Dark/Light Mode

Hasil Rekapitulasi KPU
Pemilu Presiden 2024
Anies & Muhaimin
24,9%
40.971.906 suara
24,9%
40.971.906 suara
Anies & Muhaimin
Prabowo & Gibran
58,6%
96.214.691 suara
58,6%
96.214.691 suara
Prabowo & Gibran
Ganjar & Mahfud
16,5%
27.040.878 suara
16,5%
27.040.878 suara
Ganjar & Mahfud
Sumber: KPU

Dampak Globalisasi

Kamis, 30 Juni 2022 06:29 WIB
Nasaruddin Umar
Nasaruddin Umar
Tausiah Politik

RM.id  Rakyat Merdeka - Globalisasi sesuatu yang tak dapat lagi dibendung. Salah satu dampaknya secara langsung ialah terjadinya fenomena deteritorialisasi umat Islam. Migrasi dan mobilisasi umat Islam secara besar-besaran ke negara-negara maju seperti di Eropa dan Amerika, menurut Murad W. Hofmann, mantan Direktur Informasi NATO, dalam bukunya “Religion on the Rise, Islam in the Third Millennium”, akan memberikan dampak hegemoni sosial-politik, mengingat Islam adalah sistem ajaran komprehensif yang menuntut loyalitas kepada penganutnya. Di negara-negara barat ini lahir generasi kedua mereka yang tetap beragama Islam (the western-born and the second-generation muslim).

Baca juga : Fenomena Umat Berkepribadian Ganda

Dari manapun dan di manapun komunitas Islam itu berada selalu menciptakan lingkungan sosial unik karena Mereka memiliki simbol-simbol perekat (melting pot) berupa mesjid, halal food, pendidikan dasar keagamaan untuk anak-anak mereka, dan majlis taklim untuk para orang tua. Dari satu sisi keterikatannya dengan negara asal sangat kuat karena tokoh-tokoh keagamaan kharismatik dari negerinya tetap dij­alin. Bahkan secara periodik tokoh spiritual itu didatangkan ke negeri baru ini untuk memberikan pencerahan. Pada sisi lain, generasi kedua muslim ini dituntut oleh negeri baru ini untuk memberikan loyalitas penuh sebagaimana halnya warga lainnya yang lahir di negeri tersebut.

Baca juga : Ketika Agama Dirasakan Tak Lagi Mencerahkan

Di sinilah kerumitannya, karena satu sisi secara emosional dan spiritual warga muslim masih tetap terikat dengan negeri asal tetapi secara hukum ketatanegaraan setempat menghar­uskan mereka untuk sepenuhnya loyal kepada negaranya. Kenyataan umat Islam di negera “kedua” ini membayar pajaknya kepada Negara di mana mereka berdomisili, tetapi zakat harta mereka dikembalikan ke negeri asalnya, bahkan sebagian di antara mereka masih menyerahkan binatang kurban dan kambing ‘aqikah ke negerinya. Sebagian juga masih membangun rumah di negeri asal termasuk dana yang dikumpulkan diinvestasikan ke negeri asalnya.

Baca juga : Menolak Nepotisme

Fenomena menarik ini dianalisis oleh Oliver Roy dalam karya the best seller-nya, “Globalised Islam”. Roy mengana­lis pola diversity dan uniformitas, menganalisis kehidupan individu dan masyarakat warga imigran muslim di Barat. Bagaimana mereka menyiasati kehidupan di barat yang tidak sekondusif menjalankan syari’ah Islam ketika di negeri asalnya. Mereka harus menyesuaikan lingkungan kerja dan lingkungan ibadah, mereka harus mencarikan jalan keluar terhadap pendidikan agama yang tidak boleh diajarkan anak-anak di sekolah, mereka harus menyesuaikan penguburan mayat di luar standar kebiasaan negeri barunya.
 Selanjutnya 

Update berita dan artikel RM.ID menarik lainnya di Google News

Dapatkan juga update berita pilihan dan breaking news setiap hari dari RM.id. Mari bergabung di Grup Telegram "Rakyat Merdeka News Update", caranya klik link https://t.me/officialrakyatmerdeka kemudian join. Anda harus install aplikasi Telegram terlebih dulu di ponsel.