Dark/Light Mode
- Menkes: Kesehatan Salah Satu Modal Utama Capai Target Indonesia Emas 2045
- Jangan Sampai Kehabisan, Tiket Proliga Bisa Dibeli di PLN Mobile
- Temui Cak Imin, Prabowo Ingin Terus Bekerjasama Dengan PKB
- Jaga Rupiah, BI Naikkan Suku Bunga 25 Bps Jadi 6,25 Persen
- Buntut Pungli Rutan, KPK Pecat 66 Pegawainya
Tantangan Global Umat Masa Depan (29)
Membingkai Pluralitas Budaya Nasional
RM.id Rakyat Merdeka - Modal sosial yang amat berharga dimiliki bangsa ini ialah kekayaan budaya. Hanya saja, tantangan kita di masa depan ialah bagaimana membingkai pluralitas budaya nasional kita?
Memang hal ini tidak mudah, tetapi perjalanan panjang bangsa ini sudah sarat dengan pengalaman. Para pejuang budaya di masa lampau berusaha untuk menyatukan yang berbeda dan menghimpun yang berserakan tanpa menimbulkan ketegangan konseptual. Itulah kearifan nenek moyang kita, rela menenggelamkan kepentingan subyektifnya demi mengedepankan keutuhan bangsa dan negara.
Baca juga : Dampak Globalisasi
Selain harus berhadapan dengan birokrasi, batas teritorial, juga harus menembus lapis-lapis kultural yang sudah mapan. Lebih sulit lagi jika isme-isme itu bersumber dari daerah asing manusia, seperti nilai-nilai transendetal seperti agama dan kepercayaan, yang dengan sendirinya juga harus dapat menembus otoritas logika manusia.
Dari hal tersebut, kehadiran Islam dalam tempo relatif singkat di kepulauan Nusantara merupakan suatu keajaiban tersendiri. Dalam waktu bersamaan, Islam mampu menembus batas-batas geografis, lapis-lapis budaya, dan batas otoritas logika masyarakat bangsa Indonesia.
Baca juga : Fenomena Umat Berkepribadian Ganda
Kita tidak bisa menafikan kapasitas Wali Songo, penganjur Islam di masa awal, di saat sarana dan mobilitas yang dimiliki mereka dalam masa itu masih amat terbatas, rasanya sulit dipercaya, mampu menjangkau seluruh tanah air tanpa sebuah keajaiban lain.
G.E von Grunebaum sendiri merasa takjub melihat perkembangan Islam di Indonesia, sebagaimana dikutip Taufik Abdullah dalam buku “Islam di Indonesia”, bahwa bagaimana mungkin agama yang bersumber dari daerah asing ini dapat dianggap oleh calon-calon pemeluknya sebagai sesuatu yang telah terkait erat dengan tradisi mereka?
Baca juga : Ketika Agama Dirasakan Tak Lagi Mencerahkan
Konsekwensi yang harus dihadapi mereka ialah sebelum memasyarakatkan misi ajaran agama yang dibawa, mereka juga harus mengalami proses adaptasi nilai-nilai lokal setempat. Kekhususan dan sekaligus keistimewaan Islam dalam hal seperti ini, menurut S.H. Nasr dalam Ideal and Realities of Islam, terletak pada nilai-nilai dasarnya yang sangat lentur.
Nilai-nilai Islam memang bersifat universal, tetapi universalitasnya memiliki kekuatan akomodatif yang luar biasa terhadap nilai-nilai lokal. Dengan kata lain, nilai-nilai universal Islam tersusun dari berbagai keunikan lokal yang terintegrasi di dalamnya.
Selanjutnya
Update berita dan artikel RM.ID menarik lainnya di Google News
Dapatkan juga update berita pilihan dan breaking news setiap hari dari RM.id. Mari bergabung di Grup Telegram "Rakyat Merdeka News Update", caranya klik link https://t.me/officialrakyatmerdeka kemudian join. Anda harus install aplikasi Telegram terlebih dulu di ponsel.