Dark/Light Mode

Hasil Rekapitulasi KPU
Pemilu Presiden 2024
Anies & Muhaimin
24,9%
40.971.906 suara
24,9%
40.971.906 suara
Anies & Muhaimin
Prabowo & Gibran
58,6%
96.214.691 suara
58,6%
96.214.691 suara
Prabowo & Gibran
Ganjar & Mahfud
16,5%
27.040.878 suara
16,5%
27.040.878 suara
Ganjar & Mahfud
Sumber: KPU

Tantangan Global Umat Masa Depan (29)

Membingkai Pluralitas Budaya Nasional

Jumat, 1 Juli 2022 06:39 WIB
Nasaruddin Umar
Nasaruddin Umar
Tausiah Politik

RM.id  Rakyat Merdeka - Modal sosial yang amat berharga dimiliki bangsa ini ialah kekayaan budaya. Hanya saja, tantangan kita di masa depan ialah bagaimana membingkai pluralitas budaya nasional kita?

Memang hal ini tidak mudah, tetapi perjalanan panjang bangsa ini sudah sarat dengan pengalaman. Para pejuang budaya di masa lampau berusaha untuk menyatukan yang berbeda dan menghimpun yang berserakan tanpa menimbul­kan ketegangan konseptual. Itulah kearifan nenek moyang kita, rela menenggelamkan kepentingan subyektifnya demi mengedepankan keutuhan bangsa dan negara.

Baca juga : Dampak Globalisasi

Selain harus berhadapan dengan birokrasi, batas terito­rial, juga harus menembus lapis-lapis kultural yang sudah mapan. Lebih sulit lagi jika isme-isme itu bersumber dari daerah asing manusia, seperti nilai-nilai transendetal seperti agama dan kepercayaan, yang dengan sendirinya juga harus dapat menembus otoritas logika manusia.

Dari hal tersebut, kehadiran Islam dalam tempo relatif singkat di kepulauan Nusantara merupakan suatu keajaiban tersendiri. Dalam waktu bersamaan, Islam mampu men­embus batas-batas geografis, lapis-lapis budaya, dan batas otoritas logika masyarakat bangsa Indonesia.

Baca juga : Fenomena Umat Berkepribadian Ganda

Kita tidak bisa menafikan kapasitas Wali Songo, pengan­jur Islam di masa awal, di saat sarana dan mobilitas yang dimiliki mereka dalam masa itu masih amat terbatas, rasanya sulit dipercaya, mampu menjangkau seluruh tanah air tanpa sebuah keajaiban lain.

G.E von Grunebaum sendiri merasa takjub melihat perkembangan Islam di Indonesia, sebagaimana dikutip Taufik Abdullah dalam buku “Islam di Indonesia”, bahwa bagaimana mungkin agama yang bersumber dari daerah as­ing ini dapat dianggap oleh calon-calon pemeluknya sebagai sesuatu yang telah terkait erat dengan tradisi mereka?

Baca juga : Ketika Agama Dirasakan Tak Lagi Mencerahkan

Konsekwensi yang harus dihadapi mereka ialah sebelum memasyarakatkan misi ajaran agama yang dibawa, mereka juga harus mengalami proses adaptasi nilai-nilai lokal setempat. Kekhususan dan sekaligus keistimewaan Islam dalam hal sep­erti ini, menurut S.H. Nasr dalam Ideal and Realities of Islam, terletak pada nilai-nilai dasarnya yang sangat lentur.

Nilai-nilai Islam memang bersifat universal, tetapi universalitasnya memiliki kekuatan akomodatif yang luar biasa terhadap nilai-nilai lokal. Dengan kata lain, nilai-nilai universal Islam tersusun dari berbagai keunikan lokal yang terintegrasi di dalamnya.
 Selanjutnya 

Update berita dan artikel RM.ID menarik lainnya di Google News

Dapatkan juga update berita pilihan dan breaking news setiap hari dari RM.id. Mari bergabung di Grup Telegram "Rakyat Merdeka News Update", caranya klik link https://t.me/officialrakyatmerdeka kemudian join. Anda harus install aplikasi Telegram terlebih dulu di ponsel.