Dark/Light Mode

Hasil Rekapitulasi KPU
Pemilu Presiden 2024
Anies & Muhaimin
24,9%
40.971.906 suara
24,9%
40.971.906 suara
Anies & Muhaimin
Prabowo & Gibran
58,6%
96.214.691 suara
58,6%
96.214.691 suara
Prabowo & Gibran
Ganjar & Mahfud
16,5%
27.040.878 suara
16,5%
27.040.878 suara
Ganjar & Mahfud
Sumber: KPU

Tantangan Global Umat Masa Depan (19)

Menggandeng Kearifan Lokal

Jumat, 17 Juni 2022 06:43 WIB
Nasaruddin Umar
Nasaruddin Umar
Tausiah Politik

RM.id  Rakyat Merdeka - Wacana pembaharuan pemikiran dalam Islam, reviv­alisme, reaktualisasi, atau apapun namanya untuk men­gaktualisasikan ajaran Islam di dalam masyarakat, tidak selayaknya menyingkirkan kearifan lokal (local wisdom). Karena, antara ajaran (Islam) dan kearifan lokal di tanah air tidak saling mengancam satu sama lain. Inti ajaran agama bersifat sakral karena dari Tuhan, sementara kearifan lokal bersifat provan karena puncak nilai budaya masyarakat lokal.

Kearifan lokal secara umum dapat dijadikan salahsatu unsur penting di dalam mengaktualisasikan nilai-nilai ajaran agama. Kearifan lokal dalam arti adat istiadat luhur suatu bangsa, dapat dianggap sebagai salahsatu sumber hukum (al-‘adat muhakkamah).

Baca juga : Kekuatan Globalisasi Islam

Dalam tradisi intelektual Islam, jika ada suatu persoalan tidak ditemukan ketentuannya di dalam sumber-sumber hukum yang lebih tinggi, seperti Al-Qur’an, hadis, dan ijma’ ulama, maka norma-norma kearifan lokal dapat dijadikan pertimbangan hukum. Ini menunjukkan Islam telah memberikan tempat yang amat layak kepada kearifan lokal.

Sesungguhnya kearifan lokal juga merupakan unsur pent­ing di dalam kosmopolitanisme ajaran agama. Dalam Islam, ajarannya yang bersifat universal tidak bisa diperhadap-hadapkan apalagi dipertentangkan dengan kearifan lokal, karena universalitas Islam justru terletak pada kesediaannya membuka peluang nilai-nilai kearifan lokal sebagai bagian yang membentuk universalitas Islam. Dengan kata lain, universalitas Islam dibangun di atas tumpukan akumulasi kearifan lokal.

Baca juga : Mengenalkan Divine Job

Fikih Islam sebagai kreasi interpretasi secara kultural nilai-nilai ajaran dasar Islam sebagaimana tertuang di dalam Al-Qur’an dan hadis. Hadis Nabi dengan tegas menyatakan: Al-Hikmat dhalatun lil mu’min, fa haitsu wa­jadaha fa huwa ahaqqu biha (Hikmah atau kebenaran adalah milik orang-orang mukmin, di mana pun kalian temukan maka ambillah). Banyak lagi hadis yang mirip dengan ini.

Kearifan lokal selalu menjadi bagian dari nilai-nilai uni­versal. Universalitas Islam tidak lain adalah kesediaannya memberi tempat secara substansial terhadap kebenaran dan kearifan darimana pun datangnya. Islam sejak awal mendeklarasikan eksistensi kebenaran dan kearifan lokal sebagaimana ditegaskan dalam ayat: Hai manusia, sesung­guhnya Kami menciptakan kamu dari seorang laki-laki dan seorang perempuan dan menjadikan kamu berbangsa-bangsa dan bersuku-suku supaya kamu saling kenal mengenal. Sesungguhnya orang yang paling mulia di antara kamu di sisi Allah ialah orang yang paling bertakwa. (Q.S. Al-Hujrat/49:13).
 Selanjutnya 

Update berita dan artikel RM.ID menarik lainnya di Google News

Dapatkan juga update berita pilihan dan breaking news setiap hari dari RM.id. Mari bergabung di Grup Telegram "Rakyat Merdeka News Update", caranya klik link https://t.me/officialrakyatmerdeka kemudian join. Anda harus install aplikasi Telegram terlebih dulu di ponsel.