kerja sama antara negara-negara ASEAN, serta mitra dari luar. Kata dia, sangat jelas bahwa saat ini bukan situasi yang akan membaik dengan sendirinya.
Menurutnya, melihat situasi di Myamar saat ini, ada rasa frustrasi yang tumbuh di kawasan. Selain itu, juga muncul kekhawatiran. Dan Kenyataannya, kualitas pemerintahan di Myanmar telah turun drastis.
Myanmar, yang sebagian besar diperintah militer sejak kudeta 1962, telah menjadi duri dalam daging untuk ASEAN sejak negara itu bergabung pada 1997. [DAY/PYB]
Update berita dan artikel RM.ID menarik lainnya di Google News
Dapatkan juga update berita pilihan dan breaking news setiap hari dari RM.id. Mari bergabung di Grup Telegram "Rakyat Merdeka News Update", caranya klik link https://t.me/officialrakyatmerdeka kemudian join. Anda harus install aplikasi Telegram terlebih dulu di ponsel.
Tags :
Berita Lainnya