Dark/Light Mode

Hasil Rekapitulasi KPU
Pemilu Presiden 2024
Anies & Muhaimin
24,9%
40.971.906 suara
24,9%
40.971.906 suara
Anies & Muhaimin
Prabowo & Gibran
58,6%
96.214.691 suara
58,6%
96.214.691 suara
Prabowo & Gibran
Ganjar & Mahfud
16,5%
27.040.878 suara
16,5%
27.040.878 suara
Ganjar & Mahfud
Sumber: KPU

Tantangan Global Umat Masa Depan (28)

Memaralelkan Jihad Dan Patriotisme

Minggu, 26 Juni 2022 06:30 WIB
Nasaruddin Umar
Nasaruddin Umar
Tausiah Politik

RM.id  Rakyat Merdeka - Jihad adalah upaya memperjuangkan sendi-sendi kea­gamaan dengan kekuatan fisik (jihad), kekuatan akal pikiran (ijtihad), dan kekuatan batin (mujahadah). Sedangkan patriotisme ialah upaya membela tanah air dengan menger­ahkan segenap tenaga, pikiran, dan doa.

Dalam Islam, negara sangat penting sebagai tempat yang tenang untuk menjalankan fungsi dan kapasitas manusia sebagai hamba dan khalifah. Tidak mungkin kita bisa beribadah dengan tenang tanpa kedaulatan negara. Hal yang sama juga tidak mungkin kita menjadi rakyat yang sejahtera tanpa memiliki negara yang merdeka. Di snilah jihad dan patriotisme harus menyatu mempertahankan NKRI.

Dalam Islam, orang yang menjadi korban atau mati dalam memperjuangkan ideologi agama biasa disebut syahid atau mati syahid; sedangkan orang yang menjadi korban atau gugur di medan juang mempertahankan ideologi negara, lazim disebut patriot.

Baca juga : Filosofi Dan Strategi Fathu Makkah

Orang yang membela dan mempertahankan kedaulatan bangsa dengan jihad, memperoleh predikat ganda, sebagai syuhada dan pahlawan kusuma bangsa. Di Taman Makam Pahlawan, para almarhum dan almarhumah selalu didoakan sebagai syuhada sekaligus pahlawan kusuma bangsa.

Di masa damai seperti sekarang, tidak ada lagi musuh se­cara fisik yang harus dilawan dan diusir, maka bintang peng­hargaan dan definisi pahlawan mengalami pergeseran.

Bila dalam masa perjuangan fisik, para pahlawan identik den­gan ujung pedang yang berlumuran darah, sekarang, pahlawan disimbolkan dengan unjung pena yang basah dengan tinta. Yang pertama, meraih gelar pahlawan karena membebaskan bangsa dari penjajah asing ,dan yang kedua menjadi pahlawan karena membebaskan masyarakat dari kebodohan, keterbelakangan, ketidakadilan, dan kesewenang-wenangan.

Baca juga : Mengaktualkan Peran Sosial Agama

Keduanya dalam bahasa agama disebut jihad. Bahkan Rasulullah pernah bersabda: “Kita baru pulang dari pep­erangan kecil menuju peperangan yang lebih besar”.

Para sahabat bertanya, “Apa masih ada perang lebih dahsyat dari perang ini (Perang Badr)?

Dijawab oleh Rasulullah SAW: “Ia, yaitu perang melawan hawa nafsu”.

Baca juga : Posisi Ideal Ulama Dan Umara

Perang melawan diri sendiri jauh lebih besar daripada melawan musuh dari luar. Pernyataan Nabi ini melampaui masa Nabi, dan pernyataan ini sangat universal.

Yang lebih penting dicermati ialah fenomena bangkitnya kekuatan emosi keagamaan atau jihad. Kekuatan emosi ini luar biasa dan lebih sensitif dibanding emosi primordial, semisal kesukuan dan kekeluargaan.
 Selanjutnya 

Update berita dan artikel RM.ID menarik lainnya di Google News

Dapatkan juga update berita pilihan dan breaking news setiap hari dari RM.id. Mari bergabung di Grup Telegram "Rakyat Merdeka News Update", caranya klik link https://t.me/officialrakyatmerdeka kemudian join. Anda harus install aplikasi Telegram terlebih dulu di ponsel.