Dark/Light Mode

Hasil Rekapitulasi KPU
Pemilu Presiden 2024
Anies & Muhaimin
24,9%
40.971.906 suara
24,9%
40.971.906 suara
Anies & Muhaimin
Prabowo & Gibran
58,6%
96.214.691 suara
58,6%
96.214.691 suara
Prabowo & Gibran
Ganjar & Mahfud
16,5%
27.040.878 suara
16,5%
27.040.878 suara
Ganjar & Mahfud
Sumber: KPU

Tantangan Global Umat Masa Depan

Mempertahankan Fungsi Kritis Agama

Senin, 30 Mei 2022 06:35 WIB
Nasaruddin Umar
Nasaruddin Umar
Tausiah Politik

RM.id  Rakyat Merdeka - Fungsi kritis terhadap agama harus dipertahankan jika agama diharapkan hidup bersama pemeluknya. Kapan nilai-nilai kritisnya hilang maka hilang pula fungsi agama itu. Yang dimaksud fungsi kritis agama di sini ialah kekuatan nilai-nilai agama memberikan koreksi atau dukungan terhadap perilaku pengikutnya. Tidak peduli apakah itu penguasa atau rakyat jelata, orang kaya atau orang miskin, orang pintar atau orang bodoh, semuanya harus mampu mengikuti petunjuk dan ajaran agama yang diyakini berasal dari Sang Maha Kuasa dan Sang Maha Bijaksana.

Fungsi lain dari setiap agama ialah harus mampu memotivasi seluruh pemeluknya untuk memihak kepada kebenaran, kebaikan, keindahan, dan hal-hal yang positif. Jika agama gagal memerankan fungsi kritisnya maka akibatnya dunia kemanusiaan akan mengalami degradasi.

Baca juga : Kemandekan Pembaharuan Pemikiran Agama

Fungsi kritis agama tentu saja diwakili oleh pemuka atau pemimpinnya. Jika peran kritis agama diharapkan maka tokoh atau pemimpin agama masing-masing agama diperlukan kemandirian. Jika pemimpin agama berada di bawah subordinasi kekuasaan penguasa maka sulit diharapkan agama akan menampilkan fungsi kritisnya. Bagaimana mungkin agama bisa memberikan evaluasi jalannya pemerintahan jika segenap kebutuhan tokoh dan pemimpin agama sepenuhnya difasilitasi oleh penguasa.

Jika fungsi kritis agama hendak diefektifkan maka tidak ada cara lain kecuali tokoh agama dan pemimpinnya harus independen. Semakin independen tokoh dan pemuka agama semakin besar daya krisis agama itu. Sebaliknya semakin dependen tokoh dan pemuka agama kepada pemerintah semakin lemah pula daya kritis agama itu di dalam masyarakat. Tanpa kemandirian tokoh dan pemuka agama sulit diharapkan terwujudnya fungsi kritis agama.

Baca juga : Agama: Membumi Untuk Melangitkan

Bahkan sebaliknya bisa terjadi, jika tokoh dan pemimpin agama berada di bawah subordinasi penguasa maka agama bisa menjadi kekuatan legitimasi negara dan penguasa untuk melakukan kedaliman dan ketidak adilan terhadap masyarakat. Jika agama yang kehilangan daya kritis kemudian menjadi stempel pembenaran seluruh kebijakan negara dan penguasa, maka bisa terjadi kecelakaan sejarah yang sangat merugikan dunia kemanusiaan.
 Selanjutnya 

Update berita dan artikel RM.ID menarik lainnya di Google News

Dapatkan juga update berita pilihan dan breaking news setiap hari dari RM.id. Mari bergabung di Grup Telegram "Rakyat Merdeka News Update", caranya klik link https://t.me/officialrakyatmerdeka kemudian join. Anda harus install aplikasi Telegram terlebih dulu di ponsel.