Dark/Light Mode

Hasil Rekapitulasi KPU
Pemilu Presiden 2024
Anies & Muhaimin
24,9%
40.971.906 suara
24,9%
40.971.906 suara
Anies & Muhaimin
Prabowo & Gibran
58,6%
96.214.691 suara
58,6%
96.214.691 suara
Prabowo & Gibran
Ganjar & Mahfud
16,5%
27.040.878 suara
16,5%
27.040.878 suara
Ganjar & Mahfud
Sumber: KPU

Tantangan Global Umat Masa Depan (2)

Agama: Membumi Untuk Melangitkan

Sabtu, 28 Mei 2022 06:30 WIB
Nasaruddin Umar
Nasaruddin Umar
Tausiah Politik

RM.id  Rakyat Merdeka - Nilai-nilai ajaran agama yang selama ini dikesankan terlalu ideal, dogmatis, tradisional, deduktif, kualitatif, dan terlalu selestrial, sudah seharusnya direartikulasikan men­jadi sebuah ajaran yang lebih fragmatis, rasional, modern, induktif, kuantitatif, dan lebih terrestrial.

Di samping itu, para penganjur agama (baca: pemimpin umat) sebaiknya juga mengikuti gaya dan ritme kehidupan milenial yang lebih terbuka, demokratis, komunikatif, dan mengikuti trend komunikasi modern yang lebih mecani­cal, sofisticated, dan kalau perlu juga menguasai alat-alat komunikasi modern.

Baca juga : Agama Semakin Berjarak Dengan Para Pemeluknya

Terkadang ditemukan, sesungguhnya bukan ayat atau hadisnya yang ketinggalam zaman dan sebaliknya bukan filsafat kehidupan modern yang lebih baik, melainkan para penganjur agama tidak meng-up-date dirinya sebagaimana para pengajar falsafah dan pemikiran humanistik modern yang mengikuti metodologi canggih.

Kaum millenial lebih tertarik ke filsafat bukan kepada sub­yeknya, tetapi lebih kepada penampilan dan metodologi para pengajarnya yang ”keren”; berbeda dengan pengajar Al-Qur’an dan hadis yang sarungan dengan pakaian yang tidak menarik.

Baca juga : Menikmati Penderitaan

Kitab suci, dalam Islam ialah Al-Qur’an. turun dari langit ke bumi untuk menjemput kembali manusia yang jatuh ke bumi untuk dikembalikan ke langit. Pembumian Al-Qur’an harus mampu melangitkan manusia. Jika pembumiannya tidak mampu mengangkat kembali martabat kemanusiaan, maka proses pembumian itu harus ditinjau kembali.

Humanisasi nilai-nilai Al-Qur’an tidak boleh diartikan proses antropocenrisasi Al-Qur’an, karena hal itu bisa berarti pencabutan nilai-nilai kesakralan Al-Qur’an. Pembumiannya harus dimaknai dalam bentuk pendekatan teomorfis, yang memandang manusia sebagai makhluk biologis pada satu sisi, dan di sisi lain sebagai makhluk spiritual. Bukan dalam bentuk antroposentris yang membiologimutlakkan manusia atau teosentris yang mendehumanisasikan manusia.

Baca juga : Bersahabat Dengan Musibah

Para pakar berusaha menjembatani jarak antara teks ajaran dan konteks kehidupan masyarakat. Dalam konteks masyarakat modern memang semakin dikesankan adanya jarak antara keduanya. Suasana batin di mesjid terasa san­gat lain dengan suasana di kantor, pasar, dan tempat kerja. Akibatnya, agama bukan saja tidak mampu memberikan tuntunan tetapi tidak nyambung antara keduanya. Bahkan keterbelahan kepribadian (split personality) di kalangan umat sulit dihindari. Ajaran agama diharapkan memberikan tuntunan di dalam berbagai aspek kehidupan dirasakan tidak connected dengan lingkungan pacu masyarakat.
 Selanjutnya 

Update berita dan artikel RM.ID menarik lainnya di Google News

Dapatkan juga update berita pilihan dan breaking news setiap hari dari RM.id. Mari bergabung di Grup Telegram "Rakyat Merdeka News Update", caranya klik link https://t.me/officialrakyatmerdeka kemudian join. Anda harus install aplikasi Telegram terlebih dulu di ponsel.